“Aku masih ada urusan, duluan pergi. Makan malam tak usah. Orang tadi sudah pergi, dia salah pintu. Sudah kuperingatkan, nanti dia akan lebih awas.”
Yang Jian melihat Direktur Fei pergi lalu juga bersiap pergi.
“Ah, cepat sekali perginya? Aku sudah siapkan makan malam. Habiskan dulu lah.” Wanita bernama Wanyue yang terlihat heran keluar.
Yang Jian berkata; “Tak perlu. Masih ada urusan di tanganku yang harus diselesaikan.”
“Baiklah, tak akan kutahan. Hati-hati di jalan.” Kata Wanyue.
“Kau juga.”
Tanpa menoleh, Yang Jian langsung keluar pintu.
Wanyue memandangi kepergian Yang Jian dengan tatapan berbinar. Di hatinya masih penuh tanya: Mengapa pria asing yang tiba-tiba masuk ke rumahnya itu bersikap seolah mengenal dirinya dan Bao'er? Lagi pula, bagaimana cara dia masuk?
Bukan seperti masuk dengan membobol kunci, lebih mirip punya kunci.
Selain itu, dalam memorinya, Yang Jian sepertinya sedikit berbeda dengan kenyataan.
Tidak sehangat perkiraannya, malah terasa dingin yang tak terungkap.
“Ah, buat apa kupikirkan ini.” Wanyue teringat masakannya yang masih di kompor, buru-buru kembali ke dapur.
Memori adalah hal yang paling mudah menipu seseorang. Sekalipun ada yang terasa janggal, tetap saja dia memilih percaya pada ingatannya ketimbang realitas tak selaras ini.
Ketika Yang Jian keluar dari gedung apartemen dan belum meninggalkan kompleks perumahan, tiba-tiba terdengar suara braak keras dari sekitar sabuk hijau di belakangnya.
Seolah ada benda berat yang jatuh dari lantai teratas dan menghantam lantai dengan keras.
Langkah Yang Jian terhenti. Beberapa warga di kompleks tertarik oleh gerakan besar ini, penuh rasa ingin tahu melihat ke arah sumber suara. Banyak juga penghuni lantai atas yang membuka jendela untuk melihat keluar.
Tak lama kemudian, mereka melihat seorang pria dewasa berbaju setelan jas rapi tengkurap di tanah, darah menggenang di sekitarnya, napasnya sudah tak ada.
Suara keributan terdengar di kompleks perumahan.
Tapi Yang Jian sudah meninggalkan kompleks itu.
"Dia ternyata tega melepas sampai segini," bisiknya dalam hati.
Terhadap Direktur Fei ini, sempat terpikir olehnya untuk mengubah memorinya menjadi bidak di tangannya, seperti Li Yao yang bekerja untuknya.
Namun setelah merenung sebentar, Yang Jian mengabaikan ide itu.
Musuh tetaplah musuh. Dia tak naif sampai membiarkan musuh berada di dekatnya. Lagipula Direktur Fei ini orang pintar, meski memorinya diubah, begitu menyadari sesuatu bisa berbalik menyerangnya.
Meski kemungkinannya kecil, Yang Jian tak mau bertaruh dengan nyawanya untuk hal seperti ini.
Jadi satu-satunya cara agar dia bisa tenang adalah membuat orang ini menghilang dari dunia.
"Driit～!"
Klakson berbunyi saat sebuah mobil mewah mendekat dan berhenti di samping Yang Jian.
"Jendela mobil terbuka, Li Yao yang mengenakan kacamata hitam mengeluarkan kepalanya, sudut bibirnya tersenyum: "Aku tahu pasti kau di sini, jadi dari tadi aku menunggumu di sini. Bagaimana urusannya? Pasti lancar, toh tanpa intervensi Zhang Jian, Direktur Fei yang cuma orang biasa tak mungkin bisa berbuat apa-apa."
