Yang Jian tidak yakin berapa Pengendali Hantu yang masih hidup di asrama ini. Lagipula sejak kejadian hingga sekarang, kemungkinan besar yang lain sudah kabur tercerai-berai. Selama periode itu mereka bahkan mungkin tidak sempat menerima pemberitahuan dari markas, apalagi mengetahui aturan membunuh hantu ini.
Tapi di sinilah area dengan kegelapan paling pekat yang menyelimuti. Artinya baik hantu maupun Pengendali Hantu lainnya berada di sini.
"Yang Jian terpaksa mengambil risiko masuk ke sini. Jika dia gagal mencapai tujuan perjalanannya, yang menantinya adalah peristiwa supranatural tak terpecahkan."
"Ini adalah teror yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jika hantu itu terus berkembang, hasilnya akan membuat orang putus asa."
"Tidak bisa kabur, tidak bisa dihadapi, tidak bisa dikurung."
"Meski mengetahui aturannya, kau tetap tidak punya cara."
Memikirkan ini, langkahnya semakin panik.
"Braak!"
Dengan kasar Yang Jian menendang pintu sebuah asrama. Matanya menyapu ruangan.
Sunyi sepi, tidak ada seorang pun.
Tapi pencariannya tidak berhenti. Dia melanjutkan ke asrama kedua untuk mencari Pengendali Hantu yang mungkin terisolasi.
Asrama kedua kosong. Pintu asrama ketiga terbuka, dengan barang bawaan Pengendali Hantu masih tergeletak, tapi pemiliknya sudah menghilang - mungkin cepat-cepat kabur.
Hati Yang Jian semakin berat.
Begitu meninggalkan asrama, meski tidak langsung mati, nasib mereka sama dengan orang mati. Hantu takkan melepaskan target yang terisolasi. Hanya dengan berkumpul mereka punya kesempatan hidup.
Tapi masalahnya: bagaimana mengumpulkan mereka dalam waktu singkat?
Ini Wilayah Hantu. Kebanyakan Pengendali Hantu yang hanya menguasai satu hantu takkan bisa menembus kegelapan ini, mudah tersesat.
Dia menendang pintu asrama terakhir di lantai ini.
Tiba-tiba, matanya menangkap sesosok tubuh memeluk lutut di sudut paling gelap. Raut wajahnya tampak tenang, tapi tetap terlihat cemas dan panik.
Terutama saat pintu ditendangnya terbuka, orang itu bahkan sampai menutupi mulutnya karena ketakutan.
"Saya Yang Jian, kau juga bagian dari kelompok Pengendali Hantu kali ini ya? Sekarang tak ada waktu untuk penjelasan, langsung ikut saya." Mata Yang Jian berbinar lega melihat orang itu.
Asalkan tetap hidup saja sudah cukup.
"Kau Yang Jian? Sebenarnya apa yang terjadi di luar? Begitu aku bangun, suasana sekitar langsung terasa tidak beres. Pasti ada peristiwa supranatural di sini." Orang itu terkejut sejenak sebelum kemudian lega, bertanya dengan wajah muram.
Yang Jian mendekat sambil berkata: "Memang ada peristiwa gaib. Kalau kau ingin bertahan hidup, jangan diam di sini. Kalau tidak, hantu itu akan segera datang membunuhmu."
"Apa kau tahu aturan membunuh hantu itu? Jika tidak, diamlah seperti patung kayu seperti ini. Ini cara paling aman. Asalkan aku bisa bertahan sampai hantu itu pergi, aku akan selamat." Orang itu menjelaskan metodenya bertahan hidup.
Lagipula metode ini sangat terjamin.
Benar adanya. Dalam kebanyakan kasus supranatural, dengan berdiam diri dan berpura-pura jadi patung, kemungkinan besar kita bisa menghindari jadi target hantu.
Peluang bertahan hidup jauh lebih besar dibanding mereka yang berlarian dan berteriak-teriak.
"Hantu itu memburu orang yang terisolasi. Caramu ini sama saja dengan menghadiahkan nyawa! Sekarang aku tak mau buang waktu menjelaskan. Segera ikut! Aku masih harus mencari anggota lain." Yang Jian sudah berada di sampingnya, langsung menariknya bangkit.
Lalu meletakkan tangan orang itu di bahunya yang lain.
"Jangan lepaskan pegangan. Aku yang akan memimpin jalan karena penglihatanku jelas di sini."
“Baik, baik.” Orang ini jelas mulai panik, tidak lagi bersikeras tetap di tempat, langsung mengikuti Yang Jian meninggalkan asrama.
