Dari penjelasan Zhang Lei dan sebagian materi kuliah Profesor Bai yang sedang berlangsung, Yang Jian mulai memahami maksud markas besar.
Munculnya peristiwa supranatural memang tidak normal. Tapi seiring frekuensi kejadian ini yang semakin meningkat, semakin banyak orang yang mengetahui eksistensi hantu. Ini membutuhkan penjelasan logis baik secara nasional maupun global, setidaknya untuk mengurangi ketakutan di hati masyarakat meski tidak sepenuhnya menghilangkannya.
Untuk itu diperlukan serangkaian pernyataan yang kredibel dan tanpa celah untuk meyakinkan semua orang.
Hanya dengan cara ini, kengerian dan keanehan peristiwa supranatural akan tertutupi, tatanan dasar global tidak akan hancur berantakan.
Tapi untuk menyusun alasan asal-asalan yang bisa dipercaya semua orang, tak perlu diragukan lagi, kita harus mencari dari sejarah masa lalu. Karena semua orang mempercayai sejarah, sedangkan sastrawan termasyhur seperti Profesor Bai bertujuan memotong sebagian dokumen sejarah lalu mengombinasikannya menjadi narasi baru.
Tentu saja, celah-celah dalam kisah ini juga harus diabaikan sebisa mungkin.
Mungkin narasi ini tak tahan dikaji ulang secara mendetail, tapi selama propaganda cukup gencar, mayoritas orang akhirnya akan percaya.
Yang Jian berusaha menelusuri masa lalu untuk mencari jawaban, tapi gagal. Karena jawaban hanya ada di masa depan. Seiring kebangkitan Hantu Gentayangan yang terus berlanjut, kebenaran tersembunyi akan muncul satu per satu. Seperti hari ini dia memahami rahasia paku peti mati, cepat atau lambat dia juga akan mengerti hakikat hantu. Namun terhadap narasi alternatif Profesor Bai, dia cukup tertarik.
Profesor Bai terus mengajar di podium: "Melihat sejarah global, kata 'hantu' hampir selalu eksis seiring perkembangan peradaban manusia. Hanya penyebutannya dalam literatur dan catatan sejarah tiap negara yang sedikit berbeda. Benda itu bisa disebut hantu, arwah gentayangan, roh jahat, atau jiwa penasaran, semacam itu."
"Tentu sebutan tidak penting, bukan?"
"Sedangkan dalam sejarah negara kita, catatan mengenai hantu jauh lebih detail. Tak peduli dinasti mana, catatan resmi maupun tidak resmi, bahkan legenda rakyat, pasti ada kata 'hantu' yang muncul. Ini menunjukkan bahwa benda ini memiliki dasar historis, bukan sekedar omong kosong atau rekayasa tiba-tiba."
"Omong kosong! Hantu dalam kisah sama sekali berbeda dengan yang kita temui. Buku-buku menulis hantu takut pada Biksu Tao dan pedang kayu persik. Menurutmu benda yang kita temui itu akan takut? Coba suruh biksu bawa pedang kayu persik tusuk saya! Kalau saya tidak mati, saya yang akan menusuknya. Kita lihat siapa yang mati duluan."
Seorang anggota yang mendengar ini merasa IQ-nya dihina, langsung berdiri dengan muka memerah karena marah.
Lalu apa arti keberadaan mereka jika peristiwa supranatural yang mengerikan ini dipelintir seperti ini?
Bukankah mereka lebih hina daripada seonggok kotoran yang bahkan tak setara kayu?
"Silakan duduk dulu. Ini hanya pandangan pribadi saya. Kalian tak perlu menganggapnya serius. Saya hanya menyampaikan sudut pandang pribadi, dan berharap kalian mau mendengarkan dengan sabar." Profesor Bai dengan sikap terpuji tidak marah, hanya memberi isyarat agar orang itu duduk.
Wajah Yang Jian tetap tenang. Menurutnya temperamen orang itu terlalu meledak-ledak, kurang pengendalian diri.
Pelajaran kali ini jelas bertujuan menghilangkan ketakutan masyarakat terhadap hantu, dengan mengungkap identitas hantu dari sudut kesusastraan sejarah, membuat ketakutan yang tidak diketahui menjadi kurang menakutkan.
Anggap saja ini kelas hiburan psikologis. Tak perlu berselisih karena hal seperti ini.
Profesor Bai melanjutkan kuliahnya. Mulai dari asal-usul sejarah manusia, dia bercerita tentang kisah-kisah supranatural dari berbagai dinasti yang tercatat jelas dalam sejarah. Semua cerita ini telah melalui penelitian ketat dan sengaja dipilih sebagai materi pengajaran.