Yang Jian membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, dia berkata: "Peristiwa tindakan kita mungkin akan tersebar ke seluruh Moment besok. Sekarang masih ada waktu, menurutmu siapa target berikutnya yang harus dihabisi?"
Li Yao membalik dokumen di sebelahnya: "Dengan matinya Direktur Fei dan Zhang Jian, operasional perusahaan pasti kacau. Jadi saya sarankan untuk menargetkan Pengendali Hantu papan atas berpengaruh di Moment. Dengan begitu serangan awal ini akan membuahkan hasil signifikan. Mengingat sebelumnya kau sudah menghabisi Gao Zhiqiang di markas besar, menurutku salah satu dari dua orang ini bisa jadi target."
Sambil berbicara, dia mengeluarkan dua lembar dokumen.
Kedua dokumen tersebut berisi informasi tentang Jiang Shangbai dan He Tianxiong.
Yang Jian menerima dokumen itu dan mempelajarinya dengan serius, alutnya berkerut halus.
Keduanya adalah Pengendali Hantu. Salah satunya, Jiang Shangbai, pernah dia temui. Kabarnya dia bisa mengendalikan tiga ekor hantu dan punya status tinggi di markas besar. Dia juga kandidat utama posisi komandan tim kali ini.
Adapun pria bernama He Tianxiong itu, sejujurnya dia tidak mengenalnya.
Menurut analisisnya, ini mungkin Pengendali Hantu papan atas yang bersembunyi di balik layar Moment. Toh sebuah kekuatan tak mungkin memamerkan semua anggotanya di permukaan.
"Hanya dua kandidat ini?" tanya Yang Jian tiba-tiba.
Li Yao ragu-ragu sebentar lalu berkata; "Banyak orang yang bergabung dengan moment, tidak sedikit juga Pengendali Hantu, tapi yang termasuk inti kekuasaan tidak banyak. Direktur-direktur konglomerat mungkin bukan targetmu, mereka hanya menyediakan bantuan finansial dan tidak bisa mengendalikan situasi sebenarnya. Selain Jiang Shangbai dan He Tianxiong, masih ada satu lagi Pengendali Hantu di kota ini."
"Tapi saya tidak menyarankan kau menjadikannya target utama."
Yang Jian bertanya: "Siapa orang itu?"
"Saya tidak punya informasi tentang dia. Saya hanya tahu namanya Fang Shiming, usianya sekitar 25 tahun. Sebagian besar alasan moment bisa mencapai posisi seperti sekarang ini adalah karena keberadaannya. Kalau tidak, waktu konflik antara anggota moment dengan Ye Zhen dari forum gaib Kota Dahai yang lalu, kita pasti sudah dihancurkan."
Ye Zhen?
Ini kedua kalinya Yang Jian mendengar nama ini dari orang lain. Sebelumnya dia mendengar dari Luo Suyi saat menyelamatkan Tong Qian untuk menyelesaikan peristiwa.
Luo Suyi, Lin Luomei dan lainnya adalah anggota forum gaib.
Jika ingatannya tidak salah, Ye Zhen diakui sebagai salah satu Pengendali Hantu terkuat di lingkaran sosial ini, pendiri forum gaib dengan senioritas yang sangat tinggi.
"Fang Shiming ini bisa bersaing setara dengan Ye Zhen?" tanya Yang Jian ragu.
"Setidaknya dia berada di level itu. Kau kenal Ye Zhen? Kalau begitu kau harus tahu temperamennya. Meski biasanya dia agak aneh-aneh kecil, saat marah benar-benar bisa membantai seluruh keluargamu." Li Yao berkata dengan getir: "Fakta bahwa Ye Zhen mundur menunjukkan tingkat bahaya Fang Shiming."
“Kekuatan moment memang tidak boleh diremehkan.” Yang Jian berkata serius: “Jika begitu, aku tidak punya pilihan lain selain memilih He Tianxiong ini.”
