"Saat Yang Jian naik lift menuju lantai dua puluh Gedung Keselamatan, lift itu tidak berhenti di lantai dua puluh seperti perkiraan, melainkan terus naik ke atas."
"Hm?"
"Yang awalnya masih berpikir bagaimana membuat alasan logis untuk membius ibunya menjelaskan situasi dirinya menjadi Pengendali Hantu, keanehan lift ini langsung membuat Yang Jian tersadar."
"Tidak mungkin ini peristiwa supranatural." Yang Jian hanya melirik sebentar sebelum menyingkirkan pilihan terburuk.
"Kalau bukan peristiwa supranatural, berarti mungkin liftnya rusak."
"Tapi di sini, kemungkinan lift rusak jelas sangat kecil, tidak mungkin baru naik langsung rusak."
"Disebabkan oleh manusia?" Yang Jian memikirkan kemungkinan ketiga.
"Dia tidak panik, karena selama bukan peristiwa supranatural, tidak ada situasi lain yang layak dikhawatirkannya."
"Lift akhirnya berhenti di lantai tertinggi, lantai seratus."
"Ini gedung pencakar langit tertinggi di Kota Dajing, jauh lebih tinggi dari Gedung Shangtong di Kota Dachang tempat Yang Jian berada."
"Lagipula lift langsung menuju puncak tanpa berhenti di lantai manapun, semakin membuktikan dugaan Yang Jian mungkin benar."
"Ding dong~!"
"Akhirnya lift membuka pintu gerbang di lantai seratus."
"Lantai ini sangat luas, mirip dengan lantai pemisah api di tengah gedung. Tidak ada dekorasi mewah atau arsitektur rumit, hanya beberapa meja kerja, beberapa komputer, dan sofa yang ditata."
"Dibandingkan dengan luas lantai satu, perabotan ini terlihat tidak berarti."
"Yang Jian keluar dari lift, melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa. Terakhir, dia berbicara dingin ke lantai kosong: 'Sementara lantai ini kosong, lebih baik langsung kita hilangkan saja. Bagaimanapun juga tidak berguna.'"
"Dia tidak percaya lantai ini benar-benar kosong."
"Gedung Keselamatan digunakan sebagai perusahaan untuk menempatkan keluarga. Setiap lantai pasti sangat berharga, tidak mungkin sengaja menyisakan satu lantai yang tidak terpakai."
"'Maaf, saya kira Anda tidak akan langsung naik lift ke sini. Lagipula saat menemukan lift bermasalah, kebanyakan orang akan berpikir untuk menghentikan darurat lift atau menggunakan kemampuan tertentu untuk kabur. Tak disangka Anda tidak melakukan apa-apa. Intuisi yang peka - sudah menebak kalau lift sengaja diutak-atik?'"
"Suara seorang wanita terdengar."
"Seorang wanita profesional berbaju putih dan rok pendek dengan tubuh tinggi langsing yang matang muncul dari balik pilar, berjalan dengan sepatu hak tinggi."
"Dia tersenyum ramah dengan percaya diri: 'Halo Yang Jian, saya Li Yao asisten di sini. Semoga tindakan tadi tidak membuat Anda tidak nyaman. Lagipula dalam situasi sah dan wajar, bisa bertemu Yang Jian si Mata Hantu merupakan kesempatan langka.'"
“Jadi hari ini sudah lama kutunggu.”
“Li Yao?” Ekspresi Yang Jian berubah: “Tak pernah dengar.”
“Saya hanya orang kecil tak berarti, wajar saja pahlawan selevel Yang Mulia tak mengenal.” Li Yao berkata.
Yang Jian berkata: “Tak perlu memberi pujian kosong. Kau tahu saya mengunjungi ibu, sengaja kendalikan lift untuk bawa saya ke sini. Jelas sudah direncanakan. Langsung saja, apa keperluanmu? Saya orang berwatak keras, mudah tersinggung. Apa pun itu, lebih baik kalian siapkan mental.”
“Karena kebanyakan permintaan pasti saya tolak.”
Li Yao tersenyum: “Jarang bertemu orang sejujur dan setulus ini.”
“Hanya orang tak becus yang perlu berpura-pura, takut menyinggung hingga merugikan diri. Orang sepertiku yang nyawa tak lagi di tangan sendiri masih akan peduli dengan ini?”
