"Inikah sumbernya?"
Saat ini, di area parkir pesawat yang telah dipasangi penghalang dari jauh, Yang Jian, Shen Liang, Guo Fan, dan beberapa staf lain mengelilingi sebuah koper.
Sulit dibayangkan lokasi awal kemunculan fenomena gaib justru berada di dalam sebuah koper.
Koper itu dalam keadaan rusak dengan celah aneh di permukaannya, seolah ada sesuatu yang sebelumnya berhasil kabur dari dalamnya.
“Kalau begitu hantu itu dibawa ke pesawat oleh seorang penumpang menggunakan koper? Siapa yang berani? Cepat keluarkan penumpang itu, sekalian tanya bagaimana dia ingin mati? Berani membawa hantu ke Kota Dajing, apakah dia sengaja mencari masalah denganku?”
Seorang pria berkata dengan wajah muram, nadanya memancarkan aura berbahaya layaknya orang gila yang membuat bulu kuduk merinding.
Yang Jian meliriknya.
Pria yang sedang berbicara itu bernama Chen Yi, salah satu Pengendali Hantu internasional di Kota Dajing. Penyebutan "salah satu" ini karena penanggung jawab keamanan Kota Dajing memang terdiri dari beberapa Pengendali Hantu internasional, dan Chen Yi hanyalah satu dari mereka.
Secara sekilas Chen Yi terlihat normal, namun jika diperhatikan lebih teliti akan tercium aroma samar Bau busuk mayat dari tubuhnya. Jari-jarinya terlihat kaku, di punggung tangan sudah muncul bercak mayat. Meski bersuara lantang, mulutnya tertutup masker tebal seolah sengaja menutupi bagian tersebut.
Orang seperti ini jika berdiri di persimpangan jalan malam ini, pasti akan membuat banyak orang ketakutan.
"Lagi-lagi orang berbahaya. Tubuhnya sudah hampir menyatu dengan hantu gentayangan. Mungkin tidak hanya mengendalikan dua hantu saja, tapi kondisinya lebih parah dariku. Entah berapa lama lagi bisa bertahan," bisik Yang Jian dalam hati sambil meningkatkan kewaspadaan terhadap Chen Yi.
Semakin dekat masa kebangkitan hantu seorang Pengendali Hantu, semakin mengerikan keberadaannya.
Karena pada tahap itu semua aspek sudah mulai berubah menjadi hantu. Tidak ada yang tahu kapan dia akan berubah dari manusia menjadi hantu sepenuhnya.
"Chen Yi, jangan buru-buru. Semua koper pasti ada catatannya. Orang yang mengirim barang pasti cepat ketemu. Prioritas utama sekarang adalah memastikan isinya," kata Shen Liang menghibur dengan nada santun.
"Aku yang buka." Guo Fan menunjukkan wajah mayatnya yang membuat orang refleks menjauh.
Meski pemeriksaan koper berisiko, Yang Jian sudah berhasil membatasi Hantu. Jadi risikonya terbatas. Lagipula di sini berkumpul para Pengendali Hantu termasyhur se-negara. Kalau ada masalah pasti bisa diselesaikan.
"Hati-hati," kata Shen Liang sambil mundur beberapa langkah, seraya mengingatkan.
Guo Fan sudah mengalami banyak situasi. Buktinya dia selamat dari Peristiwa Kota Zhongshan.
Koper kecil ini tak membuatnya takut, tapi kewaspadaan tetap diperlukan.
Tak lama kemudian.
Koper yang rusak terbuka. Tak ada barang gaib seperti dugaan, juga tak ada benda berlumuran darah.
Isinya sangat biasa.
Ada beberapa gelas, piring, guci keramik yang terlihat antik.
"Ini barang-barang antik. Ada sertifikat autentikasi dan kontrak pembelian, prosedurnya resmi," kata seorang pegawai yang mengamati isi koper.
"Lelucon apa ini?!" Wajah Chen Yi mengerut: "Sudah lama dikerjakan, banyak orang dikerahkan cuma untuk lihat sampah ini? Aku mau sumber fenomena gaibnya, hasil konkret!"
Emosinya mulai tak terkendali, memancarkan aura bahaya.
Yang Jian yang diam di samping mengerutkan kening.
"Orang ini amarahnya begitu tak terkendali, pengaruh yang diterimanya lebih dalam daripada diriku sendiri, tapi bisa menjadi salah satu penanggung jawab Kota Dajing."
"Jangan-jangan ini orang dalam?"
Tentu saja pemikiran ini langsung dia kesampingkan begitu muncul.
Kenyataan bahwa Chen Yi bisa ditugaskan ke Kota Dajing membuktikan bahwa kesehatan mentalnya mutlak tidak bermasalah. Setidaknya mustahil dia merupakan bom waktu. Satu-satunya penjelasan adalah: dasarnya sudah berwatak keras, setelah menjadi Pengendali Hantu terpengaruh oleh Hantu, kekerasannya semakin menjadi-jadi dan temperamennya semakin tak bisa dikendalikan.
"Tidak semuanya sampah. Aku bisa merasakan, sumber peristiwa supranatural di pesawat kali ini adalah ini." Guo Fan dengan wajah mayatnya menunjuk sebuah gerabah keramik hitam legam.
Gerabah ini bentuknya sangat biasa, bagian atas menyempit dan bawah melebar. Tidak indah juga tidak antik, tapi memancarkan kesan aneh yang membuat merinding.
