"Sepasang tiga."
"Tidak bisa menyambut."
Di atap gedung apartemen dekat Hotel Caesar, Yang Jian, Luo Suyi, dan Xiong Wenwen yang sedang menunggu malah bermain kartu Dou Dizhu untuk mengusir kebosanan.
Xiong Wenwen memandangi Luo Suyi dengan mata membelalak: "Sepasang tiga saja tidak bisa kau sambut? Dasar kartu sampah!"
"Urusan kartu saya sendiri. Tidak bisa ya tidak bisa, mau bagaimana lagi?" jawab Luo Suyi.
"Dasar pecundang, besar-besar tapi tidak berguna." Xiong Wenwen menyeringai sinis, lalu mengeluarkan sepasang delapan.
"Sepasang sembilan." Wajah Yang Jian tetap tenang.
"Pass."
Luo Suyi yang sedang jongkok di tanah melambaikan tangan dan berkata: "Ngomong-ngomong, apa tidak apa-apa kita santai begini? Kabut di sana semakin besar dan menyebar ke sini. Kalau terus begini, garis pertahanan kedua juga harus mundur."
"Hotel itu sekarang adalah jebakan untuk kita. Siapa masuk pasti mati. Aku tidak cukup bodoh untuk membawa kalian para amatiran nekat masuk. Feng Quan mungkin sudah terjebak, Guo Fan juga hilang kontak. Dalam situasi ini, [satu-satunya] cara adalah menunggu sampai tingkat bahaya di hotel berkurang." Yang Jian berkata dengan serius.
"Mari kita lihat dulu, aku yakin hasilnya akan segera terlihat."
"Pasang K." Xiong Wenwen tidak mendengarkan Yang Jian, matanya menatap kartu di tangannya. Sepertinya bagi dia, memenangkan permainan ini lebih penting daripada menyelesaikan peristiwa supranatural di depan mata.
"Bom." Kata Yang Jian.
"Sial, kau tidak bisa main kartu ya? Aku pasang K langsung kau bom pakai Joker!" Xiong Wenwen menggerutu.
Yang Jian berkata: "Seri lurus, tiga sejenis bawa satu, angka 4. Habis."
"Tunggu, tunggu! Ini curang! Main kartu tidak boleh begini!" Xiong Wenwen marah.
"Kartu kalian tidak bisa menangkal. Kalau tidak percaya lihat sendiri." Kata Yang Jian.
Wajah Luo Suyi memerah gelap, langsung melemparkan kartunya: "Untung ini bukan judi, kalau tidak pasti aku bangkrut."
Xiong Wenwen memeriksa kartunya, hampir melompat marah: "Satu kartu pun tidak bisa dimakan, buat apa kau? Benar-benar menjebak!"
"Cepat lihat hotelnya, sudah gelap."
Tiba-tiba Lin Luomei di sebelah mengambil mikrofon dan mengeluarkan suara ke arah mereka.
Sudah gelap?
Luo Suyi mengangkat kepala dengan heran ke arah hotel.
Entah sejak kapan kabut pekat yang menyelimuti hotel perlahan menghitam, bukan kabutnya yang gelap, melainkan lingkungan di sana menjadi gelap. Sekitar hotel tiba-tiba seperti memasuki malam hari, dan segala yang ada di depan mata dengan cepat menghilang dari pandangan kerumunan.
Kegelapan itu seolah bisa melahap segalanya.
"Ya Ibu. Benar-benar gelap, ada hantu apa lagi yang muncul? Hotel ini benar-benar aneh." Xiong Wenwen kaget.
Perubahan ganjil ini, sebagai Pengendali Hantu, dia sangat paham artinya, sekalipun masih anak 10 tahun.
Yang Jian memicingkan mata: "Ini dia? Hantu Ketuk Pintu."
Siaran radio berulang selama setengah jam, seluruh penghuni hotel baik manusia maupun hantu telah mendengar suara ketukan pintu. Kutukan telah menyebar, mustahil hantu ini tidak mengunjungi tempat ini.
