Meski Yang Jian telah meminta Wang Xiaoming memastikan kondisi peti mati hantu, sisi dirinya masih dalam bahaya. Prioritas utama sekarang adalah mencari cara bertahan hidup dari peristiwa supranatural ini.
Soal mengurung hantu gentayangan itu, bahkan tidak terlintas dalam pikirannya.
Dulu dia juga pernah mengalami peristiwa peti mati hantu di Desa Huanggang, bahkan pernah mengurung hantu itu. Tapi setelahnya, datanglah serangan kedua hantu gentayangan yang membuat putus asa.
Jika hantu ini memang peti mati hantu itu, pasti memiliki karakteristik yang sama.
Jadi, melawan hantu itu secara langsung adalah tindakan paling bodoh.
“Hanya perlu mencari cara bertahan hidup dan kabur dari sini. Jika saya melawan hantu ini dalam kondisi sekarang, sama saja dengan menghadiahkan nyawa.” Yang Jian memastikan arah tindakan selanjutnya.
Memandangi asrama yang terkikis kegelapan di hadapannya, kecemasan di hatinya semakin menjadi-jadi.
Karena, hantu sejati sedang mondar-mandir di suatu tempat di asrama ini.
Pandangan tidak begitu jelas.
Jika hanya orang biasa, itu sama seperti berjalan dalam kegelapan, tak bisa melihat jelas apapun di depan mata, hampir seperti buta total. Bahkan jika hantu berdiri tepat di depanmu, kau tak akan menyadarinya.
Tapi Mata Hantu jauh lebih baik.
Sekitar lima meter masih bisa melihat objek dengan jelas, di luar lima meter hanya bisa mengenali lekuk samar-samar yang bisa dipastikan apakah manusia atau bangunan. Lebih dari sepuluh meter, benar-benar tak bisa melihat apapun. Bahkan dengan senter berkekuatan tinggi pun tak banyak membantu, hanya seperti tongkat fluoresens dalam kegelapan.
Kekuatan hantu gentayangan yang membentuk Wilayah Hantu menciptakan tekanan mutlak.
Semua orang bagai memasuki dunia hantu, menjadi mangsa di dunia ini yang menunggu takdir diburu.
Yang Jian menarik napas dalam-dalam, membawa kecemasan dan kewaspadaan ekstrim perlahan mendekati asrama ini.
Dia tak ingin terlalu dekat dengan hantu ini.
Tapi dia juga tak bisa hanya diam melihat Pengendali Hantu lain diburu, lalu membiarkan hantu itu berkembang ke tingkat yang benar-benar mengerikan.
Satu-satunya cara bertahan hidup adalah dengan mempertaruhkan segalanya.
Lagipula aturan pembunuhan sudah jelas, tinggal bagaimana kau bertahan hidup.
"Saat ini saya hanya membawa dua hantu, artinya mulai sekarang status saya juga terisolasi. Saat mendekati hantu ini, saya juga berisiko diawasi dan dibunuh seperti yang lain. Tapi setidaknya hantu itu belum muncul dalam pandangan saya, berarti hantu itu tidak punya kemampuan duplikasi, hanya fokus pada satu target."
“Ini bisa dianggap sebagai sebuah perbuatan baik, jadi selama periode ini saya harus secepat mungkin menemukan Pengendali Hantu lain untuk bergabung, meningkatkan jumlah hantu di pihak saya sendiri. Kalau tidak, kali ini saya benar-benar mungkin terjebak di sini.”
Yang Jian tidak menunjukkan keraguan atau kekhawatiran sama sekali setelah benar-benar memasuki wilayah berbahaya.
Sebaliknya, dia bergerak cepat menuju asrama, namun arah gerakannya bukan garis lurus melainkan garis lengkung, dengan sengaja berputar mengelilingi area sekitar.
Gedung asrama dianggapnya sebagai zona paling berbahaya yang tidak ingin dimasukinya saat ini. Jika hantu ada di dalam, pasti Pengendali Hantu lain sudah menyadarinya dan dalam kondisi normal akan kabur dari gedung asrama.