Yang Jian berkata: “Kalau ada omongan, cepatlah. Saya tak suka buang waktu dengan orang tak dikenal.”
“Masuk akal. Memang tak perlu basa-basi untuk orang selevel Yang Mulia. Langsung ke inti lebih sesuai gaya Anda.” Li Yao memberi isyarat: “Tapi tata krama menerima tamu tetap perlu. Silakan duduk, saya buatkan teh. Ini menyangkut hal penting terkait diri Anda, saya rasa Yang Mulia perlu tahu detailnya.”
“Mengingat kau pegawai Gedung Keselamatan, saya kasih lima menit.” Yang Jian mengerutkan kening. Mempertimbangkan latar belakang markas besar, dia tak langsung pergi. Melihat jam, dia mendekat.
“Kau mau minum teh atau kopi？Jus juga ada.” Li Yao berjalan ke sebuah bar kecil di sebelah dan berkata.
Yang Jian berkata: “Air Bahagia Orang Rumahan saja.”
Li Yao tertegun, mengambil minuman kaleng dan meletakkannya di meja teh; “Selera Yang Mulia benar-benar unik.”
“Biasa saja, tidak unik.” Kata Yang Jian.
“Langsung ke pokok persoalan saja, ada urusan apa mencari saya？Jangan-jangan ingin mendekati saya secara profesional？Jujur saja, saya tidak terlalu tertarik dengan wanita tua sepertimu. Jika ingin mendekati saya, harap cari orang yang sesuai selera saya.”
Senyum Li Yao sedikit kaku: “Pemikiran Yang Mulia juga aneh.”
“Aneh？Lagi pula gaya berpakaianmu sangat mirip dengan seorang tante tua di sekitarku. Sayangnya informasi Anda tampaknya ketinggalan zaman, hanya karena dia suka berpakaian seperti ini bukan berarti saya juga suka.” Yang Jian berbicara perlahan.
Jiang Yan terus terbuai dalam godaan profesionalnya sendiri, mengira bisa membuat Yang Jian terpesona, tanpa menyadari bahwa selera pria itu sama sekali bukan ke arah sana.
“Sebelum membahas urusan penting, saya ingin bertanya, bagaimana pendapatmu tentang Rencana Komandan Tim？” Kata Li Yao.
Yang Jian berkata: “Saya sepenuhnya mendukung setiap keputusan markas besar. Selama semua rencana ditujukan untuk kebaikan rakyat, saya sangat setuju dan bersedia berjuang seumur hidup, sekalipun harus mengorbankan nyawa.”
“……” Li Yao yang sudah membaca arsip Yang Jian, hampir terharu oleh ucapan ini.
“Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, saat ini kuota Rencana Komandan Tim sudah mulai ditetapkan, sisa kuota yang ada tidak banyak lagi, mungkin hanya tinggal dua tempat.” Li Yao berkata perlahan: “Dan di antara kandidat tersebut tidak ada namamu, artinya dalam kondisi normal kemungkinan besar kamu tidak akan terpilih sebagai anggota Rencana Komandan Tim.”
“Sekalipun kamu sudah dinominasikan, dan bahkan menjadi kandidat populer.”
Yang Jian mengerutkan kening: “Saya bahkan belum tahu soal Rencana Komandan Tim tapi proses seleksi sudah berakhir? Ini keterlaluan, seperti ada tirai hitam.”
Li Yao tersenyum: “Beberapa hal sudah ditetapkan sejak awal perencanaan, tidak bisa diubah sembarangan. Selain itu, di balik rencana ini ada dukungan berbagai pihak, bukan hanya markas pusat. Meskipun riwayatmu mengesankan, keberadaanmu tidak sesuai dengan kebutuhan kepentingan berbagai pihak. Jadi kamu bisa memahaminya, kan?”
“Mengerti. Intinya orang seperti saya yang cuma si pecundang ini tidak punya daya saing, sulit dikontrol, dan sumber daya yang diinvestasikan ke saya akan sia-sia. Hmm, sepertinya ada yang pernah menyinggung hal ini sebelumnya, mirip dengan ucapanmu.” Yang Jian teringat perkataan Zhong Shan di bandara kemarin.
Maksudnya adalah mengumpulkan para Pengendali Hantu termasyhur untuk memperjuangkan hak suara dan merebut satu kuota komandan tim, tapi saya menolak. Namun Zhong Shan tidak marah dan masih menunggu jawaban saya.