Hanya saja yang membuatnya heran, bagaimana cara Hantu Ketuk Pintu datang ke Hotel Caesar Zhongshan ini.
Apakah menggunakan Wilayah Hantu untuk bergegas? Atau sekadar menelusuri kutukan yang tiba-tiba muncul.
"Bersiaplah, segera ikut saya masuk ke dalam hotel." Yang Jian berdiri, meregangkan tubuh, wajah berkerut khawatir.
"Sa-saat ini masuk bukankah lebih berbahaya?" Luo Suyi terkejut.
"Tidak, saat ini yang paling aman." Yang Jian menatap area yang perlahan menghilang di kejauhan: "Aku telah memanggil seekor hantu. Hantu itu akan membawa sebagian besar bahaya di sana ke dalam wilayah hantunya sendiri. Bahkan di tempat yang sama sebenarnya sudah berada di ruang dimensi yang berbeda. Hm, untuk sementara kalian bisa memahami seperti ini."
"Jangan buang waktu, ini aksi terakhir. Cepat."
Wilayah Hantu ketuk pintu bersifat berpindah. Tak lama kemudian hotel yang menghilang itu akan muncul kembali.
Setelah melewati pencucian wilayah hantu ketuk pintu, tingkat bahaya hotel akan turun drastis.
Setidaknya dibandingkan sebelumnya memang begitu.
Awalnya meninggalkan kutukan di ponsel ini, tak menyangka akan memainkan peran sebesar ini di kemudian hari.
Yang Jian segera berbalik badan dan turun tangga, mempersiapkan segala sesuatu yang perlu disiapkan.
Meski Luo Suyi sangat enggan terlibat, tapi karena Lin Luomei dipaksa dikerahkan ke sini, mau tak mau harus memberanikan diri.
Lima belas menit kemudian.
Beberapa orang Yang Jian kembali berdiri di dekat batas pertama.
Adegan yang tak terbayangkan terjadi. Kabut hantu di depan mata tiba-tiba menghilang secara misterius.
Benar, kabut pekat yang bisa membuat orang tersesat itu lenyap.
Hotel Caesar yang sebelumnya terlihat menghilang di atap, kini muncul kembali di depan mata, tidak benar-benar lenyap sepenuhnya.
Dugaan Yang Jian terbukti benar.
Setelah Hantu Ketuk Pintu tiba di sini, ia kembali berpindah lokasi. Perpindahan ini juga melibatkan wilayah hantunya, sehingga hotel yang sebelumnya tertutup wilayah hantu menghilang lalu muncul kembali.
Kabut hantu tidak benar-benar lenyap, hanya dibawa masuk ke dalam wilayah hantu oleh Hantu Ketuk Pintu.
"Tapi kita tidak bisa menjamin hotel ini 100% aman saat ini. Lagipula masih ada entitas yang tidak terserap ke wilayah hantu, dan hantu jenis ini biasanya memiliki tingkat keganasan yang sangat tinggi," kata Yang Jian tetap waspada.
Mungkin tingkat bahaya di dalam hotel sudah berkurang, tapi sisa bahaya yang ada justru luar biasa mengerikan.
"Masuk dengan santai seperti ini?" Luo Suyi tertegun melihat Yang Jian berjalan mantap menuju hotel tanpa ragu.
Yang Jian menoleh dengan wajah dingin: "Omong kosongmu banyak sekali. Jika tidak mau ikut, tunggu di luar. Sejujurnya aku belum sepenuhnya percaya padamu. Kalau ada maksud jahat, lakukan sekarang juga. Nanti saat terjadi peristiwa gaib, jika kau menggangguku, aku yang pertama akan menyelesaikanmu."
Luo Suyi mengkerutkan lehernya ketakutan.
Di hadapan orang lain dia bisa berlaku arogan dan percaya diri, tapi di depan Polisi Mata Hantu ini, dia seperti tikus ketakutan melihat kucing.
