Malam hari.
Pemandangan malam di luar Kota Dajing gemerlap.
Meski Yang Jian sedang beristirahat, dia tidak berani benar-benar tertidur, meski ini Kota Dajing, dia tetap merasa perlu menjaga kesadaran.
Di dalam kamar tamu, semua penerangan dimatikan, membuat ruangan agak gelap.
Yang Jian duduk di sofa, sedikit menopang kepalanya, perlahan membuka matanya memandang pemandangan malam yang memukau di luar jendela kaca besar.
Sangat indah.
Juga sangat sepi.
Ini memberinya perasaan rileks dan nyaman, karena keramaian dan kemeriahan di luar menunjukkan bahwa daerah ini aman, tidak ada peristiwa supranatural yang terjadi.
Jadi entah sejak kapan, Yang Jian mulai menyukai suasana ramai, namun tak ingin menjadi bagian darinya. Karena dirinya sudah menjadi makhluk luar biasa, ia menjauhi kerumunan orang, tentu saja kerumunan juga akan menjauhi dirinya.
Mengamati dari jauh, merenung dengan tenang, bersembunyi dalam kegelapan - semua ini terasa baik baginya.
Yang Jian yang duduk diam itu seperti serigala kesepian yang sedang beristirahat sebentar.
Cahaya lampu neon dari luar menyorot masuk, melintas sekejap di dalam ruangan, membuat bayangan hitam di dalam terlihat sangat jelas.
Bayangan ini memanjang di belakang Yang Jian, terpantul secara ganjil di dinding belakang.
Bahkan ketika cahaya luar menghilang, bayangan ini tetap ada. Dan tak peduli bagaimana melihatnya, bayangan ini selalu kehilangan kepala, menciptakan ketidaksempurnaan yang aneh.
Di balik kulit dan daging Yang Jian, terdapat sesuatu berwarna merah darah yang berdiam diri, memancarkan cahaya merah samar yang terlihat samar-samar melalui kulit dalam kegelapan.
Seolah ada sembilan bercak cahaya merah terpatri di tubuhnya, tak bisa dihilangkan, seperti kutukan hantu jahat yang menyertai sepanjang hidup.
Sebagai pengendali dua hantu, sebenarnya batas kemampuannya sendiri sudah tercapai.
"Mata hantu sedang berada di pinggiran kebangkitan, bayangan hantu tanpa kepala juga telah sepenuhnya dibangkitkan, hanya saat ini sedang hang saja."
Tapi naluriah hantu masih ada.
Begitu naluri mengalahkan kesadarannya sendiri, itulah saat Yang Jian sepenuhnya berubah menjadi hantu gentayangan.
Waktu hening berdetak perlahan, Yang Jian yang setengah sadar seolah bisa merasakan nyawanya perlahan mengalir pergi.
Namun tak diketahui berapa lama telah berlalu.
Mungkin satu jam, mungkin dua tiga jam.
Pada suatu momen di tengah malam, ketenangan ini tiba-tiba dipecahkan oleh sebuah suara.
"Braak!"
Suara tembakan keras seolah berasal dari salah satu lantai Hotel Damai, disusul deretan bunyi alarm yang dinyalakan beberapa saat kemudian.
Yang Jian yang sedang direndam dalam tidur ringan perlahan membuka matanya.
Dia mengambil ponsel di sebelahnya dan melihat waktu, menemukan baru pukul tiga seperempat pagi, masih beberapa jam lagi menuju subuh.
"Baru jam tiga lebih?" Dia memicingkan mata, melanjutkan istirahatnya.
Tembakan di luar dan bunyi alarm tak ada hubungannya dengannya. Ini kan bukan tanggung jawabnya di Hotel Damai, biarkan yang berkepentingan saja yang pusing. Dirinya sudah terlalu sibuk kemarin, tak ingin terlibat dalam peristiwa apapun lagi, sekalipun terjadi kebakaran juga jangan ganggu istirahatnya.
Bagaimanapun, dirinya memang tidak bisa mati dibakar.
Tapi terkadang keinginan untuk tak peduli tak selalu bisa terwujud.
Ponsel positioning satelit secara paksa tersambung lima menit kemudian.
Suara Qin Meirou kembali terdengar: "Yang Jian ada?"
"Bisakah kita tidak berbicara?" Yang Jian terdiam cukup lama sebelum akhirnya membuka mulut.
“Apakah kau sekarang berada di Hotel Keselamatan?” Qin Meirou bertanya.
Yang Jian berkata: “Aku sedang tidur, kalau ada urusan bicarakan besok saja.”
Mendengar nada bicara ini, Qin Meirou langsung menyahut: “Pasti kau mendengar tembakan di Hotel Keselamatan tadi. Kali ini bukan peristiwa supranatural, ada seorang Pengendali Hantu yang mengalami gangguan mental, menembak mati seorang staf hotel. Sekarang sedang dalam kondisi bahaya tingkat tinggi, bisa melakukan kejahatan lagi kapan saja.”
“Oh, ada Pengendali Hantu yang gila?” Bola mata Yang Jian berkedip: “Tidak tahan lagi disiksa kebangkitan hantu ya.”
Tidur malam hari justru saat paling rapuh bagi Pengendali Hantu, gejala kebangkitan hantu akan perlahan muncul.
Dia pernah mengalami sendiri, memang mudah membuat orang jadi gila.
“Bisakah kau membantu menangani ini?” Qin Meirou ragu-ragu berkata.
“Kalau orang biasa bawa senjata melukai orang, aku pasti senang membantu. Tapi kalau Pengendali Hantu yang berbuat kejahatan... Serahkan ke Chen Yi saja.” Yang Jian berkata: “Aku tidak mau ikut campur, lagipula aku ke Kota Dajing untuk pelatihan, bukan bekerja.”
