Kelompok yang bertahan hidup beristirahat sejenak di pangkalan pelatihan, terutama setelah peti mati hantu disimpan barulah mereka benar-benar merasa lega.
Meskipun peristiwa supranatural belum terselesaikan, setidaknya untuk tahap ini hanya bisa seperti ini. Paling tidak kerugian sudah dihentikan. Dan wilayah hantu Guicha itu sepertinya sudah terkontrol. Paling tidak dalam satu dua jam terakhir tidak ada aktivitas lain yang terdeteksi. Melalui CCTV, setidaknya bisa dipastikan kegelapan itu masih berada di lembah buatan Yang Jian.
Selanjutnya adalah memblokir wilayah itu, lalu merenungkan metode penanganan.
Tapi masalah selanjutnya sudah tidak ada hubungannya dengan Yang Jian. Misi dari markas untuknya sudah selesai.
"Yang Jian, kau mau ke mana?" Tong Qian melihat Yang Jian sendirian mencoba pergi diam-diam dari pangkalan pelatihan, langsung berteriak.
"Semuanya sudah beres, tentu saja aku pulang tidur," kata Yang Jian.
Tong Qian berkata: "Masih banyak masalah yang tertinggal belum ditangani. Kau tidak mau tinggal? Nanti mungkin ada rapat dari markas."
"Masalah sisa itu bukan masalah. Urusan rapat beri tahu saja nanti," ujar Yang Jian.
"Kakak Kaki, mau istirahat di mana? Ke hotel? Bukankah ini masih agak pagi?" Feng Quan mendekat dan bertanya.
Yang Jian menjawab: "Tinggal di sini lebih merepotkan. Siapa tahu nanti ada misi lagi. Aku tidak mau menangani peristiwa supranatural lagi. Dua hari terakhir membersihkan kekacauan sudah cukup melelahkan. Sekarang aku selalu merasa ada yang ingin menjebakku, jadi lebih baik menjauh duluan. Aku masih ingin hidup dua tahun lagi, tidak mau mati di usia muda."
Hmm……
Feng Quan dan Tong Qian tertegun.
"Tapi kalau dipikir-pikir lagi, apa yang dikatakan ada benarnya. Peristiwa Guicha bagi Yang Jian adalah nasib sial yang luar biasa, terseret masuk dengan cara yang tidak jelas. Seharusnya dia bisa beristirahat tenang di pangkalan pelatihan selama seminggu, tapi sekarang terpaksa mempertaruhkan nyawa untuk bertahan hidup."
"Istirahat sebentar juga baik, kalau tidak orang memang tidak akan tahan." Tong Qian mengangguk: "Frekuensi misimu memang lebih banyak, ini sulit ditanggung orang biasa."
"Memang karena kau adalah Kakak Kaki, markas selalu mengandalkanmu saat ada masalah. Kali ini tanpa kau, mungkin kita semua sudah dihabisi." Feng Quan menghela napas.
Saat itu Jiang Shangbai datang sambil berkata: "Meski kali ini Yang Jian memang memberikan bantuan besar, tapi bukan berarti tanpa dia kita akan dihabisi. Banyak anggota markas yang akan memberikan bantuan. Aku yakin misi ini kau ambil secara sukarela, kalau tidak dengan karaktermu pasti tidak akan mau datang."
"Ngomong-ngomong, siapa kau?" Yang Jian tertegun.
Wajah Jiang Shangbai langsung memerah gelap: "Kau tidak mengenalku?"
"Aku memang tidak mengenalmu. Kau belum memperkenalkan diri. Yang kuk tahu hanya kau kalah sepuluh juta padaku." Yang Jian berpikir sejenak.
"Namanya Jiang Shangbai, Pengendali Hantu yang menguasai tiga hantu, termasuk kelompok elit di markas." Cao Yang tersenyum lebar membantu menjelaskan: "Tapi riwayat kerjanya biasa saja, tidak banyak menangani peristiwa supranatural."
"Sedikit menangani peristiwa supranatural tapi menguasai tiga hantu?" Tatapan Yang Jian tajam: "Berarti ini hasil eksperimen?"
Bukan Pengendali Hantu yang tercipta secara alami, kemungkinan besar dihasilkan melalui eksperimen buatan manusia.
"Cao Yang, diam saja tak ada yang akan menganggapmu bisu. Setiap hari kau hanya santai-santai, nanti mati mengenaskan." Jiang Shangbai melirik sambil berkata.