Sekilas melihat ke dalam melalui mulut guci, yang terlihat hanya kegelapan pekat bagai jurang tak berdasar.
"Biar saya yang lihat." Seorang pegawai sukarela maju mendekat.
"Saya murid Profesor Bai, punya pengetahuan mendalam tentang benda-benda bersejarah. Mungkin saya bisa membantu."
"Silakan." Shen Liang mengangguk, mengizinkan aksinya.
Rombongan kali ini cukup lengkap dengan ahli dari berbagai bidang penelitian.
Karena peristiwa supranatural ini memiliki nilai penelitian yang sangat besar.
Pegawai itu memandangi guci tersebut: "Ini bukan guci biasa, melainkan guci arwah."
"Apa itu guci arwah?" Guo Fan di sampingnya bertanya.
“Di beberapa makam kuno, terdapat dua botol yang diletakkan di sebelah peti mati. Botol-botol itu digunakan untuk menempatkan jiwa jenazah, sehingga disebut botol arwah. Namun botol arwah sudah tidak digunakan lagi dalam budaya pemakaman modern. Selain itu, botol arwah ini adalah produk modern yang bukan berasal dari tungku terkenal, melainkan hasil tungku tanah desa. Dari bahan pembuatannya diperkirakan usianya paling lama seratus tahun.”
Sambil berkata demikian, pegawai itu tampak bingung: “Aneh, botol arwah ini tidak seperti barang dari makam. Tidak ada bau tanah maupun anyir. Entah untuk apa majikannya dulu membakar benda ini.”
Seratus tahun lalu?
Tatapan Yang Jian sedikit mengerut, dia menangkap poin kunci ini.
Lagi-lagi produk era Republik?
Ruang bawah tanah Kuil Hongfa di Kota Dachang juga dibangun era Republik, rumah tua di Kompleks Perumahan Guanjiang pun dari era Republik. Bahkan piring nasi goreng telur yang muncul di lemari hantu ternyata keramik era Republik.
Semua informasi ganjil ini mengarah ke periode yang sama.
“Kalau begitu, botol ini sebelumnya digunakan untuk menampung hantu?” Zhong Shan juga memandangi botol itu. Dia tidak tertarik pada barang antik, hanya sumber asalnya.
“Kemungkinan itu tidak bisa diabaikan. Tutup botolnya masih ada di sini.” Pegawai itu memungut tutup botol dari sebelahnya.
Zhong Shan tersenyum: “Tak perlu ragu. Saya bertindak selalu yakin. Hari ini, sementara ramai orang, mari kita ungkap kebenarannya mentah-mentah.”
Sambil berkata, dia berjalan mendekat, mengambil guci hantu lalu langsung melemparkannya ke lantai.
Guci hantu itu pecah berantakan, pecahan keramik berserakan di lantai.
Sebuah botol emas muncul dari dalam pecahan keramik tersebut.
Melihat ini, kelopak mata Yang Jian langsung berkedut.
Emas?
Bukan hanya dia, yang lain juga tertegun sejenak.
"Keramik itu hanya penyamaran untuk menutupi botol emas ini. Karena botolnya terbuat dari emas, maka sudah pasti isinya..." Zhong Shan tersenyum tipis.
Bagi orang biasa, emas adalah uang. Tapi bagi Pengendali Hantu, ini adalah wadah untuk mengurung hantu.
Setiap Pengendali Hantu memiliki berbagai wadah emas di tangannya.
Kotak, kantong, kertas emas, koper... berbagai bentuk ada. Terserah mana yang dirasa praktis, bahkan botol pun bukan hal aneh.
"Barang peninggalan Pengendali Hantu seratus tahun lalu? Tercecer ke masyarakat karena kebetulan, dikira barang antik lalu dibeli. Lalu tutupnya jatuh karena guncangan pesawat, sehingga hantu di dalamnya lepas." Di kepala Yang Jian sudah teranalisa seluruh alur kejadian.
Ini benar-benar kecelakaan belaka.
Tidak ada sumber masalah. Kalau pun ada, harus tanya orang dari seratus tahun lalu.
"Jadi kita hanya buang-buang tenaga?" Guo Fan yang sejak tadi berwajah mayat semakin muram: "Banyak orang ribut mengurusi sebuah botol yang sama sekali tidak bernilai penelitian."
Hantu sudah di tangan Yang Jian. Botol ini kosong, hanya emasnya yang berharga.
Tapi apakah di antara kita ada yang kekurangan uang?
Saat ini, hasil penyelidikan dari sisi lain muncul, pemilik koper ini akhirnya ditemukan.
Dua personel khusus mengawal seorang pria paruh baya berbadan gemuk seperti mengawal tahanan.
"Wan Delu?" Yang Jian terkejut sebentar saat melihat pria paruh baya itu.
Sebelumnya di kabin kelas satu pesawat, dia pernah berbincang singkat dengan Wan Delu ini. Bukan kenalan dekat, hanya sekadar pernah bertemu sekali.
Kini, direktur perusahaan go public ini gemetar seluruh tubuhnya bagai burung yang ketakutan karena panah, bahkan lebih panik daripada saat menghadapi peristiwa supranatural.
Mungkin di hatinya sudah muncul firasat samar bahwa dirinya telah menyentuh masalah besar yang tak terduga.