Mereka yang ditempatkan di pelatihan ini adalah Pengendali Hantu dengan potensi tertentu, sebagian besar tahu batasan.
“Yang Jian, ada kabar. Di lantai tiga ada Pengendali Hantu bernama Qian Yi yang sedang keluar melalui lorong darurat lain, sekarang sudah kembali ke lantai satu.” Tiba-tiba, wanita bernama Huang Ziya berbisik pelan.
“Siapa?” Orang di sebelahnya kaget.
Dia sama sekali tidak bisa melihat situasi sekitar, baru tahu ada orang lain di sampingnya setelah mendengar suara.
“Aku Huang Ziya, peserta pelatihan angkatan ini. Sama sepertimu, Yang Jian menemukanku dan menyuruh kita berkumpul.” Huang Ziya menjelaskan.
Yang Jian berkata: “Bagus. Suruh dia berbalik naik. Aku akan menemuinya di lorong darurat seberang.”
Asrama ini cukup besar, bahkan terbilang sangat luas.
Meski dibangun belum lama, mungkin karena pertimbangan praktis, skalanya jauh lebih besar dari asrama biasa. Hanya lorong darurat saja ada delapan, tangganya juga lebih lebar dari bangunan umum.
Ini sepenuhnya untuk pertimbangan keamanan, agar bisa mengevakuasi semua orang secepat mungkin dalam keadaan darurat.
Tapi kelemahannya, ruang dalam yang terlalu luas membuat orang sulit keluar dengan cepat dalam gelap.
Meski Yang Jian bisa melihat jalan dengan jelas, karena harus memperhatikan sekitar dan membawa dua orang di belakang, dia tidak bisa berlari seenaknya di asrama ini, hanya bisa melangkah cepat ke depan.
Termasuk orang ini.
"Saat ini jumlah hantu di sisi kita adalah 4, tetapi dalam keadaan darurat, jumlah ini bisa menjadi 5 karena Yang Jian masih memiliki satu hantu yang dikurung di tangannya. Pada momen genting, kita bisa mengambil risiko dengan langsung melepaskan dan mengendalikannya."
"Namun, hantu di asrama itu membutuhkan setidaknya 5 target untuk dikendalikan."
"Jadi, tiga orang kita ini masih dalam keadaan terisolasi."
Pada momen ini.
Lantai empat asrama.
Karena kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti sebelumnya, kejadian yang terjadi terlalu mendadak - invasi tiba-tiba hantu dan pembunuhan seorang Pengendali Hantu di depan mata - membuat anggota yang tersisa mulai bertindak dengan ragu-ragu.
Setiap orang seperti buta mata. Kecuali meraba-raba dinding untuk maju, berputar di sini mungkin akan membuat mereka kehilangan arah.
Tidak ada penanda arah yang bisa dikenali.
Ditambah dengan keberadaan hantu, beberapa orang sudah takut untuk bergerak sembarangan. Tidak ada yang tahu apakah maju terus akan membuat mereka bertemu peristiwa supranatural.
"Sial! Bukannya seharusnya orang di lantai empat menunggu kita di sini? Kenapa ketika kita sampai, mereka malah menghilang?" Di koridor gelap, empat Pengendali Hantu berkumpul sambil meraba dinding.
Kegelapan ini seolah menghalangi suara. Zhang Lei yang memimpin juga sudah berteriak keras.
Gema suaranya memenuhi asrama gelap itu, tapi tak ada satupun yang menjawab. Kesunyian yang hampir membuat sesak napas.
"Mungkin mereka sudah pergi. Dalam situasi seperti ini kecil kemungkinan mereka masih menunggu kita di sini. Lebih baik kita cari cara keluar dari asrama ini. Lagipula, seperti yang kau lihat tadi... Hantu itu ada di lantai teratas. Sekarang, sepuluh dari sembilan kemungkinan sudah masuk ke dalam asrama, mungkin di lantai lima, atau menunggu kita di lantai satu." Di belakang, Wang Jiang bergabung dengannya bersama dua Pengendali Hantu lainnya.
"Jadi baik kita diam di sini maupun mencoba pergi, sama-sama mengandung bahaya besar."
Ketidakpastian posisi Hantu membuat mereka bahkan tidak tahu arah untuk kabur.
"Menurut informasi dari markas, Hantu ini akan memilih orang yang terisolasi sebagai target pembunuhan. Hanya dengan berkumpul bersama kita punya kesempatan bertahan hidup. Aku yakin mereka tidak bodoh sampai kabur sendiri sebelum berkumpul, kan?"
