Di jalan raya yang sepi tak berpenghuni.
Li Yao sendirian berdiri di tengah jalan, tatapannya yang sedikit panik dan cemas terus-menerus memperhatikan setiap gerakan di sekitarnya. Namun tidak hanya tidak ada aktivitas sama sekali, suasana sekitar justru terasa sunyi secara ganjil. Dia tidak bisa mendengar suara kendaraan mana pun di dekatnya, juga tidak melihat seorang pejalan kaki pun. Seolah-olah dia tersesat, tanpa sengaja memasuki dunia yang telah dilupakan orang.
Meski ketahanan mentalnya jauh lebih baik dari orang biasa, seiring berlalunya waktu, kecemasan dalam hatinya semakin membesar dengan cepat.
Ketakutan perlahan menyelimuti hatinya, menggerogoti akal sehatnya sedikit demi sedikit.
Karena sudah lebih dari tiga menit sejak dia mengirim sinyal darurat.
Penyelamatan yang dibayangkannya tidak kunjung datang, bahkan tidak ada respons sama sekali.
Dalam situasi seperti ini, hanya ada dua pilihan di hadapannya: terus menunggu pertolongan di tempat ini.
Atau, terus mengemudi ke depan. Mungkin ada perubahan baik di sekitar, tapi juga berisiko mendekati entitas mengerikan yang bisa membuatnya tewas di jalan raya tak berujung di depan.
"Tidak boleh terus maju, coba kembali ke belakang." Li Yao bertahan mengatupkan giginya, mengumpulkan keberanian untuk kembali ke mobil dan berbalik arah.
Namun ketika menoleh, wajahnya langsung membeku kaku.
Mobil yang tadi masih ada di sebelahnya ternyata sudah menghilang tanpa bekas.
Tidak salah lihat.
Jalan raya yang kosong melompong, mobilnya sudah lenyap.
"Bagaimana bisa begini?" Suara Li Yao bergetar gemetar.
Sebelum pertolongan datang, perubahan ini sering mengungkapkan sinyal yang sangat buruk... Kejadian gaib berada di sekitar kita sendiri.
Di bawah ketakutan, Li Yao merasa tempat ini sama sekali tidak bisa ditinggali lagi. Dia bahkan curiga hantu ada di sekitarnya.
Tanpa tanda peringatan apapun, tiba-tiba dia berbalik arah dan berlari kembali seperti orang gila.
Sekalipun tidak mengemudi, dia harus menjauhi tempat yang baru saja ditinggalinya. Sama sekali tidak boleh tetap tinggal di sana menunggu mati. Kali ini mobilnya yang menghilang, berikutnya mungkin dirinya sendiri.
Li Yao yang mengenakan sepatu hak tinggi sama sekali tidak bisa berlari cepat. Dalam keadaan darurat hampir terjatuh.
Tapi dia tidak peduli lagi. Melepas sepatu hak tingginya, berlari sekencang-kencangnya dengan kaki telanjang.
Lari karena ketakutan membuat fisiknya cepat terkuras. Belum lama berlari, Li Yao sudah terengah-engah, keringat bercucuran, seluruh tenaganya seperti terkuras habis. Tak lama kemudian kakinya lemas, langsung terjatuh ke tanah.
Tapi keinginan untuk bertahan hidup menggerakkannya.
Li Yao berjuang bangkit, bersiap untuk terus berlari lagi.
Namun saat dia berdiri, tiba-tiba matanya membelalak, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi mengerikan.
Jalan di depannya menghilang.
Kegelapan menghalangi tengah jalan raya, menelan semua pemandangan di kejauhan.
Bersamaan dengan itu, di ujung jalan tersebut, sebuah lampu jalan memancarkan cahaya redup, menerangi sekitarnya.
Di bawah lampu jalan yang redup, terdapat sebuah bangku panjang yang sangat biasa, seperti yang bisa ditemukan di taman atau kompleks perumahan untuk tempat istirahat.
Hanya saja di bangku itu duduk seseorang. Orang ini memegang koran usang yang terbentang, diangkat menghadap cahaya redup lampu jalan di atasnya, menatap tanpa bergerak. Koran terbuka ini menutupi setengah badan orang tersebut, bahkan menyembunyikan wajahnya. Sama sekali tidak terlihat rupanya, hanya kaki yang terlihat kaku dan tangan yang memegang koran tanpa gerakan.
Pemandangan ini sepenuhnya menenggelamkan sisa akal sehat Li Yao.
Hantu~!
Sebuah kata yang menakutkan menguasai seluruh pikirannya, sekaligus menghancurkan semua ketenangan dan keyakinan diri. Hanya tersisa wajah cantik yang dipenuhi keputusasaan, serta sepasang mata yang penuh ketakutan.
Habislah.
Li Yao tidak lagi berlari, dan tak sanggup berlari. Saat itu juga dia lemas tak berdaya di tanah, tubuhnya seolah bukan miliknya sendiri. Semua harapan untuk bertahan hidup padam, hanya menyisakan akhir mengerikan: menunggu mati di tempat.
Tak lama kemudian.
Di bawah tatapan Li Yao yang merinding, hantu yang duduk membaca koran di bawah lampu jalan itu mulai bergerak.
Tangan kaku perlahan menurunkan koran.
