"Ikut aku, pergi dari sini."
Yang Jian yang baru saja menyalakan Lilin Hantu dan mengusir aura ganjil sekitar akhirnya bisa menarik napas lega.
Tanpa pikir panjang, dia segera membawa Xiong Wenwen berusaha meninggalkan ruang makan.
Operasi kali ini telah gagal. Bertahan lebih lama hanya akan membawa bahaya besar. Mereka harus mundur dulu.
Lilin Hantu terbakar hebat dengan kobaran api hijau seram yang tak stabil. Mayat-mayat yang masih tergantung di udara tetap tersenyum memandangi mereka, mengeluarkan tawa menyeramkan.
"Tanpa hambatan Wilayah Hantu, bahkan Yang Jian sekarang pun tak bisa langsung bersentuhan dengan fenomena supranatural ini. Kita harus bergantung pada cahaya Lilin Hantu untuk memastikan keamanan diri."
"Kecepatan pembakarannya agak tinggi... Dan seiring berjalannya waktu, kecepatan ini tampaknya semakin meningkat. Ini menunjukkan lingkungan sekitar semakin berbahaya."
Yang Jian memandangi Lilin Hantu baru di tangannya, wajahnya berkerut sedikit.
"Kau seharusnya pergi sejak lama! Aku hampir tewas karena ulahmu."
Xiong Wenwen menggenggam erat lengan Yang Jian sambil mengeluh ketakutan.
Yang Jian tak merasa bersalah: "Menyelesaikan peristiwa supranatural memang mempertaruhkan nyawa. Jika tadi berhasil, aku bisa langsung menangkap hantu dengan potensi bahaya besar. Risiko sebanding dengan hasil. Sudah kulakukan yang terbaik, hanya saja kurang beruntung."
"Selain itu, kemampuan Meramal Masa Depanmu tampaknya ada kelemahan. Kau hanya bisa memprediksi hasil saat aku bertindak, tak bisa langsung melompati proses untuk melihat akhir. Karena itu aku harus mencoba selama belasan detik."
Xiong Wenwen membalas: "Kau pikir meramal masa depan itu mudah? Posisi dan gerakan hantu selalu paling buram. Butuh konsentrasi penuh, tapi di sini bukan cuma satu hantu! Gimana caranya?"
"Aku tidak menyalahkanmu. Hanya saja pemahamanku tentang kemampuanmu masih kurang, jadi metode aksiku salah."
Yang Jian tak menyalahkan anak kecil itu. Ia mengakui kesalahan sendiri.
Dia tidak menyangka, Senyuman di belakang kepala Tong Qian yang direbut, ditambah dengan hantu yang memanipulasi memori, dan hantu tak dikenal di dalam hotel akan menimbulkan begitu banyak variabel.
Jika berhadapan satu lawan satu, Yang Jian pasti bisa menyelesaikan barang itu.
"Lalu kenapa kau belum pergi sekarang, masih berkeliaran di sini?" Xiong Wenwen mendesak Yang Jian untuk segera pergi saat melihatnya malah berkeliling ruang makan sambil membawa Lilin Hantu.
Melihat deretan mayat bergelantungan di udara, setiap mayat memandanginya dengan senyum mengerikan, ditambah mata-mata redup yang terus berputar mengikuti perubahan posisi mereka berdua, Xiong Wenwen hampir menangis ketakutan.
Begitu Lilin Hantu padam, nyawanya pasti akan melayang di sini.
"Aku harus menyimpan kembali tali hantu ini. Kita tak bisa membiarkannya lepas, nanti malah lebih merepotkan," bisik Yang Jian.
Hilangnya Wilayah Hantu-nya membuat tali hantu tak terkendali. Untungnya ruang makan ini tidak terlalu besar, selama sumber tali hantu ditemukan dalam waktu singkat, masih bisa disita kembali. Ini bukan hal sulit baginya.