Tapi karena kegelapan yang menyelimuti serta kehilangan pandangan dan arah, Yang Jian menduga pasti ada orang yang mondar-mandir di sekitar asrama dan tersesat.
Ternyata dugaannya benar.
Dalam pandangan mata hantu Yang Jian, segera terlihat titik cahaya redup sejauh lima meter.
Seperti percikan api kecil.
Meski sangat lembut dan nyaris tak terlihat, tingkat pengenalannya cukup tinggi dalam kegelapan pekat ini.
Dengan penuh kewaspadaan, dia segera mendekati sumber cahaya tersebut.
Sebuah siluet berbentuk manusia muncul dalam kegelapan.
Tapi Yang Jian tidak langsung merasa lega, karena siluet berbentuk manusia sangat mungkin merupakan hantu, bukan manusia.
Hingga ketika dia dengan hati-hati mendekati jarak lima meter, siluet tersebut akhirnya menjadi jelas.
Seorang diri, seorang wanita yang agak cantik, tapi Yang Jian tidak mengenalnya. Mengingat kembali proses saat mendengarkan kuliah Profesor Bai di siang hari, sepertinya di antara belasan Pengendali Hantu itu memang ada orang ini, tidak sepenuhnya tak berkesan, tidak sengaja pernah melihat beberapa kali.
"Bagus, asalkan dia Pengendali Hantu." Yang Jian sendiri juga lega.
Kewaspadaan dan kehati-hatiannya sendiri telah menemukan Pengendali Hantu pertama, jumlah hantu dapat dihitung bertambah.
"Siapa, siapa itu?"
Langkah kaki yang berlari kencang mendekat dalam kegelapan membuat Huang Ziya yang tersesat di sekitar asrama langsung gemetar, bulu kuduknya berdiri, ketakutan tak jelas menyebar ke seluruh tubuhnya.
Dia tak bisa melihat jelas apa yang ada di arah sumber suara, hanya tahu ada "seseorang" yang mendekatinya.
Mungkin Pengendali Hantu lain, mungkin hantu sejati.
"Ini saya, Yang Jian." Dari kegelapan, terdengar suara Yang Jian yang sengaja direndahkan.
Yang Jian?
Yang Jian si Mata Hantu?
Mendengar nama ini, Huang Ziya yang daya tahan mentalnya tidak begitu baik itu hampir menangis.
"Kau... kau kenapa di sini?" Namun, nalar sebagai Pengendali Hantu membuatnya berhasil menahan emosi.
"Sama seperti kalian, terlibat dalam peristiwa supranatural buatan manusia ini. Bukan saatnya membicarakan ini. Jika ingin bertahan hidup, ikut saya. Jika terus berkeliaran di sini, akhirnya hanya mati menganggur. Hantu itu akan segera mengawasimu." Yang Jian tidak buru-buru mendekat, sambil berbicara dia mulai melangkah mendekat.
"Ini bisa membuatnya mengendurkan kewaspadaan, agar tidak tiba-tiba didekati dan diserang oleh kemampuan hantu gentayangan wanita ini."
"Dalam kondisi panik ekstrem, orang mudah bereaksi berlebihan."
"Tentang ini, Yang Jian sendiri sangat memahaminya."
"Aku tak ingin mati, tolong selamatkan aku." Suara wanita bernama Huang Ziya ini mengandung ketakutan dan gemetar.
"Coba saja."
Yang Jian mendekat, langsung menggenggam tangannya di bahu: "Pegang bahuku, ikuti aku. Jangan lepaskan pegangan atau kabur sendirian apapun yang terjadi. Hantu ini spesial, hanya dengan mengumpulkan semua Pengendali Hantu kita punya kesempatan bertahan hidup. Pergi sendirian pasti mati."
"Aku paham. Aku pernah menangani peristiwa supranatural meski tak berarti, tapi tahu tata kramanya." Huang Ziya merasakan kehangatan dari bahu Yang Jian, rasa takutnya sedikit berkurang.
"Asal bukan rekan babi saja sudah bagus." Yang Jian membalas, lalu melanjutkan mendekati asrama.