Suara Zhang Lei bergema dalam kegelapan.
Jika keluar dari asrama, kemungkinan berkumpul akan semakin kecil. Pangkalan pelatihan ini sangat luas, peserta pelatihan hanya belasan orang. Bagaimana caranya mencari mereka jika sudah tercerai-berai?
Satu-satunya cara bertahan hidup adalah dengan mengumpulkan semua orang lalu pergi bersama.
Meski Hantu ada di asrama ini, Pengendali Hantu yang berpengalaman paham: tanpa mengetahui aturannya, kabur malah bisa mempercepat kematian.
"Memang begitu. Tapi kita yang tahu ini, yang lain tidak. Beberapa adalah pendatang baru, bahkan tidak punya ponsel positioning satelit. Markas sulit menghubungi mereka via telepon biasa. Bahkan ada yang tidak membawa ponselnya. Kurasa setidaknya separuh peserta tidak menerima informasi ini."
“Bahkan jika menerima informasi, mungkin sudah terlambat. Informasi dari markas disampaikan dalam dua langkah. Langkah pertama adalah memerintahkan kami untuk segera meninggalkan pangkalan pelatihan. Baru di langkah kedua mereka memberitahu aturan membunuh hantu itu. Ada interval waktu di antara keduanya yang sangat berakibat fatal.”
Suara Wang Jiang terdengar sangat muram: "Ini akan membuat kebanyakan orang langsung kabur setelah mendengar informasi pertama. Saat menerima informasi kedua, semuanya sudah terlambat."
"Sial, markas menjebak orang tidak boleh seperti ini!" seseorang memarahi.
Zhang Lei berkata: "Jangan salahkan markas. Situasinya terjadi terlalu mendadak. Saat mengangkat telepon, hantu sudah datang. Pasti markas membutuhkan waktu untuk memastikan dokumen, arsip, dan pola perilaku hantu itu. Saat pengumuman, momentum terbaik sudah terlewat. Untung saat itu saya banyak akal, mengajak kalian pergi bersama."
Pertimbangannya saat itu adalah dengan lebih banyak orang akan meningkatkan kekuatan. Bahkan saat berhadapan dengan hantu bisa melawan.
Persentase kesempatan bertahan hidup bersama pasti lebih besar.
Karena itulah mereka memulai dengan baik, sejak awal sudah mengumpulkan empat Pengendali Hantu.
Tapi sayang, anggota yang seharusnya berkumpul di lantai empat sudah menghilang.
Jika tidak, total kedua kelompok ini setidaknya ada tujuh-delapan Pengendali Hantu, kemampuan bertahan hidup akan jauh lebih besar.
"Jika masih tidak menemukan mereka yang sebelumnya di lantai empat, kita turun ke lantai tiga. Meraba-raba setiap lapisan, baru terakhir meninggalkan tempat ini." Zhang Lei menjelaskan.
"Baik, lakukan seperti itu."
"Tunggu, ada informasi baru dari markas."
Wang Jiang memegang ponsel positioning satelit Zhang Lei sambil mendengarkan, tiba-tiba terlihat gembira: "Markas mengatakan Yang Jian tidak mati, dan dia sedang membawa tim naik dari lantai satu. Mari kita bergabung dengannya."
"Benarkah? Itu bagus, cepat ke lorong darurat di sana, beri tahu Yang Jian kita akan bertemu di lorong tangga." Zhang Lei langsung merasa lebih lega.
Begitu kedua tim bersatu, jumlah personel bertambah, persentase keyakinan untuk bertahan hidup pun makin besar.
Namun tepat saat Zhang Lei mempercepat kecepatan majunya.
Tak lama kemudian langkahnya terhenti mendadak, wajah kaku yang sudah pucat itu menampakkan ekspresi mengerikan dalam kegelapan.
Karena saat menjelajah ke depan, tangannya meraba sebuah tangan di dinding.
Tangan itu dingin membeku, sedikit melengkung, sentuhan sekilas saja sudah memberi hawa dingin menusuk tulang, membuat bulu kuduknya langsung berdiri.
Seperti tersengat listrik, Zhang Lei cepat-cepat menarik tangannya. Kegelapan di depan terasa mencekam, seolah ada sesuatu yang mengerikan menghalangi jalan majunya.
"Cepat, mundur! Hantu ada di depan!"
Raungan tertekan itu langsung membuat seluruh tubuh kerumunan gemetar.
