Yang Jian mengobrol cukup lama dengan ibunya Zhang Fen, hanya percakapan ringan seputar keluarga.
“Nak, katanya waktu itu ada kebocoran bahan kimia di Dachang yang menyebabkan polusi parah. Apa itu benar?” Zhang Fen bertanya dengan nada misterius. “Aku dengar sampai mengerahkan pesawat dan kendaraan lapis baja, sepertinya mau perang?”
“......” Yang Jian tak tahu dari mana ibunya mendapat kabar burung ini.
Bahkan isu perganya sampai muncul. Jangan-jangan ada orang yang sengaja menyebarkan informasi palsu di internet?
“Bukan perang, saya juga tidak tahu persis apa yang terjadi. Saat itu sekolah diliburkan, saya dan teman sekelas dipindahkan meninggalkan Kota Dachang untuk mengungsi ke luar kota.” Yang Jian berbohong.
Zhang Fen tersadar: “Pantas saja ponselmu tidak bisa dihubungi, semua informasi hanya melalui pemberitahuan atasan. Katanya sekarang Kota Dachang sudah kembali normal, kenapa kamu tidak sekolah malah ke Kota Dajing?”
“Bu, sekolah sudah tidak bisa dilanjutkan. Semua sekolah ditutup. Sekarang mau belajar pun tidak ada bukunya.” Yang Jian menjawab getir.
“Bagaimana bisa begitu? Atasan juga tidak ikut campur?” Zhang Fen heran.
Yang Jian berkata; “Tidak peduli. Terlalu banyak sekolah dan murid yang harus diatur. Kecuali pindah sekolah ke luar daerah, tapi saya sudah melewatkan jadwal ujian masuk perguruan tinggi. Sekalipun pindah harus mengulang satu tahun, jadi untuk sementara berhenti sekolah dulu menunggu pemberitahuan tahun depan.”
“Ya sudah, belajar tetap tidak boleh ditinggalkan. Mengulang satu tahun juga tidak apa.” Zhang Fen mengangguk setuju.
Yang Jian berkata; “Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini saya dan teman mendirikan perusahaan. Beruntung dapat untung. Bu, bagaimana kalau dalam beberapa tahun ini berhenti kerja dari sini dan kembali ke Kota Dachang?”
Dia merasa Kota Dachang sekarang lebih aman daripada Kota Dajing. Sudah ada kemampuan untuk membawa kembali ibunya.
Munculnya Rencana Komandan Tim membuatnya mencium aroma krisis.
Karena itu harus mempersiapkan diri lebih awal.
“Berhenti kerja? Ini tidak mungkin, pekerjaanku ini kan hasil undian, cuma satu dari sepuluh ribu orang yang menang. Lagipula gajinya besar, tunjangannya bagus, buat apa mengundurkan diri.” Zhang Fen langsung menggelengkan kepala; “Meskipun baik kamu merintis usaha dengan teman sekelas, tapi awalnya pasti sulit mendapat untung. Lebih baik aku tetap bekerja di sini dengan tenang.”
Dia mengira anak lelakinya Yang Jian hanya bermain-main dengan teman sekelas, bisa cari nafkah sendiri saja sudah bagus, jadi sangat berat melepas pekerjaannya saat ini.
“Kalau begitu urusan ini kita bicarakan nanti saja.” Yang Jian tersenyum, tidak memaksa membujuk.
“Kamu belum cerita kenapa tiba-tiba bisa sampai ke Kota Dajing?” Zhang Fen bertanya lagi.
Yang Jian berkata; “Ya sudah jelas, bukankah aku mendirikan perusahaan dengan teman? Kali ini ada urusan bisnis yang harus diselesaikan di sini.”
“Urusan bisnis apa?”
Yang Jian berpikir sejenak: “Menjaring investor.”
“Di usiamu yang masih muda ini bisa mudah menemukan investor?” Zhang Fen ragu.
Yang Jian berbisik pelan; “Teman sekelas punya koneksi, seharusnya tidak sulit. Kalau berhasil dapat investasi, perusahaan bisa mapan. Nanti keluarga kita akan kaya raya.”
Mendengar kata kekayaan, Zhang Fen langsung tersenyum: “Harus berusaha keras, manfaatkan kesempatan ini baik-baik.”
Mereka berdua berbincang lagi. Yang Jian harus memutar otak membuat beberapa alasan agar situasinya terlihat wajar, nyaris tidak ketahuan kelemahan.