“Keistimewaanmu tentu akan membuat banyak pihak menghubungimu, tapi saya yakin tidak ada yang bisa menawarkan kompensasi lebih tinggi dari kami.” Li Yao tersenyum dengan sangat serius.
“Kami maksudnya siapa?” Yang Jian bertanya.
“Sebagian besar orang.”
“Sebagian besar orang seperti apa?”
Li Yao menjawab: “Sebagian besar orang yang sepertimu.”
“Apa yang bisa saya dapatkan?” Yang Jian bertanya.
“Kau harus melakukan sesuatu dulu, baru bisa mendapatkan sesuatu.” Li Yao tersenyum.
Yang Jian berkata; "Apa hubungannya dengan keputusanku tidak bergabung dengan kalian?"
"Sangat berhubungan. Begitu Rencana Komandan Tim dijalankan, situasi akan berubah total. Bahkan jika kau adalah penanggung jawab Kota Dachang, tetap ada risiko dieliminasi jika membuat musuh tertentu." Li Yao menjelaskan: "Ini adalah tata krama baru. Kau harus beradaptasi dalam sistem ini, bukan melawannya. Ini menguntungkan kedua belah pihak."
Tiba-tiba Yang Jian tertawa, seperti gadis polos berbobot 100 kilogram.
"Menurutmu ini lelucon?" tanya Li Yao.
Senyum Yang Jian membekukan darah: "Kau mengancamku?"
"Bukan ancaman, tapi penjelasan tentang realita yang akan segera kau hadapi." jawab Li Yao.
"Aku penasaran. Orang biasa biasanya grogi bahkan ketakutan di hadapanku, tapi kau malah berani bersikap sok jago. Siapa yang memberi nyali padamu?" Badan Yang Jian sedikit condong ke depan, menatap intens wanita asing bernama Li Yao ini sambil berkata.
Li Yao menjawab: "Karena bagi kami kau hanya memiliki nilai tukar, bukan kebutuhan vital. Andai bukan karena masalah kebangkitan hantu gentayangan, kami sudah bisa membereskanmu di tempat. Jangan lupa, kau cuma pendatang baru. Tahukah kau sejauh apa perkembangan Pengendali Hantu generasi pertama sebelummu?"
"Fenomena gaib mungkin sudah tidak lagi menjadi ancaman."
Yang Jian kembali tertawa, kali ini dengan nada mengejek: "Kau sudah dicuci otak ya, sampai percaya omong kosong seperti ini?"
"Aku tak akan tersinggung dengan ucapan picisan." Li Yao menggelengkan kepala pelan.
“Ketidaktahuan? Atas dasar apa kau menyimpulkan bahwa kesimpulanku lahir dari ketidaktahuan? Berapa banyak peristiwa supranatural yang sudah kau alami?” Yang Jian berkata: “Awalnya Pengendali Hantu tidak takut kekuatan gelap? Itu karena pengalaman mereka masih sedikit.”
Hebatnya, Pengendali Hantu generasi awal hanya bertahan 2-3 tahun saja. Mungkin mereka bisa mengendalikan tiga hantu, bahkan menjadi sosok luar biasa di antara Pengendali Hantu sehingga tak perlu khawatir soal kebangkitan arwah gentayangan.
Tapi dibandingkan dengan Pengendali Hantu era Republik, mereka ini sama sekali tak berarti.
Seratus tahun lalu, para tokoh termasyhur semuanya tewas. Hanya menyisakan rumah-rumah tua runtuh dan guci arwah sebagai bukti perburuan hantu masa lalu.
Apa arti semua ini?
Ini menandakan bahwa teror kebangkitan gelap baru saja dimulai.
Kengerian sebenarnya masih mengintai di belakang.
Yang Jian telah menyaksikan banyak potensi mengerikan yang belum muncul di dunia ini. Contohnya bayangan hitam besar yang dipakukan dengan paku peti mati di bawah kuil, hantu di belakang Zhao Kaiming, rahasia kertas kulit manusia, sesuatu yang sedang dikandung peti mati hantu, lahan pemakaman yang dilintasi mobil hantu, eksistensi pengantin perempuan mumi, serta mayat pria berjalan di Hotel Caesar Kota Zhongshan...
Ribuan masalah laten perlahan terungkap. Peristiwa supranatural yang dihadapi Pengendali Hantu awal sama sekali berbeda tingkatannya dengan yang terjadi belakangan.