"Seolah-olah orang seperti kita bisa hidup bahagia sampai akhir hayat. Bukankah cepat atau lambat kita semua akan mati tragis? Entah tewas dalam peristiwa supranatural atau terbunuh oleh kebangkitan hantu gentayangan." Cao Yang menjawab acuh: "Lagipula aku bahkan sudah menyiapkan nisan dan mengatur pemakamanku. Hidup sehari lagi berarti untung sehari."
"Sungguh ajaib orang gila sepertimu bisa bertahan sampai sekarang." Jiang Shangbai mendengus pelan.
"Apakah Pengendali Hantu papan atas markas benar-benar hebat?" tanya Yang Jian penasaran.
Cao Yang tertawa: "Begini saja. Mereka yang mengendalikan satu hantu dianggap Pengendali Hantu biasa. Yang menguasai dua hantu termasuk kelas satu, seperti kami. Mengendalikan tiga hantu atau lebih sudah dianggap tingkat puncak. Tapi ada juga penyimpangan seperti Zhang Lei yang meski hanya menguasai satu hantu, kekuatannya luar biasa."
"Si Pemakan Hantu Zhang Lei pasti pernah kau temui. Dia juga peserta pelatihan kali ini. Katanya dia bisa melahap hantu. Dari arsipnya, dia dengan mudah menyelesaikan dua kasus supranatural, rata-rata tiap penanganan tak sampai sepuluh menit."
"Sebenarnya Lin Shan yang tewas di Hotel Damai karena kebangkitan hantu juga cukup hebat. Sayang, otaknya kurang cerdas sampai akhirnya mati seperti itu. Oh ya, cewek cantik Tong Qian ini juga ganas. Kemampuan Hantu Wajahnya benar-benar tak terpecahkan. Kalau bukan karena bertemu Guicha kali ini, dia pasti bisa bertahan."
"Bola mata Tong Qian berkedip, dia tidak berbicara karena wajah hantunya diberikan oleh Yang Jian. Sebaliknya, dirinya pasti sudah mati."
"Apakah Pengendali Hantu dengan tiga ekor hantu bisa disebut termasyhur?" Yang Jian menatap Jiang Shangbai.
"Dia hanya setengah termasyhur karena minim pengalaman, tak sebanding dengan kami yang selamat dari peristiwa supranatural satu per satu." Cao Yang berkata: "Seperti piaraan dan liar, semua aspek lebih buruk."
Yang Jian menganggapnya masuk akal.
Menangani peristiwa supranatural lebih bergantung pada keputusan tepat daripada kuat-lemahnya kemampuanmu.
Sesekali kesalahan langkah berarti kematian. Kemampuan pun tak bisa menebus, bagaimanapun hebatnya dirimu takkan tahan serangan supranatural.
"Apa pengalaman berguna? Kemampuanlah yang utama. Asal cukup kuat menjamin keamanan diri, peristiwa gaib tak lagi menakutkan." Jiang Shangbai menyanggah: "Kesimpulanmu salah."
"Sudahlah, tak perlu berdebat. Aku permisi dulu, silakan lanjutkan obrolan."
Yang Jian merasa perdebatan ini tak berarti. Ia berniat mencari waktu untuk kembali ke Kota Dachang setelah urusan selesai.
Terus tinggal di Kota Dajing tampaknya tak menguntungkan, malah akan terlibat semakin banyak masalah rumit. Segera menarik diri lebih sesuai tujuannya.
Orang lain melihat sikap Yang Jian yang buru-buru, langsung kehilangan minit melanjutkan percakapan.
Sebelum pergi, Cao Yang tersenyum: "Jika Yang Jian jadi komandan tim, aku tak keberatan. Kemampuannya nyata. Moment kalian bisa dapat berapa kuota?"
"Ini urusan kami, tidak ada hubungannya denganmu. Lagipula harapanmu kecil." Kata Jiang Shangbai.
"Konon anggota moment kalian sudah lebih dulu kontak dengan Yang Jian?" Tatapan Cao Yang berbinar, dia melanjutkan; "Apakah proses kontaknya tidak memuaskan?"
"Kau semakin suka ikut campur."
Cao Yang tersenyum: "Perlukah aku ikut campur? Cuma menebak saja. Kalian terlalu cepat mendekati Yang Jian. Awalnya pasti menolaknya. Proses pendekatan pasti tidak harmonis. Sekarang kemampuan Yang Jian membuat kalian waspada, jadi menyesal sekarang? Untung Yang Jian belum tahu kau anggota moment, kalau tidak, dijebaknya kau mati di sini pun tak ada yang tahu."
Wajah Jiang Shangbai memerah gelap.
Meski kata-kata Cao Yang menyakitkan, tapi tak bisa dipungkiri kebenarannya.