“Karena sekarang adalah jam kerja, Zhang Fen tidak berlama-lama. Melihat anaknya baik-baik saja, hatinya pun lega. Mengenai urusan bisnis Yang Jian, dia tidak banyak bertanya, hanya mengingatkannya untuk berhati-hati jangan sampai ditipu orang, menjaga keselamatan, dan jangan terlalu capek.”
Setelah mengantar ibunya kembali bekerja, Yang Jian memanggil manajer tempat itu.
“Yang Jian, apakah situasi di sini cukup memuaskan?” Manager berkacamata itu tersenyum manis dengan nada menjilat; “Lingkungan perusahaan kami sungguh prima, kami tidak akan membiarkan keluarga anggota manapun diperlakukan tidak adil.”
Yang Jian berkata; “Tolong bantu saya.”
“Jangan sungkan, silakan katakan.” Manager menyambut dengan senyuman ramah.
Yang Jian berkata: “Dalam beberapa hari ke depan, carilah alasan untuk memecat ibuku. Kapan tepatnya, berikan saya kartu nama Anda, nanti saya akan memberi tahu.”
“Ini... Ini kenapa? Apakah ada ketidakpuasan terhadap perusahaan? Kami bisa memperbaikinya.” Manager terlihat bingung.
Yang Jian berkata: “Tempat ini bagus, tapi saya ingin membawa ibu kembali ke Kota Dachang. Tidak bolehkah?”
“Tentu saja boleh, tapi saya tidak berwenang, perlu mengajukan ke atasan.” Manager berbisik.
“Ajukan saja. Ada masalah, telepon saya.” Kata Yang Jian.
“Baik.”
Setelah menyelesaikan urusan ini, Yang Jian pun pergi.
Sesuai rencananya, dia akan membawa ibunya kembali ke Kota Dachang setelah kunjungannya ke Kota Dajing ini selesai.
Tentu saja, semua ini masih ada syaratnya.
Yakni dia harus menemukan cara untuk menyelesaikan masalah pribadinya saat ini. Jika tidak bisa, telepon pengunduran diri ini juga tidak akan ditelepon, lagipula harus mempersiapkan dua rencana cadangan.
Setelah keluar dari Gedung Keselamatan, Yang Jian tidak langsung pergi. Dia mendatangi sebuah restoran di sekitarnya untuk menyantap sesuatu.
Meski kondisi tubuhnya bermasalah dan telah mengurangi nafsu makan serta tidur secara bertahap, namun kondisi fisiknya saat ini masih normal. Dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh normal, makan dan tidur tetap diperlukan. Hanya saja kebutuhannya bisa jauh lebih sedikit dibandingkan orang biasa.
Namun, tujuannya bukan sekadar makan. Ada tujuan lain yang hendak dicapainya.
Hanya saja saat ini, diperlukan sedikit kesabaran untuk menunggu.
Waktu terus berlalu.
Enam jam telah berlalu sejak Yang Jian menyelesaikan makan siangnya.
Senja tiba, langit perlahan-lahan meredup.
Tapi hal ini tidak berdampak sama sekali bagi Kota Dajing. Pejalan kaki di jalanan masih ramai, berbagai lampu gemerlap di sekitarnya mulai menyala, menggantikan cahaya matahari terang yang sebelumnya.
Pada momen ini.
Di dalam Gedung Keselamatan.
Li Yao baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Meski jam pulang kerja sudah lama lewat, namun karena sifat khusus pekerjaannya, dia terpaksa lembur sampai semua tugas di tangannya selesai.
Dengan tubuh yang mulai lelah, dia naik lift menuju parkir bawah tanah untuk pulang mengendarai mobilnya.
Bahkan di area parkir bawah tanah pun ada satpam yang berpatroli, dengan CCTV di setiap sudut tanpa ada titik buta.
Gedung Keselamatan ini sangat aman, begitu amannya hingga seorang wanita seksi seperti dirinya bisa memakai rok pendek yang sangat menggoda, memperlihatkan sepasang kaki indah yang panjang dan putih bersinar berjalan seenaknya di area parkir yang sunyi dan redup ini, tanpa sedikit pun khawatir bertemu penjahat atau menjadi target incaran karena harta yang terbawa.
Tak lama kemudian.
Bersamaan dengan raungan mesin mobil.
Sebuah mobil sport merah yang gagah meluncur keluar dari area parkir, segera meninggalkan Gedung Keselamatan, menyusuri sebuah jalan raya melesat ke arah selatan.