“Benar juga, Jiang Shangbai sudah bergabung dengan markas. Jika dia dihabisi, mungkin markas akan kesulitan memberi penjelasan. Tapi He Tianxiong tidak punya pantangan seperti itu. Jika kau habisi dia, markas pasti tidak akan berkomentar sedikitpun. Lagipula tangan orang ini juga tidak bersih, catatan kriminalnya menumpuk. Jika situasinya tidak genting, orang macam ini pasti sudah ditangani sejak lama.”
Li Yao mengangguk setuju dengan pilihan ini.
“Sekarang langsung berangkat? Aku tahu kemungkinan lokasi He Tianxiong. Mencarinya tidak akan sulit.”
“Pergi ke satu tempat dulu.” Yang Jian menyebutkan sebuah alamat.
Ini alamat yang sebelumnya diberikan Direktur Fei. Menurutnya, barang di sana cukup untuk menukar keamanan keluarganya.
“Baik.”
Li Yao tidak bertanya lebih lanjut, langsung menghidupkan mobil.
Pada saat yang bersamaan.
Di sebuah rumah di kompleks perumahan mewah di pusat kota.
Seorang pria yang baru pulang kerja membuka pintu rumahnya. Setelah memanggil beberapa kali, ia menyadari rumahnya kosong melompong. Secara logika, istrinya seharusnya sudah pulang kerja pada jam seperti ini. Tapi meski lampu menyala dan TV masih beroperasi, penghuninya telah menghilang.
“Apa dia turun untuk belanja?”
Pria itu bertanya-tanya dalam hati.
Setelah melepas sepatu kulit dan mengenakan sandal, ketika masuk ke ruang tamu tiba-tiba ia melihat lukisan minyak bergaya Eropa dengan bingkai antik tergantung di dinding.
Lukisan yang sudah usang itu terasa tak selaras dengan gaya renovasi rumah yang minimalis, memancarkan aura karya seni dari zaman lampau.
“Kapan lukisan ini dibeli?” Pria itu mengajukan pertanyaan, tidak bisa menahan diri untuk melihat beberapa kali lagi.
Bingkai lukisan minyak berwarna merah tua, tidak jelas bahannya. Cat di atasnya sudah kusam dan terkelupas, terlihat sangat usang. Lukisan itu menggambarkan sebuah rumah tua, namun rumah tersebut hanya menjadi latar belakang yang tidak begitu penting. Yang paling utama adalah sosok seseorang yang berdiri di depan rumah.
Lukisan tersebut terlihat buram, tidak terlalu jelas. Fitur wajah karakter tidak terlihat detail, tapi bisa dipastikan ini adalah seorang wanita yang memancarkan keindahan seni yang samar.
Selain itu, keseluruhan lukisan memiliki nuansa yang sangat suram.
Karakter dengan fitur wajah kabur dalam latar belakang yang redup ini memancarkan keanehan ganjil yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Pria itu mengamati sebentar, lalu tiba-tiba mendekat. Dia mengusap-usap sudut tertentu pada lukisan itu, dan menemukan sesuatu yang bukan bagian dari lukisan - sebuah bercak cat merah yang entah kapan menetes di sana.
Tidak, ini mungkin bukan cat. Lebih mirip setetes darah.
"Dipajang tanpa dibersihkan dulu, benar-benar kotor." Pria itu menggelengkan kepala lalu berbalik ke kamar mandi untuk mencuci tangan.
Saat pria itu berpaling, beberapa tetes darah baru merembes keluar dari posisi lukisan tadi.
Di dalam lukisan itu, di area yang redup dan tidak mencolok, tergambar seorang wanita modern berbaju dress bertali. Tubuh wanita ini rusak parah, hanya tersisa separuh bagian, dengan darah yang terus mengalir membentuk aliran kecil. Ujung aliran darah ini tepat di sudut kanan bawah bingkai lukisan, tempat yang sebelumnya mengeluarkan tetesan darah.