Sebagian siswa tampak tidak tertarik, ada yang mengantuk, bahkan ada yang asyik bermain ponsel.
Jika kelompok ini dianggap sebagai murid, bisa dibilang mereka semua adalah murid bermasalah yang pasti tidak akan lulus jika diuji.
"Ngomong-ngomong, jabatan Pengendali Hantu internasional saat ini sebenarnya memiliki dasar sejarah. Ini adalah profesi yang sudah ada sejak zaman kuno, bukan sekedar karangan belaka. Hanya saja sebutannya berbeda di setiap era, sehingga pemahaman orang pun bervariasi. Hal-hal yang kalian anggap fiksi seringkali bisa dilacak jejaknya dalam sejarah."
Profesor Bai mengambil kapur lalu berbalik sambil menulis di papan tulis: "Tugas Pengendali Hantu internasional adalah menangani peristiwa gaib di sebuah kota dan melindungi warganya dari hantu gentayangan. Posisi serupa sebenarnya sudah ada sejak zaman kuno, hanya dulu disebut dengan nama berbeda... Cheng Huang."
"Tanggung jawab Cheng Huang adalah menangkap hantu jahat dan melindungi wilayahnya. Bukankah ini sangat mirip dengan peran kalian?"
Profesor Bai berbalik. Di belakangnya, dua huruf besar tertulis tegas di papan tulis:
『Cheng Huang』
Begitu melihat kata ini, Yang Jian langsung mengernyitkan alutnya.
Pengendali Hantu internasional... Cheng Huang.
Keduanya memang sangat mirip, bagaikan produk dari era berbeda dengan esensi yang sama.
“Chenghuang saja diangkat, kenapa kau tidak undang Buddha untuk menangkap hantu? Jangan andalkan kami Pengendali Hantu ini, cukup bakar beberapa batang hio di kuil, sujud beberapa kali, peristiwa supranatural langsung selesai.”
Orang yang baru saja duduk tadi naik darah dan berkata kesal: “Ajaran sesat seperti ini berani disampaikan sebagai materi pelatihan?”
Profesor Bai tetap tidak marah, hanya tersenyum.
“Hei, teman, bisakah kau diam? Jangan sembarangan mengeluarkan omong kosong,” Zhang Lei menoleh dengan wajah kaku dan memperingatkan orang itu.
“Apa aku bicara denganmu? Jangan-jangan kau setuju dengan ajaran sesat ini? Saat bertugas nanti apa kau juga akan bakar hio di kuil dan berdoa minta perlindungan dewa?” Orang itu mendengus dingin: “Kita semua tahu betul apa yang kita hadapi, mengada-ada seperti ini sama saja menghina aku.”
“Aku sudah susah payah bertahan hidup, menghadapi hal-hal mengerikan sampai sekarang, bukan karena perlindungan dewa!”
“Tak ada yang memaksamu menerima ini. Aku hanya ingin kau menghormati Profesor Bai. Ini pusat pelatihan, bukan pasar. Jangan sembarangan memaki, tak ada yang akan menuruti temperamenmu.” Suara Zhang Lei berat.
“Sudahlah, tenang semua. Anggap saja ini dongeng. Tak perlu bertengkar. Jika materiku salah, dimaki pun wajar. Pantas saja dimaki kalau menyesatkan generasi muda.” Profesor Bai tetap ramah membujuk, tanpa sedikit pun kemarahan di wajahnya.
"Teori yang bagus, Profesor Bai. Kau bisa lanjutkan kuliahnya. Kalau ada yang ganggu lagi, saya tidak keberatan melempar orang itu keluar." Yang Jian justru tertarik untuk terus mendengarkan. Kali ini, dia melambaikan tangan memberi isyarat.
"Siapa yang berani arogan sampai mau melemparku keluar?" pria itu membentak marah.
Yang Jian menoleh memandanginya: "Saya memang searogan ini. Kalau kau tidak bisa diam, saya pastikan kau tidak akan hidup sampai resmi menjabat."
Pria itu langsung tertegun saat melihat Yang Jian. Baru ingin membantah, tapi ucapannya langsung tertahan di mulut.
Orang ini adalah... Yang Jian si Mata Hantu.
Bukan lawan yang bisa dihadapi.
Dengan paksa menelan amarahnya, dia pun duduk kembali dengan patuh.
Di antara kelompok ini ada konsensus: lebih baik bermusuhan dengan siapa pun daripada dengan Yang Jian. Level mereka jelas berbeda jauh.
Begitu Yang Jian bicara, seluruh kelas langsung hening. Tak ada yang berani berkomentar lagi.
"Profesor Bai, silakan dilanjutkan." kata Yang Jian.
Profesor Bai tersenyum penuh syukur, lalu melanjutkan kuliahnya.