“Lokasi Hotel Keselamatan bukan di wilayah yurisdiksi Chen Yi, ini wilayah Gao Ming. Tapi Gao Ming sedang tidak dalam jam kerja, dia tidak akan bergerak. Mengingat kau ada di hotel, kalau mau membantu bisa menyelesaikan masalah kecil ini dengan cepat. Kalau harus menunggu instruksi markas, setidaknya butuh setengah jam baru ada tim khusus yang datang.” Qin Meirou menjelaskan.
Sudut bibir Yang Jian berkedut.
Mau menarikku jadi tenaga kerja gratis lagi?
"Begitu banyak mandor di sini, kenapa setiap kali harus saya sendiri? Apa karena sebelumnya saya terlalu sering menyumbang, jadi markas merasa saya mudah diperintah?"
Yang Jian langsung terkekeh sinis: "Chen Yi yang tidak dalam wilayah kerjanya tidak diurus, Gao Ming di luar jam kerja tidak diurus, jadi saya yang harus urus? Apa saya sama sekali tidak dianggap di markas? Semua peristiwa melelahkan dan tidak menyenangkan diserahkan ke saya? Atau setelah Zhao Jianguo mengundurkan diri, ada yang tidak puas dan sengaja membuat kesulitan untuk saya?"
"Bisa saja saya urus, tapi dengan 10 Lilin Hantu. Saya langsung bertindak. Bukankah ini soal jual nyawa? Kalau pihakmu sanggup bayar mahal, saya pun sanggup bekerja keras. Jangan sampai saya jadi kuli gratis lagi. Buruh lembursaja masih dihitung gajinya, masa saya lebih buruk dari mereka?"
"Maaf," ujar Qin Meirou sebelum memutus komunikasi.
Wajah Yang Jian kini mengeras.
Ia merasa sejak pengunduran diri Zhao Jianguo dan dimulainya Rencana Komandan Tim, banyak pengaturan markas mulai bermasalah serius.
Para Pengendali Hantu termasyhur sepertinya menghilang semua.
Bukan, bukan menghilang, tapi mulai ogah bekerja.
Orang-orang seperti dirinya yang intelijennya kurang update mulai sering ditarik jadi kuli, dipakai sekali-sekali.
Kalau Zhao Jianguo masih ada, pasti tidak akan begini. Zhao Jianguo paham batasan. Saat peristiwa Kota Zhongshan dulu, dia tidak memaksa saya untuk membantu karena waktu itu saya baru selesai urusan bus gaib. Akhirnya sayalah yang aktif ke Zhongshan.
Tapi sekarang...
Baru saja selesai peristiwa supranatural pesawat, masalah guci arwah baru teratasi, saya sudah dijadwalkan lagi.
"Sekarang saya harus mengakui, Zhao Kaiming memang benar saat di Kota Dachang dulu. Tidak ada yang ingin melihat orang biasa seperti saya bangkit, sekalipun saya sudah menyelesaikan peristiwa gaib Tingkat S."
Yang Jian berdiri, memandangi kota di luar: "Artinya, saya sedang ditekan secara diam-diam?"
Tekanan tak kasat mata ini bukan disengaja. Sebagian Pengendali Hantu enggan bertindak, sehingga beban secara alami jatuh ke tangan orang lain - dan semakin menumpuk.
Omongan "semakin besar kemampuan semakin besar tanggung jawab" itu omong kosong.
Kenyataan sebenarnya adalah: semakin besar kemampuan, semakin kecil tanggung jawab.
Tiba-tiba dia teringat perkataan Zhong Shan di bandara sebelumnya.
Untuk menjadi komandan tim, prestasi dan riwayat hidup saja tidak cukup. Diperlukan hak suara yang memadai.
Yang Jian saat ini memang kurang dalam hal hak suara.
"Tong Qian dan Feng Quan seharusnya sudah di Kota Dajing. Ada juga Lin Luomei dari forum gaib... belum lagi Xiong Wenwen." Tatapan Yang Jian bergetar lemah.
Bekerja ke mana-mana juga tidak tanpa hasil. Dia mulai mengenal beberapa orang.
Hanya saja, beberapa pihak belum menyadari pengaruh potensial yang melekat padanya.
"Braak!"
Kali ini tembakan terdengar lagi - bukan satu kali, melainkan rentetan pertempuran senjata.
Tampaknya Pengendali Hantu yang gangguan jiwa tadi sedang membela diri.
Tiba-tiba ketukan pintu terdengar di depan pintu gerbangnya.
Sebelum Yang Jian sempat membuka, pintu gerbang itu terbuka sendiri.
Zhang Lei dengan wajah kaku yang ditemui siang tadi berdiri di pintu yang redup, menyungging senyum aneh: "Yang Jian, ada masalah. Kau tahu kan?"
"Apa hubungannya dengan saya?" Yang Jian berbalik badan.
"Atasan menyuruh saya menanganinya. Kebetulan lewat, jadi saya beri tahu."
Yang Jian berkata; "Tidak perlu, kalau kau mau menanganinya silakan saja."
Aku menolak, lalu mengatur Zhang Lei untuk menanganinya?
Ternyata.
Bukan berarti tidak ada yang mengurus situasi ini.
"Menurutku lebih baik mengatakannya, karena baru saja tadi, Pengendali Hantu itu mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan... Lingkungan sudah terpengaruh." Zhang Lei berkata.
"Sepertinya harus sementara pindah tempat tinggal." Yang Jian berkata perlahan.
Senyum aneh di wajah Zhang Lei sedikit mereda: "Jika memungkinkan, harap kau datang melihat. Meski aku bisa menanganinya, dengan ada yang membantu aku akan lebih percaya diri."
Mendengar ini, Yang Jian terhenti sejenak.
