Lantai empat sampai.
Yang Jian, Wang Jiang, Huang Ziya, dan rombongan lainnya terus naik dari luar asrama. Setelah melalui perjalanan dalam kegelapan selama beberapa waktu, akhirnya mereka tiba di lantai yang paling menakutkan ini.
Sebab, hantu berada di lantai ini.
Selain itu, setidaknya ada dua Pengendali Hantu lainnya yang tersesat di lantai ini.
Tugas Yang Jian adalah menemukan mereka sebelum terbunuh oleh hantu, menambah jumlah hantu di pihaknya, mencegah anggota rombongan terisolasi, melewati serangan hantu gentayangan kali ini, lalu mencari cara untuk pergi dari sini.
Rencananya sederhana, tetapi pelaksanaannya penuh bahaya.
Jika hantu sudah mengawasi mereka, atau jika hantu telah membunuh sisa Pengendali Hantu di lantai empat, maka perjalanan rombongan Yang Jian ini sama saja dengan menghadiahkan nyawa.
"Tetap diam, jangan melepaskan cubitan dan kabur sembarangan. Kecuali saya sendiri yang membuka mulut, meskipun hantu muncul di dekat kalian, jangan panik. Ikuti perintah saya, saya yakin bisa membawa kalian bertahan dari serangan pertama." Suara Yang Jian terdengar sangat serius.
Mengingat hantu masih mondar-mandir di lantai ini, dia harus mengingatkan sekali lagi.
"Tenang, kami tahu harus bagaimana," kata Wang Jiang sambil menggigit giginya dengan suara tertekan.
"Yang Jian, saya akan patuh pada perintahmu. Ini satu-satunya kesempatan bertahan hidup," Huang Ziya juga berbicara dengan gugup.
"Semoga semuanya lancar, jangan sampai ada kejadian tak terduga."
Yang Jian berkata: "Sementara semua sudah siap, ikutlah saya."
Setelah itu, tanpa ragu lagi dia segera berjalan cepat menyusuri koridor balkon ke depan.
Area depan gelap gulita, mata hantunya juga tidak bisa melihat jelas semua yang ada di sekitar. Hanya sedikit lebih baik dari orang biasa, setidaknya situasi dalam radius lima meter masih bisa ditangkap.
Dia sempat mempertimbangkan untuk menggunakan Wilayah Hantu, tapi syarat fisiknya sudah tidak memungkinkan.
Memaksa mengaktifkan lapisan keempat Wilayah Hantu sebelumnya membuat mata hantu yang sudah di ambang kebangkitan hampir mencapai titik kritis. Begitu keseimbangan runtuh, bahkan bayangan hantu tanpa kepala yang sudah hang pun tak bisa memberi bantuan berarti.
Bisa dikatakan, batas kebangkitan Hantu Gentayangan Yang Jian sudah datang lebih cepat.
Tapi perbedaan utamanya dengan orang lain adalah meski mata hantu hampir mencapai batas, dia masih bisa seenaknya menggunakan kemampuan bayangan hantu tanpa kepala, tidak sampai tak berdaya sama sekali.
Lanjut bergerak maju.
Kegelapan di depan terasa menakutkan, meski hantu sejati ada di lantai ini, langkahnya justru semakin cepat dari sebelumnya.
Harus menemukan anggota lain lebih cepat dari hantu itu.
Tak berjalan jauh.
Yang Jian melihat mayat yang melengkung dan rusak tergeletak di balkon koridor. Darah mengalir dari mayat itu, mengotori sebagian area lantai.
Darahnya belum membeku, bahkan masih menguap halus.
"Inikah alasan kenapa sebelumnya melihat tetesan darah di lantai bawah?" Pandangan Yang Jian menembus dalam.
Jika tidak salah lihat, hantu dalam tubuh anggota Pengendali Hantu ini sudah diambil oleh hantu dalam peti mati hantu.
Persis seperti situasi di Desa Huanggang dulu.
Tak butuh jasadmu, hanya hantu dalam tubuhmu yang diambil.
Apakah ia juga sedang menyusun puzzle tubuhnya sendiri?
"Ataukah Hantu ini perlu merampas Hantu lain untuk terus berkembang, seperti mayat hidup, yang pada akhirnya akan menjadi mimpi buruk yang benar-benar mengerikan?"
Tidak menghiraukan mayat.
Yang Jian masih berjalan cepat ke depan.
Orang-orang di belakangnya mengikuti tanpa bicara, mereka sangat paham bahwa tidak ada pilihan lain selain bertahan dalam situasi kritis: berkumpul dengan cukup orang untuk bertahan hidup, atau diawasi Hantu dan mati mengenaskan di asrama ini.
Tidak ada yang berpikir untuk kabur.
Karena bertahan masih ada satu-satunya kesempatan bertahan hidup, sementara melarikan diri berarti kematian pasti.
Langkah kaki terburu-buru Yang Jian dan yang lain bergema di lorong yang diselimuti kegelapan.
"Di mana? Di mana yang lain?"
Waktu terus berlalu, ekspresi panik mulai terlihat di wajah Yang Jian. Setelah menyusuri koridor sampai ujung dan memeriksa lorong tangga di sisi lain, ia tidak menemukan Pengendali Hantu yang tinggal di lantai ini.
Artinya, mereka tersesat di area tak dikenal di lantai ini.
Hal ini meningkatkan kesulitan pencarian Yang Jian.