Orang ini benar-benar bisa membunuhnya dengan mudah, sama sekali bukan lelucon.
Tak lama kemudian.
Untuk ketiga kalinya, Yang Jian memasuki lobi Hotel Caesar.
Persis seperti dua kali sebelumnya, permukaannya terlihat normal tanpa keanehan, seolah hanya hotel biasa yang sedang tutup sementara.
“Lin Luomei, panggil orang, bantu saya cari di mana Zhao Lei.” Yang Jian berkata.
Dia tetap tidak mencari ruang 13 atau 31. Memilih seperti itu berisiko. Dengan menyuruh Lin Luomei mencari, posisi pasti bisa langsung diketahui tanpa perlu mengambil pilihan berbahaya.
Lin Luomei tak punya cara lain, hanya bisa menuruti perintah Yang Jian. Meski sehari-hari dia tidak bicara, bukan berarti bisu. Tenggorokannya adalah hantu - setiap ucapannya mengandung kekuatan gaib yang tak bisa dipahami. Jika dia berkata seseorang harus mati...
...maka orang itu benar-benar akan tewas oleh kekuatan misterius dalam suaranya.
Karena itu, Lin Luomei memilih berpura-pura bisu, berkomunikasi sehari-hari lewat perangkat lunak pemutar suara.
“Zhao Lei, di mana kau?” Lin Luomei membuka mulut mengucapkan kalimat itu dengan suara yang tak tergambarkan.
Seperti bisikan hantu jahat, membawa aura mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding. Nada suara ini mustahil keluar dari manusia normal.
Suara itu tidak langsung menyebar, melainkan merambat seperti riak air ke satu arah tetap.
Cara penyebaran ini unik - hanya yang berada di dekatnya bisa mendengar. Melebihi area ini, suara tak akan pernah terdengar.
“Zhao Lei, di mana kau?”
Suara itu bagai hantu gentayangan yang menuntut nyawa, mondar-mandir di lantai satu.
"Ia melewati lobi, menembus dinding, tiba di ruangan lantai satu, dan melintasi setiap area yang dapat dijangkau. Jika ada orang yang tak sengaja mendengar suara ini, konsekuensinya mungkin berakibat fatal."
"Hanya dalam waktu kurang dari semenit, suara ganjil yang menjelma menjadi hantu gentayangan tak kasat mata ini telah berkeliling di lantai satu."
"Tidak ada Zhao Lei di lantai satu." Wajah Lin Luomei terlihat pucat, dia menggigit bibir sambil berbicara melalui alat pemutar suara.
Yang Jian berkata: "Lantai dua, lantai tiga, lantai empat, kita akan periksa satu per satu dari lantai satu. Karena kamu sudah menggunakan kemampuanmu sekali, efek yang semestinya harus tercapai. Tenang, setelah peristiwa ini selesai aku tak akan memperlakukanmu sembarangan. Masih ada kuota pengendalian hantu kedua dari Wang Xiaoming yang belum kugunakan. Jika kamu bisa membantuku menyelesaikan peristiwa gaib ini dengan mulus, kuota itu bisa kupertimbangkan untuk diberikan padamu."
Kuota untuk mengendalikan hantu kedua?
Mendengar ini, Lin Luomei memandangi Yang Jian dengan perasaan campur aduk antara terkejut dan girang, matanya berbinar-binar penuh sukacita.
Batas kemampuan pengendalian satu hantu yang dimilikinya hampir tercapai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan berani mengendalikan hantu kedua guna memperpanjang waktu kebangkitan hantu gentayangan.
Meski metode ini bukanlah rahasia, tingkat keberhasilan di berbagai negara berbeda-beda. Di Asia, skema yang diberikan Wang Xiaoming menawarkan peluang bertahan hidup tertinggi. Oleh karena itu, kuotanya sangat berharga dan biasanya diprioritaskan untuk anggota Interpol yang telah berprestasi. Bagi Pengendali Hantu rakyat seperti Lin Luomei, hampir mustahil mendapatkan kesempatan seperti ini.