Jika dibiarkan, tali hantu itu bisa memicu bencana mengerikan yang tak boleh diremehkan.
Tak lama kemudian.
Yang Jian melihat seutas tali hantu di salah satu mayat.
Ujung Lilin Hantu ini dililitkan emas, terlihat sangat mencolok di lingkungan yang redup.
Tali hantu yang diberi tanda inilah sumbernya.
"Menemukan." Yang Jian langsung menginjak meja makan, meraih tali jerami itu dengan kuat dan menariknya, langsung menarik kembali tali tersebut.
Begitu Tali Hantu ditarik kembali, di bawah tekanan Lilin Hantu, kekuatan ganjilnya langsung hilang.
Seluruh mayat yang tergantung di udara di ruang makan itu berjatuhan ke lantai.
Ruang makan berantakan, mayat-mayat memancarkan bau busuk samar yang membuat orang tak tahan ingin muntah.
Namun meski tanpa tekanan Tali Hantu, mayat-mayat ini tetap mengeluarkan tawa menyayat hati, seolah tak ingin melepas Yang Jian pergi dengan mudah, berusaha menahannya disini menjadi salah satu dari mereka.
Angin dingin di sekitar masih menderu, angin tak jelas asalnya menerbangkan keping-keping koran berlumuran darah di lantai, terus mengitari Yang Jian.
"Cukup, ayo pergi."
Setelah menarik kembali Tali Hantunya, Yang Jian segera meninggalkan ruang makan.
Tapi saat itu Xiong Wenwen menunjuk ke bawah: "Lihat di situ."
Yang Jian menunduk, baru menyadari di karpet ruang makan terdapat jejak kaki hitam yang sangat padat. Jejak-jejak ini acak tak beraturan, seolah ada seseorang yang mondar-mandir tanpa tujuan selama beberapa putaran, terutama di area tempat mereka berdiri tadi yang jejaknya paling rapat.
Sepertinya ada sosok yang telah menunggu di tempat sejak awal, menanti Yang Jian dan Xiong Wenwen keluar dari Wilayah Hantu.
"Itu adalah hantu di lantai dua hotel. Barang itu sepertinya masuk dari luar hotel, setelah masuk ke lantai dua tidak pernah pergi. Sebelumnya benda ini tertarik keluar oleh Lilin Hantu. Sekarang seharusnya sudah pergi. Untung tadi kita berada di Wilayah Hantu, hantu itu tidak menemukan kita, kalau tidak kita harus berhadapan dengan teror tak dikenal lagi."
Yang Jian memandangi jejak kaki hitam yang memenuhi lantai, akhirnya menemukan rangkaian jejak kaki yang mengarah keluar dari ruang makan.
Langkah kaki yang terdengar sebelumnya juga sudah tidak bisa didengar lagi.
"Sekarang bukan saatnya mengurusi benda ini. Kita harus mundur sementara dan berdiskusi lagi tentang cara khusus. Metode terbaik adalah menemukan Tong Qian, memastikan apakah dia benar-benar sudah mati. Jika sudah mati, kita juga wajib menemukan informasi rekaman yang dia tinggalkan di ponsel positioning satelit-nya."
Yang Jian berhasil meninggalkan ruang makan ini bersama Xiong Wenwen tanpa insiden.
Mayat-mayat di belakang mereka tidak mengejar keluar.
Lilin Hantu mengisolasi teror sekaligus mengendalikannya. Di dalam cahaya lilin, dia dan Xiong Wenwen benar-benar aman.
Begitu meninggalkan ruang makan, ternyata api di Lilin Hantu langsung berkurang kecepatan pembakarannya.
Ini membuktikan bahwa mereka sedang menjauhi bahaya.
"Kembali ke aula utama dulu."
Yang Jian tidak mematikan Lilin Hantu, tetap memegang lilin ini sambil berjalan di koridor redup.
Rangkaian jejak kaki hitam itu sepertinya juga melewati sini, terus membentang sampai ujung koridor, lalu menghilang di persimpangan.