Menjelajah lebih dalam ke lantai ini berarti kemungkinan bertemu Hantu itu akan meningkat drastis. Meski sumber daya di tangan Yang Jian bisa memberi perlindungan seadanya, tingkat bahayanya tetap sangat tinggi.
"Ah!"
Tiba-tiba, dari kegelapan di sekitarnya terdengar jeritan memilukan penuh keputusasaan yang sangat dekat dengan kerumunan.
Sebelum gema jeritan itu menghilang, sudah jelas bahwa si peneriak telah kehilangan nyawa.
"Apa? Apakah tadi ada yang berteriak?"
“Aku juga mendengarnya, ini buruk. Hantu itu telah membunuh seorang Pengendali Hantu lagi.”
“Ya Tuhan, jika terus begini kita pasti mati.”
Jeritan mengerikan ini, meski tak menimpa mereka, secara tak langsung telah memadamkan harapan bertahan hidup mereka, membuat mereka diliputi ketakutan.
“Jangan panik, ikuti aku. Cepat!”
Yang Jian gemetar seluruh tubuhnya mendengar jeritan itu. Ia segera berbalik arah, lalu tanpa ragu menerobos masuk ke lantai ini sambil menjauhi sumber jeritan.
Ia sedang bertaruh.
Bertaruh bahwa para penyintas akan kabur melalui lorong tangga darurat di sisi utara.
Karena ia naik dari lorong selatan, saat menyusuri lorong timur tak menemukan siapa-siapa. Jeritan tadi berasal dari arah timur laut. Jika para penyintas tak bodoh, hanya ada satu rute yang mungkin mereka tempuh.
Di sisi lain, munculnya jeritan ini meski menandakan terbunuhnya seorang Pengendali Hantu, juga secara tak langsung mengungkap posisi sejati hantu itu.
Ini sebuah kesempatan.
Yang Jian takkan menyia-nyiakan peluang berharga yang datang tiba-tiba ini.
“Tambah kecepatan, jangan sampai tertinggal!” Tatapan Yang Jian berkelip-kelip. Ia hampir-hampir mulai berlari.
Kemampuan melihat area lima meter di depannya memberinya sedikit keunggulan: tak tersesat dalam gelap, tahu kapan harus belok atau memperlambat langkah, tak lagi meraba-raba dalam kegelapan.
Yang lain berlari dalam ketegangan tanpa bicara. Mereka saling berpegangan tangan, tak berani melepas genggaman sedikitpun.
Sambil berlari, Yang Jian terus mengamati sekeliling.
Menurut perkiraannya, seharusnya masih ada satu orang yang selamat. Jika teriakan menyakitkan tadi didengar oleh orang itu, pasti dia tidak akan memilih tetap di lantai ini dan berusaha pergi.
Sangat mungkin kita akan bertemu orang itu di jalan.
Tiba-tiba.
Langkah Yang Jian melambat.
Matanya membelalak melihat siluet berbentuk manusia muncul dalam kegelapan lima meter di depannya.
Karena masalah jarak, ia tidak bisa melihat jelas bentuk siluet itu. Yang ia tahu hanyalah itu mungkin seorang manusia... atau bisa juga hantu.
"Yang Jian, ada apa?" Penghentian mendadak ini membuat orang di belakangnya tidak bisa beradaptasi, bertanya buru-buru.
"Sepertinya ada seseorang di depan," kata Yang Jian sambil menekan suaranya.
Sepertinya ada orang?
Bukankah ini kabar baik? Mengapa harus berhenti?
Tiba-tiba otak setiap orang tersentak, menyadari makna tersembunyi dari ucapan "sepertinya ada orang" itu.
"Apa mereka sudah menemukan kita secepat ini?" tanya Wan Jiang dengan suara gemetar.
"Belum pasti. Aku akan mendekat untuk memastikan," kata Yang Jian dengan suara berat sebelum melanjutkan langkah hati-hati.
Di tangannya menggenggam Lilin Hantu, siap dinyalakan jika situasi memburuk.
Tidak, mungkin lebih baik menyalakan lilin ini sejak sekarang untuk berjaga-jaga. Jika itu manusia bisa langsung bergabung, jika hantu kita harus segera kabur.
Kelompok kita sama sekali tidak boleh menjadi target pertama. Jika ada yang tewas, pertandingan melawan hantu gentayangan ini pasti akan kalah.
"Yang Jian, markas baru saja mengirim kabar."
“Tapi persis di saat ini, Huang Ziya yang berada di belakang berkata panik; "Markas mengatakan Zhang Lei masih hidup, ada di lantai empat. Dia kehilangan arah, dan markas juga menyatakan jumlah hantu Zhang Lei bukan 1 melainkan 3, karena sebelumnya dia telah melahap dua hantu. Inilah alasan mengapa mereka tidak langsung diserang saat bertemu hantu tadi, korban baru muncul setelah mereka terpisah."”
“Apa?” Yang paling terkejut mendengar kabar ini bukan Yang Jian, melainkan Wang Jiang di belakang.
Dia sebelumnya bersama Zhang Lei, dengan susah payah kabur ke lantai bawah dan bergabung dengan Yang Jian. Seandainya tahu akan begini, mereka tak seharusnya pergi sejak awal.
Sebenarnya bisa perlahan meraba-raba turun dari lantai empat, lalu berkumpul dengan mulus.
Namun, satu tindakan panik justru membuat semua orang dalam keadaan terisolasi.