Sama seperti Yang Jian dulu yang baru mendapatkan satu kuota setelah melewati peristiwa peti mati hantu di Desa Huanggang, nyaris mati dalam perjalanan.
Suara ganjil itu terus menyebar, kali ini menuruni tangga menuju lantai dua.
Di lantai dua terdapat dapur, ruang makan, serta beberapa ruang boks besar dan kecil.
Suara itu tiba di ruang makan namun tak ada yang merespons. Di bawah meja terbaring mayat-mayat dengan tubuh kaku yang sudah lama mati. Jasad-jasad ini tak lagi mengandung unsur gaib di bawah kutukan hantu ketuk pintu, hanya mayat biasa belaka.
Kemudian suara itu menuju ke dapur.
Dapur dengan pintu terbuka itu gelap gulita. Suara itu berputar-putar sebentar di dalam lalu mundur kembali.
Masih tak ada respons sama sekali.
Namun dalam kegelapan, jejak kaki hitam di ubin lantai telah merambat keluar dari suatu sudut dapur, menghilang di tangga menuju lantai tiga.
"Di lantai dua juga kosong, tidak menemukan Zhao Lei maupun barang-barang lain." Lin Luomei dengan seluruh tubuh menegang berbicara melalui pengeras suara.
Yang Jian memicingkan matanya.
Hasil ini di luar perkiraannya, karena dari investigasi pertama dia hampir yakin bahwa di lantai dua benar-benar ada seekor hantu dengan kondisi tak jelas dan tingkat bahaya tinggi.
"Kosong? Tidak mungkin, kemana perginya hantu di lantai dua itu?"
Xiong Wenwen membelalakkan matanya, berkata dengan nada panik. Berbeda dengan Yang Jian, dia hanya anak kecil yang polos, mengungkapkan ketakutannya secara blak-blakan.
"Terakhir kali saya dan Yang Jian di ruang makan lantai dua bertemu dengan wajah hantu Tong Qian, tapi ada satu hantu lagi yang tertarik oleh Lilin Hantu. Saya tidak bisa meramal kondisi spesifik hantu itu, karena bagaimanapun caranya meramal, hasil untuk saya dan Yang Jian pasti mati, mayat terpotong-potong, kepala dipajang di meja makan... Kami benar-benar tewas tanpa sisa."
Luo Suyi di sebelah tidak bisa menahan gemetar: "Ada kejadian seperti itu? Kau meramalkan kematianmu sendiri dan Yang Jian?"
Dari komunikasi sebelumnya, dia juga tahu kemampuan Xiong Wenwen adalah Meramal Masa Depan. Dalam satu jam ke depan, semua hal yang berkaitan dengan dirinya bisa diramal.
Xiong Wenwen mengangguk dengan ekspresi masih ketakutan.
"Ya Tuhan." Hati Luo Suyi hancur berantakan.
Bahkan sang pelindung utama pun bisa mengalami kegagalan, tingkat bahaya di sini benar-benar menerobos langit.
Yang Jian berkata tenang: "Jangan asal ngomong, bocah. Masa depan yang diramalkan hanya skenario terburuk dari situasi saat ini. Kalau sudah tahu ramalannya, kita bisa menghindarinya. Contohnya ada lubang di depan, kalau aku maju tiga langkah akan jatuh dan tewas. Tapi kalau sudah tahu ramalannya, mana mungkin aku masih jatuh ke lubang itu?"
"Kemampuanmu adalah lapisan proteksi. Denganmu di sini, tingkat kematian bisa ditekan ke minimum. Jadi jangan khawatir tentang ramalan kematian."
"Hmm, kayaknya memang begitu." Xiong Wenwen setelah mendengar analisa ini merasa penjelasannya masuk akal.