Di dalam kereta, Li Yao mendengarkan alunan musik yang menenangkan, mengenakan kacamata hitam sambil menginjak gas, bersiap pulang ke rumah sendiri untuk beristirahat seperti biasa.
Urusan siang hari membawa sedikit kegelisahan baginya, tapi dia adalah tipe orang yang pandai mengatur hidup. Masalah pekerjaan akan dilupakannya selama perjalanan pulang mengemudi ini, dan dilupakan sampai habis tak bersisa.
Jika tidak, setiap hari harus menangani berbagai macam orang dan urusan, sekuat apa pun kemampuannya pasti tidak akan sanggup bertahan.
Seiring melesatnya mobil sport merah ini yang lancar tanpa hambatan, perasaan Li Yao perlahan membaik. Dia bersenandung kecil, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.
Namun seiring berjalannya waktu.
Tiba-tiba Li Yao yang sedang menyetir ini merasa ada yang aneh.
Sejak tadi dia mulai menyadari, mobil-mobil di sekitar tampak jauh lebih sepi dari biasanya.
Dulu setiap pulang kerja, macet puluhan menit di jalan ini sudah biasa. Tapi hari ini sama sekali tidak ada kemacetan, bahkan saat melewati persimpangan lampu merah pun selalu menyala hijau.
Awalnya, detail kecil ini membuat Li Yao merasa nyaman, menganggap hari ini beruntung karena tidak perlu terjebak asap knalpot.
Namun sekarang, alut Li Yao mulai berkerut.
Tidak macet bisa disebut keberuntungan, tapi semakin berkurangnya mobil di jalan jelas tidak normal.
Selain itu, jalan di depan terasa jauh lebih panjang dari biasanya.
"Tidak beres." Li Yao melepas kacamata hitam, wajahnya berubah pucat. Dengan gerakan cepat, dia menginjak rem dan memutar setir, melakukan drifting sempurna hingga mobil berhenti di tengah jalan.
Biasanya tindakan seperti ini pasti melanggar aturan, bahkan berisiko menabrak mobil lain.
Tapi sekarang... jalan raya yang luas sudah benar-benar kosong.
Depan sunyi senyap, melihat ke kaca spion pun belakang sama-sama kosong.
Kecuali lampu neon di gedung pencakar langit jauh di kejauhan, hanya mobilnya sendiri yang tersisa di seluruh jalan.
Li Yao membuka pintu mobil, turun dan melihat sekeliling. Ketenangan dan keyakinan di matanya perlahan berubah menjadi kecemasan dan ketakutan.
Tak perlu diragukan lagi.
Ini adalah peristiwa supranatural.
Dengan panik dia kembali ke mobil, mengambil ponsel khusus dan langsung mengirim sinyal darurat.
“Jangan takut, jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Ini adalah Kota Dajing. Bahkan jika saya bertemu peristiwa supranatural, selama bertahan tiga menit, pasti akan ada anggota yang datang menyelamatkan saya. Saya tidak akan apa-apa.” Li Yao menghibur diri sendiri, mengatasi ketakutan dalam hatinya.
Sekaligus menjaga kesunyian dan ketenangan.
Dia tahu, jika orang biasa tanpa sengaja terperangkap dalam suatu peristiwa supranatural, selama tetap tenang, tidak berteriak-teriak, apalagi berlari kian kemari, kemungkinan diawasi hantu sangatlah rendah.
Bahkan jika diawasi, kecil kemungkinan terjadi dalam waktu singkat.
Yang harus dilakukannya adalah memastikan dalam tiga menit ini dirinya sendiri tidak membunuh.
Memanfaatkan waktu tunggu sejenak ini, Li Yao mengamati segala situasi di sekitarnya, terus waspada terhadap kemungkinan munculnya "anggota", atau sesuatu yang ganjil.
Tapi sayangnya.
Dia sama sekali tidak melihat apapun, di sekitar juga tidak terjadi keanehan apapun.
Dirinya seolah dilempar ke wilayah tak berpenghuni, selain diri sendiri tidak ada seorang pun yang sendirian.
"Belum pernah ada peristiwa supranatural seperti ini... Kira-kira apa? Yang memenuhi syarat hanya peristiwa supranatural Tingkat A yang baru dibangun arsipnya belum lama ini, kode nama: Jalan Hantu Ganas." Begitu memikirkan ini, Li Yao tak bisa menahan tubuhnya gemetar ringan.
Jika benar ini peristiwa supranatural berkode Jalan Hantu Ganas, maka posisinya akan sangat membahayakan.
