"Apakah kematian Zhang Hui disebabkan oleh peristiwa supranatural?"
Yang Jian saat ini merenung, meski telah menolak permintaan Chen Yi, informasi yang didapat dari mulutnya membuatnya mulai memperhatikan. Karena selama dipastikan sebagai peristiwa supranatural, dia mulai curiga bahwa di balik peristiwa ini mungkin ada kaitannya dengan dirinya sendiri.
Awalnya Zhang Hui kabur bersama mereka dari pangkalan pelatihan, kemudian kembali beristirahat di Hotel Damai.
Namun keesokan harinya, Zhang Hui buru-buru meninggalkan Hotel Damai, seolah menemukan bahaya tertentu.
Sampai hari ini... Zhang Hui tewas secara misterius di hotel kecil Kota J ini.
Yang terpenting, kematian Zhang Hui bukan karena pembunuhan maupun masalah internal diri yang menyebabkan kebangkitan hantu gentayangan.
"Meski Chen Yi berwatak keras dan sulit diajak rukun, kemampuan kerjanya sebagai salah satu dari tiga penanggung jawab Kota J patut diakui. Jika dia sudah menyatakan ini sebagai peristiwa supranatural, maka 90% ini benar adanya."
Tatapan Yang Jian bergetar lemah, tenggelam dalam perenungan.
"Dari pangkalan pelatihan, ke Hotel Damai, hingga kematian misterius sekarang... Pasti Zhang Hui sudah lama menyadari masalah di sekitarnya. Dia mencoba menghindari bahaya tertentu dengan mengganti lingkungan, tapi gagal. Akhirnya dia tewas."
"Bahaya ini pasti bukan berasal dari Hotel Damai maupun Kota J, melainkan 90% dari pangkalan pelatihan."
Karena satu-satunya kesempatan kontak dengan peristiwa supranatural hanya terjadi di pangkalan pelatihan.
Saat itu mereka mengalami insiden Hantu Penjaga, ditambah dengan aksi pembunuhan acak oleh Hantu Penjaga yang menewaskan banyak Pengendali Hantu.
"Selama periode itu, tidak ada yang bisa memastikan apakah ada hantu lain yang eksis."
"Yang paling penting, ada satu hantu yang Yang Jian tidak pernah bisa pastikan."
"Melihat telapak tangannya yang pucat dan kaku, hantu yang tidak pasti itu adalah hantu yang dia lepaskan dari botol, bersama dengan tangan hantu ini."
"Saat itu untuk memenuhi jumlah hantu di pihaknya, dia memaksa membuka botol yang mengurung hantu. Kemudian untuk menghadapi Guicha, hantu itu diabaikan sementara selama perjalanan. Setelah situasi berakhir, Yang Jian menggunakan Wilayah Hantu tiga lapisan tapi tetap tidak menemukan hantu itu, namun dia menganggap masalah sudah selesai."
"Hantu itu kemungkinan besar tertinggal di Wilayah Hantu Guicha, mungkin sudah diselesaikan oleh Guicha."
"Tapi sekarang tampaknya belum tentu."
"'Kalau begitu, saat aku dan Zhang Lei, Wang Jiang, Huang Ziya, serta Zhang Hui ini meninggalkan pangkalan pelatihan, ada hantu yang terus mengikuti kami? Hantu itu memilih Zhang Hui sebagai target, mengikutinya ke Hotel Damai.'"
"'Lalu Zhang Hui menyadari sesuatu yang tidak beres, atau mungkin dia diserang hantu malam itu... Tidak, dia pasti tidak diserang hantu malam itu. Jika diserang, dia pasti akan meminta bantuan kami.'"
"'Jadi menurutku, Zhang Hui saat itu mungkin sedang dalam kondisi paranoid. Dia curiga ada yang tidak beres di sekitarnya tapi tidak punya bukti, ditambah insiden Guicha yang membuat kesehatan mentalnya buruk, sehingga dia ingin segera meninggalkan Hotel Damai.'"
"Yang Jian saat ini terus berpikir, menghubungkan semua informasi yang ada untuk membuat dugaan yang masuk akal."
"Dugaan semacam ini sangat diperlukan."
"Karena Pengendali Hantu yang terlibat dalam peristiwa gaib memiliki akses informasi yang sangat terbatas, kita harus berani membuat asumsi logis. Jika tidak, ketika kau akhirnya mengetahui yang sebenarnya, kematian sudah menghampirimu. Untuk bertahan hidup, kecepatanmu dalam menguasai informasi harus melampaui hantu selangkah. Hanya dengan cara ini kau bisa mencegah diri dari dibunuh."