Memang anggota moment mereka meremehkan Yang Jian, menganggapnya duri yang merebut kuota komandan tim. Jika tidak bisa direkrut, sebaiknya dicabut.
Tapi tak ada yang menyangka, dalam peristiwa Guicha kali ini performa Yang Jian begitu cemerlang.
Yang terpenting, kemampuan pribadi Yang Jian semakin mendekati hantu sejati. Orang seperti ini saja sudah segitu hebat menangani peristiwa gaib, apalagi kalau berurusan dengan manusia.
Karena itu, Jiang Shangbai benar-benar dilema sekarang, bingung bagaimana mengelola hubungan dengan Yang Jian.
Seandainya dia yang berkuasa, pasti tidak akan merekrut maupun memusuhi. Kuota komandan tim dikasihkan saja, tak perlu memperdebatkan hal ini. Karena Yang Jian ini terlalu berbahaya, nyaris setara dengan hantu gentayangan.
Tapi moment bukanlah miliknya seorang.
Setelah meninggalkan pangkalan pelatihan, Yang Jian kembali sendirian ke Kota Dajing.
Daripada kembali tidur di Hotel Damai, dia malah berjalan di metropolis besar yang ramai ini, membiarkan kerumunan orang membawanya mengikuti arus.
Tidak perlu arah, juga tidak memerlukan tujuan.
Dia merasa perlahan-lahan mulai terpisah dari kehidupan normal dan dunia biasa. Sekalipun berada di tengah kerumunan, tetap ada perasaan tidak nyata. Dirinya tak selaras dengan orang biasa, seolah ada tembok tak terlihat yang memisahkan, seperti dirinya telah berubah menjadi makhluk lain.
Mungkin karena semakin banyak peristiwa supranatural yang dihadapinya, atau mungkin karena hantu dalam tubuhnya semakin bertambah.
Meski secara lahiriah masih terlihat seperti manusia, nyatanya perbedaan antara dirinya dengan hantu sudah sangat tipis.
Bahkan jika masih hidup, dalam jangka panjang pasti akan muncul masalah.
Ini adalah perubahan yang terjadi secara diam-diam. Terkadang bahkan Yang Jian sendiri tidak tahu akan menjadi seperti apa dirinya nanti.
"Masalah kebangkitan Hantu Gentayangan dalam diri sementara sudah teratasi, tapi kerusakan tubuh masih terus berlanjut." Saat ini Yang Jian merendahkan kepala sambil mengerutkan kening.
Ini fenomena yang tak terhindarkan. Dia tak akan pernah memiliki tubuh manusia biasa selama masih ada hantu dalam tubuhnya. Pengaruh seperti ini sangat wajar. Pengendali Hantu lain pun kondisinya tidak lebih baik darinya.
Tapi kecepatan kerusakan ini setidaknya masih aman dalam satu tahun ke depan. Masalah baru akan muncul jika dibiarkan terlalu lama.
"Sudahlah, masalah ini akan kupikirkan solusinya perlahan nanti." Dia menggelengkan kepala, memutuskan untuk tidak terlalu lama berkutat dengan masalah ini.
"Sudah bisa bertahan hidup saja sudah sangat beruntung, beberapa dampak kecil bukan tidak bisa ditahan."
Tidak tahu sudah berapa lama berjalan di jalanan Kota Dajing, juga tidak tahu sampai di tempat mana, akhirnya Yang Jian merasa agak lelah dan mencari bangku istirahat di sekitarnya untuk duduk.
Baginya, momen seperti ini yang tidak perlu khawatir munculnya peristiwa supranatural adalah bentuk relaksasi yang besar.
Dengan niat mengisi waktu yang membosankan, dia mengeluarkan ponselnya, bersiap menonton siaran langsung Zhang Wei yang baru-baru ini.
Tapi baru saja membuka ponsel, Yang Jian langsung melihat layar ponselnya seolah terkena pengaruh sesuatu, mulai berkelip-kelip seperti kontak buruk, lalu seluruh ponsel langsung menghitam.
Rusak?
Sudut bibir Yang Jian berkedut, menatap telapak tangannya yang pucat dan agak kaku ini.
Apakah tangan hantu secara tidak sengaja bisa mempengaruhi benda-benda di dunia nyata?
"Kedepannya harus lebih hati-hati, sekarang tidak boleh sembarangan menyentuh barang." Yang Jian merasa tangan hantu ini cukup berbahaya, kemampuannya meski masih dalam tahap eksplorasi tapi harus tetap diwaspadai.
Agar tidak menyebabkan luka tanpa sengaja di lain waktu.
"Sudahlah, pulang saja, mungkin besok masih ada rapat." Yang Jian melihat jam, berencana makan sesuatu lalu kembali ke hotel.
