"Teriakan Li Yao terdengar gemetar, dipenuhi ketakutan yang intens, terdengar nyaris tak waras."
"Namun teriakan itu tidak memanggil Yang Jian, malah membuat warga di sekitarnya kaget."
"Banyak yang menoleh ke Li Yao dengan pandangan penuh keanehan, seolah bertanya-tanya mengapa reaksinya begitu berlebihan."
"Terhadap sosok yang bangkit dengan bingkai lukisan di kepala itu, kerumunan justru tak lagi panik seperti sebelumnya."
"Karena orang ini jelas bukan mayat. Jika bisa bangkit, berarti dia masih hidup."
"Mereka sama sekali tidak mengaitkannya dengan hantu atau peristiwa gaib. Konsep itu bahkan tak terlintas di benak siapa pun."
“Pertunjukan sulap mungkin, atau lebih mirip seni pertunjukan. Hampir membuatku mati ketakutan, tadi benar-benar kukira itu mayat asli.” Seorang komentator menghela napas lega.
“Sepertinya tidak. Luka di kakinya tidak terlihat palsu, masih mengeluarkan darah.”
“Mungkin boneka realistis yang dibuang sembarangan oleh seseorang di kompleks ini.”
Satpam segera menanggapi: “Saya sudah melapor ke polisi. Demi keamanan penghuni, harap jangan mendekat. Baik itu boneka atau pertunjukan sulap, biarkan petugas berwenang yang menanganinya.”
“Aku ingin lihat barang apa ini sebenarnya.”
Seorang pemberani yang penasaran mendekat dan menggoyang-goyang bingkai lukisan itu, seolah ingin mencopotnya.
Hanya dengan goyangan kecil.
Lukisan minyak di leher mayat itu langsung jatuh. Yang mengerikan, kepala mayat itu menghilang - lehernya kosong menganga dengan luka terbuka yang terus mengucurkan darah segar. Bau amis darah menyengat memenuhi udara.
Lukisan yang jatuh kini terbalik memperlihatkan sisi depannya.
Di atas kanvas tergambar latar kota suram dipenuhi gedung-gedung tinggi yang menyembul dari dunia redup. Hanya bentuk gedung dan kontur jendela samar-samar yang terlihat, menciptakan nuansa muram. Di tengah lukisan terpampang jalan raya besar dengan seorang wanita berwajah buram berdiri tegak.
Gaya pakaian wanita ini tidak sesuai dengan era sekarang, terlihat seperti gaya Eropa namun juga memiliki sentuhan gaya era Republik Tiongkok.
Potret manusia dalam lukisan terlihat buram dan tidak jelas, sepertinya ini merupakan ciri khas gaya lukisan minyak semacam ini. Namun satu-satunya keanehan adalah tangan wanita dalam lukisan minyak ini terlihat sangat jelas, seolah-olah tangan tiga dimensi yang hidup, seakan ada tangan sungguhan yang menempel di lukisan.
Selain itu, di sudut yang tidak mencolok dari lukisan minyak ini.
Sebuah kepala manusia dengan gaya rambut modern muncul secara ganjil di sana, kepala ini terlihat tidak selaras dengan lukisan minyak seolah-olah tambahan asing.
Tapi sekarang tidak ada yang memperhatikan detail-detail ini.
Orang-orang yang mengerumuni langsung kaget, semua mundur ketakutan sambil memandangi mayat tanpa kepala yang terus mengeluarkan darah dari lehernya dengan wajah penuh teror.
Karena bagaimanapun juga ini sama sekali tidak menyerupai manekin realistis, apalagi pertunjukan seni perilaku.
Pertunjukan apa yang sampai harus kehilangan kepala?
Tapi ketakutan mereka hanya terfokus pada mayat itu sendiri, belum bisa membayangkan teror mengerikan yang akan muncul setelah kehadiran mayat ini.
Saat ini, Li Yao telah melarikan diri.
Wajahnya pucat pasi, sambil berteriak memanggil nama Yang Jian, dia berlari seperti orang gila menuju gedung jebakan tempat Yang Jian masuk sebelumnya. Meski sepatu hak tingginya memperlambat larinya, bahkan membuatnya terkilir beberapa kali, tapi sekarang bukan waktunya memikirkan itu.