Di matanya, kondisi asrama sama sekali tak terlihat, hanya siluet gedung tegak dalam kegelapan.
Sementara wilayah hantu benar-benar dikendalikan.
Jadi mereka harus meraba-raba dalam gelap, berusaha mengumpulkan Pengendali Hantu lain yang tersebar di asrama.
"Kau punya ponsel positioning satelit? Kalau ada, hubungi markas, lihat bisa tidak menentukan posisi orang lain via telepon." Yang Jian menemukan metode yang cukup baik.
"Aku bisa menggunakan positioning timbal balik untuk menentukan lokasi." Kata Huang Ziya dari belakang.
"Tidak berguna, tidak bisa mengandalkan positioning seperti ini, terlalu mudah terjadi hal tak terduga. Mungkin saat hantu muncul, beberapa orang tidak membawa ponsel, atau mungkin seseorang terbunuh oleh hantu sehingga ponselnya hilang. Jika langsung melakukan positioning, bisa membawa kita ke zona berbahaya. Jadi hanya bisa menentukan posisi melalui poneilan, ini bisa menghilangkan sebagian besar bahaya potensial."
Kata Yang Jian.
Dia perlu fokus ke sekeliling, jadi pekerjaan ini tidak bisa dia lakukan. Huang Ziya sangat cocok, lagipula sekarang dia juga tidak bisa melihat.
Tak lama kemudian.
Huang Ziya di belakang mulai berkomunikasi dengan markas.
Tapi respons ini akan sangat lambat.
Yang Jian tidak mungkin menunggu markas melaporkan posisi, jadi dia harus melanjutkan aksi.
Sampai di bawah asrama.
Wajahnya langsung menjadi muram.
Karena dia melihat bekas darah di lantai.
Darah merah pekat menggenang di tanah, bahkan belum membeku. Di sebelahnya terdapat sisa-sisa fragmen mayat.
"Ada Pengendali Hantu yang dibunuh."
Meski Yang Jian sudah mempersiapkan ini, masih ada sedikit harapan dalam hatinya agar anggota Pengendali Hantu lain tidak mati terlalu cepat.
Tapi realita kejam menghancurkan sedikit harapannya itu.
"Dengan tali hantu yang hilang dan Pengendali Hantu yang terbunuh ini, jumlah hantu yang bisa dikendalikan setidaknya 5. Di pihak kita, ditambah orang di belakang ini, jumlah hantu cuma tiga. Bahkan jika dalam keadaan darurat saya melepas satu hantu, jumlahnya paling banter empat."
"Masih dalam kondisi terisolasi, masih ada kemungkinan terbunuh."
Perasaan urgensi di hati Yang Jian semakin kuat.
Dia saat ini seolah sedang berlomba dengan hantu gentayangan, melihat apakah kecepatan membunuhnya lebih cepat atau dirinya lebih cepat mengumpulkan para Pengendali Hantu yang tersebar.
Begitu pertandingan itu gagal.
Sekalipun Yang Jian berhasil mengumpulkan beberapa Pengendali Hantu, tetap tidak berguna. Statusnya tetap terisolasi dan akan tetap dibunuh.
Karena itu, waktu adalah masalah utama.
Tanpa ragu-ragu, dia langsung menaiki tangga melalui lorong.
Tangga dalam kegelapan itu memancarkan aura menekan yang tak terdefinisi. Samar-samar terdengar langkah kaki bergema di ruang tangga yang sunyi.
Bukan miliknya, bukan pula Huang Ziya di belakang, melainkan dari entitas yang tak dikenal.
Tapi Yang Jian tidak memasuki asrama berbahaya ini tanpa persiapan sama sekali.
Di tangannya masih ada Lilin Hantu yang hampir tidak terbakar. Jika diserang atau bertemu hantu itu, dia akan langsung menyalakannya tanpa ragu.
Tapi sekarang tidak bisa. Karena dia tidak bisa memastikan berapa lama harus berada di sini. Sumber daya terakhir hanya boleh digunakan di saat penting. Memboroskan sembarangan hanya akan menghancurkan kesempatannya untuk bertahan hidup.