Tapi tepat saat dia hendak berdiri.
Di hadapannya, sepasang kaki ramping nan putih menyita perhatiannya.
Hm?
"Yang Jian? Benar-benar kamu, kukira salah lihat." Suara merdu penuh kegembiraan terdengar, tiba-tiba terlihat seorang gadis berpostur mungil dengan wajah manis dan menggemaskan yang tidak tahu sejak kapan sudah berdiri di depannya.
“Dia mengenakan gaun, sepasang bola mata yang cerah berputar-putar mengamati Yang Jian.”
Di sebelahnya, diikuti oleh dua tiga rekan perempuan, terlihat seperti teman.
“Miao Xiaoshan?”
Saat Yang Jian menengadah dan melihat jelas, dia tertegun sejenak: “Kau kok bisa datang ke Kota Dajing?”
“Bukankah sebelumnya sudah kuberitahu? Aku pindah sekolah untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi, sekarang sudah selesai, aku kuliah di sini. Kenapa, Zhang Wei tidak memberitahumu? Ini sudah kukatakan di siaran langsungnya.” Miao Xiaoshan tersenyum manis.
Yang Jian berkata: “Akhir-akhir ini agak sibuk, tidak sempat menghubungi Zhang Wei. Tadinya mau melihat siaran langsungnya, tapi ponselnya rusak.”
“Ponsel rusak? Bagaimana kalau aku menghadiahkanmu satu?” Miao Xiaoshan langsung menawarkan.
“Tidak perlu, hadiah pun pasti akan rusak. Harus yang khusus dibuat.” Kata Yang Jian.
Miao Xiaoshan terlihat sangat senang bertemu Yang Jian. Dia duduk dan bertanya: “Ngomong-ngomong, ke Kota Dajing untuk apa? Ada urusan khusus?”
“Tidak ada urusan khusus, aku ke sini hanya untuk bekerja, beberapa waktu lagi akan pulang.” Namun Yang Jian tidak menunjukkan sukacita atau semangat saat bertemu Miao Xiaoshan.
Dia hanya terlihat agak heran.
Tak disangka jalan-jalan sembarangan di jalan besar bisa bertemu, memang kebetulan yang aneh.
Bekerja?
Mata Miao Xiaoshan membelalak. Dia tidak percaya orang spesial seperti Yang Jian masih mau bekerja.
Pasti hanya jawaban asal-asalan, pasti ada misi rahasia di sini.
Mungkinkah Kota Dajing juga muncul peristiwa supranatural?
Dalam sekejap, kecerdasan Miao Xiaoshan memikirkan banyak hal.
"Bukan, putus sekolah di kelas 3 SMA langsung bekerja di Kota Dajing? Kenapa tidak melanjutkan studi? Dengan ijazah seperti ini pasti sulit mencari pekerjaan." Seorang wanita cantik di sebelahnya pura-pura terkejut.
"Hehe, maaf, aku tidak bermaksud menyinggungmu. Hanya melihatmu duduk di sini sepertinya belum mendapat pekerjaan, jadi ingin mengingatkan."
Setelah berkata demikian, wanita itu kembali tertawa cekikikan.
Yang Jian mengangkat pandangan memandanginya: "Penjelasanmu logis, memang seharusnya lebih banyak belajar. Tapi sudah larut, Miao Xiaoshan jika tidak ada urusan lain aku pamit dulu."
Dia tak ingin mempengaruhi lintasan hidup Miao Xiaoshan.
Biarlah dia melanjutkan studi normal, masuk kampus, lalu lulus... Itu lebih baik.
Terlalu banyak kontak dengannya akan menjadi hal yang buruk. Dia harus menghindari orang-orang yang dikenalnya, termasuk keluarga.
"Tidak boleh pergi!" Miao Xiaoshan tiba-tiba menghalangi jalan Yang Jian dengan berani.
"Aneh bisa bertemu di Kota Dajing, kok langsung mau pergi?"
Yang Jian menggaruk kepala: "Aku mau istirahat. Kenapa menghalangi? Seharusnya kau temani temanmu."
"Kau bohong! Kau sama sekali tidak mengantuk." Miao Xiaoshan menatapnya tajam: "Lalu tanganmu kenapa?"
Yang Jian menurunkan telapak tangan pucat yang tak selaras dengan warna kulitnya: "Bukan apa-apa, kecelakaan kecil."
Miao Xiaoshan memandangi tangan asing itu, lalu menggenggam lengan Yang Jian yang lain: "Lagipula kau sedang tidak sibuk, temani aku belanja. Kebetulan aku perlu beli perlengkapan sehari-hari."