Jika sampai dia diawasi hantu, konsekuensinya bukan sekadar terkilir kaki lagi, tapi bisa nyawa yang melayang.
Di hadapan hantu sejati, persentase kelangsungan hidup orang biasa bahkan tidak lebih baik daripada seekor cacing.
Huu! Huu!
Li Yao terengah-engah bahkan tidak naik lift, berlari menaiki tangga sambil terus memanggil nama Yang Jian, berharap mendapat respon darinya.
Tapi di lorong tangga yang kosong hanya ada gema suaranya sendiri, seolah Yang Jian tidak ada di sini.
Li Yao tidak memikirkan hal itu, dia hanya tahu keselamatannya tergantung pada menemukan Yang Jian. Tanpa perlindungan Pengendali Hantu, nyawanya tak terjamin.
Kekuatan yang meledak akibat kepanikan cepat habis terkuras.
Sekitar lantai 10, Li Yao sudah kelelahan sampai tak bisa mengangkat kaki. Wajahnya basah keringat, setiap tarikan napas terasa menyakitkan.
Dia bersumpah seumur hidup belum pernah merasa selelah ini.
Akhirnya.
Li Yao melihat siluet Yang Jian di jendela lorong lantai 11.
"Yang, Yang Jian... Syukurlah! Akhirnya kutemukan kau. Ada, ada masalah... Kompleks ini... angker..."
Napasnya tersengal-sengal, kata-katanya terputus-putus.
"Aku tahu." Yang Jian masih berdiam di tempat, tatapannya menyapu lantai dasar kompleks.
Kerumunan penghuni yang menonton keributan, mayat tanpa kepala yang bergerak, serta lukisan minyak yang tergeletak... Meski dari kejauhan, dia masih bisa mengenalinya samar-samar.
Hanya saja mata hantu Yang Jian kembali mengecewakan dengan menutup diri.
Seolah sedang dalam status hang, sama sekali tidak bisa digunakan.
“Sama persis seperti situasi terakhir kali, mata hantu tetap tak berani menatap langsung Lukisan Hantu.” Yang Jian sedikit mengerutkan keningnya.
Keanehan seperti ini jarang dia temui, tapi ini juga menunjukkan dari sisi lain bahwa benda ini menyimpan ancaman besar bagi dirinya.
“Yang Jian, sekarang bagaimana? Ayo cepat pergi, aku tak ingin mati di sini.” Belum diserang pun, Li Yao sudah ketakutan setengah mati, menggenggam lengan Yang Jian dengan panik.
Yang Jian memutar kepalanya perlahan: “Apa yang kau takuti? Para penghuni yang menonton keributan itu saja belum mati, pasti kau juga takkan kenapa-kenapa. Kalau barang itu benar-benar ingin membunuh, pasti sudah mulai dari tadi. Fakta bahwa sekarang hanya satu orang yang mati menunjukkan yang lain tidak memenuhi aturan membunuh benda ini.”
“Apa yang kau lihat di lantai bawah tadi? Yakin itu Lukisan Hantu?”
Dia terlalu jauh, meski reaksi mata hantu sudah memberi jawaban, tetap harus memastikan sendiri.
Li Yao kini tampak lebih tenang, dia menelan air liur lalu menarik napas: “Aku tidak terlalu paham, hanya melihat sebuah lukisan, lukisan minyak. Lukisan itu ditopang di kepala mayat itu, tapi kepala di mayatnya menghilang... Seperti dilahap oleh lukisan minyak.”
“Lukisan minyak membunuh?” Ekspresi Yang Jian berubah halus: “Kalau begitu sudah pasti ini Lukisan Hantu.”
Dia pernah melihat arsip Lukisan Hantu. Saat Peristiwa Lukisan Hantu meletus, banyak orang menghilang misterius, kadang menyisakan mayat-mayat rusak. Selain itu, TKP selalu memiliki satu kesamaan: ada lukisan minyak.
“Apa yang tergambar di lukisan minyak itu?” Tanyanya lagi.
Li Yao ragu-ragu berkata: "Aku ketakutan sampai kabur, tidak, tidak melihat."
"Benarkah…" Yang Jian merenung.
"Apa aku tidak apa-apa? Jangan-jangan aku juga diawasi Lukisan Hantu." Li Yao bertanya lagi dengan hati-hati.