Benar.
Jejak kaki tidak terlihat lagi, menghilang secara langsung dan ganjil.
Tak tahu apakah dia pergi ke lantai tiga, masih berdiam di lantai dua, atau turun lagi ke aula utama lantai satu, bahkan mungkin berada di sekitar kita juga tidak bisa dipastikan.
"Ke mana barang itu pergi?" Xiong Wenwen berkata dengan penuh kegentaran, dia tidak menggunakan kemampuannya dan tidak mengetahui posisi hantu tersebut.
"Lilin Hantu tidak bereaksi, setidaknya tidak di sekitar kita. Hanya bisa menduga benda ganjil itu sedang mondar-mandir di lantai dua. Tapi ini adalah hantu yang belum dikenal, bukan target utama pekerjaanku kali ini. Perhatian kita sementara jangan tertuju padanya kecuali dia muncul secara aktif."
Yang Jian melirik sebentar, tidak menghiraukannya, lalu berjalan menuju arah aula.
Terlalu banyak tempat ganjil di sini. Dia memutuskan untuk menyimpan benda ini dulu, tidak berencana mencari cara khusus untuk menghadapinya.
Tak lama kemudian.
Dia dan Xiong Wenwen kembali ke aula utama.
Tempat ini tampaknya aman, benda-benda ganjil tidak mengikuti. Kecepatan pembakaran Lilin Hantu sudah mencapai titik paling lambat.
Barulah Yang Jian memilih untuk mematikan Lilin Hantu.
Lentera hijau yang ganjil itu pun padam.
Menengok ke belakang melihat koridor redup itu, tidak ada yang keluar. Tawa menyayat hati itu juga telah menghilang.
Sepertinya konfrontasi pertama antara Yang Jian dengan hantu tersebut berakhir di sini.
Kedua belah pihak sementara tidak bisa saling mengalahkan.
Tapi Yang Jian tahu, yang merasakan kerugian kali ini tetap dirinya sendiri. Karena dia berhadapan dengan hantu sedangkan dirinya manusia. Setiap konfrontasi yang tidak berhasil berarti kegagalan, karena dia tidak tahan dengan ujian berulang kali.
Sementara menyimpan berbagai pemikiran ini.
"Bagaimana dengan Feng Quan dan Guo Fan, kedua anggota itu?"
Melirik sekeliling aula utama, Yang Jian mendapati dua orang yang sebelumnya masih bertengkar sengit memperhatikan seorang resepsionis wanita kini telah menghilang.
Turun menelusuri tangga untuk memeriksa.
Wajah Yang Jian berubah muram.
Benar, mereka memang tidak ada di aula.
Pandangannya kembali tertuju ke meja resepsionis.
Resepsionis wanita itu masih berdiri kaku di tempatnya, ekspresi dan senyumnya tetap sama persis seperti sebelumnya, terlihat agak kaku.
"Pasti mereka kabur saat mendengar situasi memburuk," gerutu Xiong Wenwen kesal. "Kita mempertaruhkan nyawa, sementara mereka malah menjual anggota tim."
"Mustahil mereka kabur," kata Yang Jian yang masih memahami karakter Feng Quan.
Pria ini ambisius. Setelah datang ke Zhongshan City, tak mungkin ia mau kabur seperti tikus dengan malu.
Hanya ada dua kemungkinan.
Entah mereka berdua menjelajah lebih dalam ke hotel untuk menyelidiki, atau terlibat dalam bahaya dan terseret ke peristiwa mengerikan.
Penilaian Yang Jian condong ke kemungkinan pertama.
Keduanya pasti sedang menyelidiki bagian dalam hotel.
Bekas penggunaan terlihat di lift hotel yang sebelumnya berhenti di lantai satu, kini berada di lantai empat.
Artinya, Feng Quan dan Guo Fan kemungkinan besar berada di lantai empat hotel.