"Setelah Zhang Hui meninggalkan Hotel Damai, jika ada hantu, maka hantu itu juga ikut pergi bersamanya. Hantu ini sangat khusus - tak terlihat, tak bisa disentuh, bahkan tak terdengar. Meski Zhang Hui sempat mencurigai sesuatu, semuanya sudah terlambat."
"Hantu akhirnya membunuhnya. Dan satu hal yang tak boleh diabaikan: tingkat keganasan hantu ini tidak rendah. Zhang Hui sebagai Pengendali Hantu tewas tanpa perlawanan atau minta bantuan."
"Saat ini Yang Jian telah berhasil menyusun garis besar penyebab kematian Zhang Hui."
"Tapi setelah membunuh Zhang Hui, siapa target berikutnya hantu ini?"
"Membunuh orang biasa yang memenuhi syarat secara acak?"
"Atau orang dengan kriteria tertentu?"
"Informasi sampai di sini tidak bisa dilacak lebih lanjut karena hantu itu baru saja membunuh Zhang Hui. Korban kedua dan ketiga belum muncul. Hanya setelah ada korban berikutnya, kita bisa perlahan memahami aturannya."
"Situasi ini perlu diperhatikan, tapi untuk sementara biarkan Chen Yi yang pusing memikirkannya."
"Yang Jian menggelengkan kepala pelan: 'Sekarang situasi yang lebih mengerikan adalah benturan antara Guicha dan lukisan hantu.'"
"Tabrakan dua peristiwa supranatural Tingkat S, kalau tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan masalah besar. Markas pusat juga tidak punya keyakinan mutlak. Dibandingkan ini, peristiwa supranatural yang hanya membunuh satu orang dalam beberapa hari ini bisa diabaikan untuk sementara."
Di Dalam Kereta, Wan Delu melihat Yang Jian sedang merenung dengan kepala tertunduk, tak berani mengganggu. Tapi hatinya sudah setengah kehilangan harapan.
Karena tadi dari mulut penanggung jawab bernama Chen Yi, dia mendengar informasi mengerikan: ada orang yang dibunuh hantu?
Ya Tuhan, ini kan Kota J! Bahkan tempat ini sudah tidak aman?
Peringatan Yang Jian sebelumnya benar, dirinya memang harus segera melepaskan diri dari sini.
Tadi Wan Delu masih mempertimbangkan apakah akan memindahkan markas secara total atau sekadar membuat cabang di Kota Dachang. Bagaimanapun, kelinci licik punya tiga liang. Lebih baik berhati-hati. Tapi sekarang, dia sudah tidak punya pikiran lain.
Pindah!
Bukan hanya markas yang dipindahkan, beberapa aset perusahaan juga harus segera diurus. Sekarang bukan saatnya memikirkan untung, tapi bagaimana menyelamatkan nyawa.
Bagaimanapun, bagi Wan Delu uang sudah tak terpakai habis. Nyawayang paling penting.
Saat ini, Wan Delu merasa sangat bersyukur. Keberuntungannya bisa bertemu sosok penting seperti Yang Jian. Selama memeluk erat "kaki" ini, di masa depan pasti ada jaminan.
Pantas dijuluki Kakak Kaki.
Sesuai dengan namanya.
"Ngomong-ngomong, Luo Yong yang kau sebut sebelumnya sudah sampai di restoran?" Tiba-tiba Yang Jian menengadah bertanya.
Wan Delu buru-buru menjawab: "Sudah lama sampai, hanya menunggu kita."
“Hal yang tadi tak perlu ditanggung di hati, ayo kita makan.” Yang Jian berkata.
“Tidak akan ada masalah?” Wan Delu bertanya dengan hati-hati: “Tadi kan ada orang yang mati...”
Yang Jian berkata: “Bukannya kau lihat sudah ada yang menangani? Untuk sementara tak akan ada masalah, tapi hal semacam ini juga tak bisa dipastikan. Setiap kota pasti punya sedikit masalah seperti ini. Kalau benar-benar sial ketemu, ya cuma bisa berdoa sendiri.”
“Sekarang Kota Dachang masih kadang ada orang mati?” Wan Delu bertanya.
“Saat ini tidak. Kalau nanti kubilang tidak mungkin juga bual. Keacakan masalah ini terlalu tinggi, hampir tak terkendali. Yang penting ada penanggung jawab cepat menanganinya.” Yang Jian menjelaskan.