Yang Jian berkata; "Tidak jelas, aturan membunuh Lukisan Hantu belum dipastikan, mungkin sudah tapi markas belum membagikan informasinya. Kalau ada pasti akan diumumkan, tidak perlu disembunyikan dariku. Kau tidak perlu panik, kemungkinan Lukisan Hantu mengincarmu kecil."
Dulu di Kota Dachang dia pernah berpapasan dengan Lukisan Hantu, waktu itu juga selamat. Kalau benar berbahaya, pasti sudah mati sejak dulu.
Mendengar penjelasan Yang Jian, Li Yao tampak sedikit lega.
"Tampaknya potensi masalah dari kegagalan operasi kemarin mulai muncul. Benar-benar menyebalkan, kenapa Lukisan Hantu muncul di pusat kota? Kalau tidak ditangani baik bisa jadi Peristiwa Mayat Hidup Kelaparan kedua."
"Ayo kita turun lihat, sepertinya beberapa orang sudah mau sampai."
Dari ponsel positioning satelit di tangannya, Yang Jian melihat beberapa koordinat sedang mendekat cepat ke lokasi ini.
Jelas anggota markas sudah menerima informasi dan akan segera tiba untuk menangani.
Saat turun dengan lift, terlihat beberapa mobil khusus sudah parkir di kompleks perumahan.
Warga yang berkumpul sudah dievakuasi, area sekitar mulai diisolasi.
Yang datang adalah Chen Yi, Jiang Shangbai, dan Zhang Lei yang ditarik mendadak dari Hotel Damai - tim darurat berisi tiga Pengendali Hantu.
Tapi semua orang ini sudah dikenalnya.
"Yang Jian, kau juga di sini? Markas bahkan mengirimmu juga?" Zhang Lei heran melihat Yang Jian keluar dari sebuah gedung.
Chen Yi dan Jiang Shangbai saat itu juga berbalik memandang.
"Aku cuma lewat, kebetulan bertemu saja. Bagaimana keadaannya? Parah?" sapa Yang Jian.
"Aku juga baru datang, kurang jelas. Sepertinya Chen Yi yang harusnya tahu." Zhang Lei menggelengkan kepala, dia hanya tambahan sementara untuk menambah personel.
Chen Yi tidak mendekati lukisan hantu itu, hanya berkata dengan suara berat: "Belum parah, tapi sudah ada tanda bahaya. Lukisan ini bukan yang pertama ditemukan hari ini, dua penanggung jawab lain juga menangani kasus serupa. Sudah terkumpul setidaknya tiga empat lukisan minyat seperti ini. Tak ada yang tahu bagaimana benda ini muncul, rasanya seperti kutukan tak kasat mata yang mulai menunjukkan tren penyebaran."
"Tapi pengontrolannya masih tepat waktu, kerugian tidak besar. Kenapa, kau tertarik dengan ini?"
Yang Jian berkata: "Siapa yang mau tertarik dengan barang ini? Hanya merasa ini sangat berbahaya. Lagipula di luar negeri sudah didefinisikan sebagai peristiwa supranatural kelas S, pasti ada aspek yang sangat mengerikan. Kalian berhati-hatilah saat bertindak, aku tidak ikut campur."
Setelah berkata demikian, dia tidak berniat berlama-lama di sana dan langsung pergi.
Chen Yi juga tidak menghalangi, toh Yang Jian tidak menerima misi sehingga boleh tidak mengurus hal ini.
Jiang Shangbai di samping agak khawatir melihat Li Yao di dekat Yang Jian.
Kenapa Li Yao berada di sisi Yang Jian saat ini?
"Bungkus lukisannya dan bawa pergi, tangani TKP," perintah Chen Yi pada rombongan untuk mulai bekerja.
Yang Jian saat ini malah merenung: "Lukisan Hantu tidak hanya satu? Kalau begitu, lukisan minyak yang tiba-tiba muncul ini bukan bagian dari sumber gaib sebenarnya? Lukisan hantu mengerikan yang asli masih tersembunyi di tempat tak dikenal?"
"Mulai sekarang mungkin banyak orang yang jadi susah tidur."
Meski Peristiwa Lukisan Hantu belum meledak, kemunculan tanda bahaya ini sudah cukup membuat orang ketakutan.