Samar-samar dia melihat sisi lain koran usang itu basah oleh darah yang begitu pekat hingga hampir menetes.
Seolah momen kematian telah tiba.
Li Yao napas tersengal-sengal, detak jantung makin kencang, seluruh tubuhnya gemetar, kepalanya berhenti berpikir.
Namun, saat ketakutannya mencapai puncak, anggota di hadapannya meletakkan koran ganjil itu, akhirnya menampakkan wajahnya.
Wajah muda yang familiar, ekspresinya seolah membawa kepedulian tak jelas, lalu membuka mulut: "Sudah larut, kau sudah makan?"
Yang Jian?
Li Yao hampir berteriak, tapi saat membuka mulut suaranya tercekat, membuat wajahnya memerah.
"Jangan buru-buru, bicaralah perlahan. Kita punya banyak waktu." Kata Yang Jian dengan tenang.
"Me... Mengapa kau?" Emosi Li Yao meluap, sisa ketakutan membuatnya tak bisa tenang seperti sebelumnya.
Yang Jian meletakkan koran di tangannya: "Mengapa bukan aku? Kukira Nona Li Yao bisa tetap percaya diri menghadapi peristiwa supranatural seperti siang tadi. Ternyata kau mengecewakan - tetap takut hantu. Tapi kenapa tak takut padaku?"
Dia tersenyum: "Karena Pengendali Hantu masih punya akal sehat, bisa diajak berinteraksi? Sedangkan hantu tak peduli statusmu."
"Yang Jian, apa maumu? Bebaskan aku!" Li Yao berdiri gemetar: "Jangan kira aku tak tahu! Ini pasti di Wilayah Hantumu! Semua ini ulahmu!"
“Tidak perlu buru-buru. Siang hari di wilayah kekuasaanmu, dengan banyak orang mengawasi, aku masih bisa menahan diri. Tapi sekarang ini wilayahku, jadi aku ingin melakukan hal-hal yang tak berani kulakukan di siang hari.” Yang Jian berkata perlahan.
Li Yao membalas dengan panik dan marah; "Kau tak berani membunuhku! Jika aku mati, konsekuensinya pasti tak bisa kau tanggung. Kau akan menyesal!"
"Aku tidak bilang mau membunuhmu." Kata Yang Jian.
"Lalu apa yang kau inginkan?" Tanya Li Yao terburu-buru.
Dia tidak percaya Yang Jian menggunakan Wilayah Hantu hanya untuk mengajaknya mengobrol. Pasti ada tujuan tersembunyi.
"Jangan-jangan kau mau memaksaku... Jika memang begitu, kita bisa berdiskusi. Sebenarnya menghabiskan malam indah bersamamu juga bukan hal buruk. Lagipula kau juga tokoh termasyhur di dalam negeri. Di sisi tertentu, aku cukup mengagumimu."
Dia menyadari tubuh indahnya mungkin memicu kebutuhan biologis Yang Jian.
Untuk menahan Yang Jian sekaligus menghindari pembunuhan, Li Yao segera mengubah sikapnya agar tidak memprovokasi pria itu.
Dari penelitiannya tentang kasus kriminal terhadap perempuan, semakin keras perlawanan korban justru meningkatkan persentase keyakinan pembunuhan oleh pelaku. Penolakan itu akan menyakiti ego rapuh penjahat hingga melakukan kekerasan.
Karena itu dia berpura-pura patuh untuk melewati krisis saat ini.
"Aku memang membutuhkanmu, tapi bukan kebutuhan jenis itu." Wajah Yang Jian tetap tenang.
"Li Yao wajahnya berubah-ubah; ‘Kau tidak membunuhku, juga tak ingin memanfaatkanku, lalu apa tujuanmu? Jangan-jangan benar-benar sekadar ingin berbincang denganku?’"
Yang Jian berkata: "Aku ini orang yang selalu berhati sempit. Ritual siang tadi membuatku mencium aroma krisis, tapi aku kekurangan saluran informasi. Semuanya tertutup rapat bagaikan dalam kuali. Sedangkan kau sepertinya orang dalam yang memiliki pemahaman sangat jelas tentang situasi Kota Dajing. Jadi, aku ingin kau bekerja untukku."
"Kukatakan dulu, aku sangat menjijikkanmu, tapi saat ini terpaksa harus memanfaatkanmu."
"Bekerja untukmu?" Li Yao tertegun sejenak, kemudian tatapannya bergetar lemah: "Beri aku waktu untuk mempertimbangkannya."
Dia tidak langsung menolak, karena itu tindakan yang sangat bodoh. Lagipula, nyawanya saat ini berada di tangan Yang Jian ini.
Yang Jian berkata; "Tidak perlu mengulur waktu, aku juga tidak meminta persetujuanmu, hanya memberitahumu lebih awal agar kau paham apa yang sebenarnya terjadi. Lagipula setelah ini semua yang terjadi di sini akan kau lupakan, dan dirimu sendiri akan berubah sepenuhnya, berubah menjadi karyawan yang hanya setia padaku."
"Apa maksudmu ini?" Li Yao mulai merasa cemas, samar-samar menyadari Yang Jian akan melakukan sesuatu padanya.
"Sederhana saja, menghapus ingatanmu." Yang Jian berdiri perlahan, nadanya sangat dingin.