“Benar, benar. Ada yang menangani pasti lebih aman.” Wan Delu menyetujui.
Mobil melintasi bagian jalan yang diblokir. Karena tidak ada kemacetan atau jalan memutar, mereka segera tiba di depan klub pribadi eksklusif dan berhenti.
Undangan makan Wan Delu untuk Yang Jian tentu bukan di hotel atau restoran biasa. Ia menyiapkan tempat berkelas dengan persiapan matang. Tak hanya menghadirkan koki terbaik, tapi juga mengimpor bahan makanan premium dengan biaya besar. Karena tak tahu selera Yang Jian, berbagai jenis masakan pun disiapkan.
Ia merasa meninggalkan kesan baik sangat diperlukan. Sekalipun bukan untuk memeluk erat kaki, setidaknya perlu berterima kasih atas kejadian di bandara waktu itu.
Wan Delu sangat paham, jika saat itu di bandara Yang Jian tidak melindunginya, mungkin sekarang dia sudah dikurung. Lagipula barang angker itu berkaitan dengannya, dan di pesawat terjadi kematian personel.
Tapi dikurung masih mending, perusahaan bisa jadi bangkrut karenanya. Harga saham anjlok, delisting paksa, pembayaran lunas bangkrut... Dia bahkan bisa membayangkan betapa mengerikannya situasi itu.
Jadi dibandingkan ini, makan bersama jelas tidak berarti.
Tak lama kemudian.
Wan Delu membawa Yang Jian dan cewek cantik yang menemani mereka masuk ke klub pribadi ini.
Baru saja masuk, mereka melihat seorang pria sekitar 50 tahun berpakaian sederhana, agak hitam kurus, mirip pekerja konstruksi yang sedang tak sabar ingin pergi.
"Katanya cuma setengah hari bisa pulang, aku sudah nunggu hampir seharian! Tidak, aku harus pergi, jangan halangi! Menurutku kalian pasti penipu, aku tidak mau di sini."
Dua pengawal menghadang: "Luo Yong, bos kami sedang di jalan. Sekarang macet sedikit, tunggu lagi! Lagipula sebelumnya sudah setuju, kami sudah bayar uang dinas 50.000. Kalau tiba-tiba pergi sekarang, kami tidak bisa bertanggung jawab ke bos."
"Kalian pasti penipu! Di dunia mana ada rezeki nomplok begini? Pasti awalnya dikasih manis, belakangnya mau ditipu balik. Tidak, aku harus pergi!" teriak pria bernama Luo Yong.
"Dia Luo Yong yang kau datangkan itu?" tanya Yang Jian melihat kejadian ini.
"Benar, dengan susah payah kami undang dari sana. Diberi uang baru mau datang, bilang tidak boleh mengganggu pekerjaannya." Wan Delu tersenyum kecut: "Maaf mempermalukanmu, Kakak Kaki. Aku akan urus masalah ini, Yang Mulia mohon tunggu sebentar."
Setelah berkata demikian, ia bergegas menghampiri untuk menenangkan Luo Yong ini.
Yang Jian tidak berbicara. Ia hanya mengamati, namun ketika melihat wajah Luo Yong, matanya tiba-tiba menyempit dan raut terkejut terpancar di wajahnya.
Bagaimana mungkin?
Saat itu juga, hatinya dilanda badai emosi hebat.
Luo Yong ini sebelumnya tidak dikenali oleh Yang Jian. Hari ini adalah pertemuan pertama mereka. Penampilan Luo Yong sendiri biasa saja: wajah berkerut, kulit gelap dan kurus khas pekerja bangunan, tidak tampan luar biasa juga tidak jelek memalukan.
Namun justru wajah biasa inilah yang membuat Yang Jian merasakan hawa dingin dan keterkejutan tak terduga.
Wajahnya... mirip sekali dengan hantu itu.
Orang tua berjuluk Hantu Ketuk Pintu.
Jika Yang Jian membandingkan foto Hantu Ketuk Pintu dengan Luo Yong, akan terlihat kemiripan sekitar enam tujuh persen di antara mereka berdua.
Memang, di dunia ini banyak orang yang memiliki wajah mirip. Bahkan selebriti pun ada yang kembar wajah.
Tapi kenapa harus mirip dengan hantu?
Yang Jian merasa sebuah kebenaran mengerikan sedang terungkap.
