"Harus segera bertindak. Banyak hal akan terjadi setelah malam ini."
Yang Jian meninggalkan kompleks perumahan yang sebelumnya mengalami musibah, bersama Li Yao mengemudi menuju tempat tinggal He Tianxiong. Namun kemunculan tanda bahaya Lukisan Hantu membuatnya merasa situasi semakin mendesak.
"Memang, waktu kemunculan peristiwa ini terlalu kebetulan. Baru mulai bergerak langsung dapat masalah. Jika tidak ada halangan, Operatormu akan segera menghubungimu. Besok pagi mungkin kau harus kembali ke markas untuk lapor, dan rencanamu menghadapi moment juga hampir pasti terbongkar."
Setelah melewati keterkejutan sebelumnya, Li Yao kini sudah tenang. Dia menganalisa situasi: "Jika semuanya berjalan seperti ini, kau akan berada dalam posisi terpojok."
"Saya sudah punya perhitungan." Wajah Yang Jian dingin: "Setelah membereskan He Tianxiong ini, tinggal menyisir beberapa anggota utama lainnya pelan-pelan."
Li Yao diam seribu bahasa. Pikirannya masih terpaku pada kejadian tadi.
Kenapa orang itu bisa terjebak dalam lukisan?
Apakah dirinya yang berada di lokasi juga akan diawasi Lukisan Hantu?
"Lagipula di kota besar seperti ini, kalau Lukisan Hantu sudah muncul, di manakah sumbernya berada?"
Hatinya diliputi kecemasan, bahkan merasakan hawa dingin yang tak jelas asalnya. Keramaian kota dengan gemerlap lampu di luar sama sekali tidak memberinya rasa aman atau kehangatan, malah memunculkan keinginan untuk kabur dari kota ini.
Pelajaran dari pengalaman sebelumnya di Kota Dachang jelas terpampang—dirinya mutlak tak boleh terlibat dalam peristiwa supranatural.
Ternyata.
Tak lama setelah mobil terus melaju, ponsel positioning satelit Yang Jian berdering.
"Halo, Yang Jian, ini Liu Xiaoyu."
Yang Jian mengangkat telepon: "Bicara, ada masalah apa."
"Lukisan Hantu diduga muncul di pusat kota. Aku ingin memberitahumu, harap tetap tinggal di Hotel Damai akhir-akhir ini, jangan kembali ke Kota Dachang. Kemungkinan besar kami butuh bantuanmu di sini." Liu Xiaoyu ragu-ragu dengan nada berunding.
"Aku tak ingin terlibat dalam urusan ini."
Yang Jian menjawab dengan kaku: "Saat menangani insiden Hantu Penjaga dulu, aku sudah mempertaruhkan nyawa. Kalau terus-menerus terlibat kasus gaib, bahkan Pengendali Hantu level sepertiku pun tak akan bertahan. Kematian pasti datang cepat atau lambat. Menurutmu hidupku ini mudah? Atau kau ingin kuburu-buru mati?"
"Ini..."
Liu Xiaoyu tak tahu harus menjawab apa, terpaksa mengeraskan hati menjelaskan: "Tapi kan kau sudah bergabung dengan markas besar. Beberapa hal hanya bisa kau tangani."
"Tanggung jawabku adalah Kota Dachang. Jika ada masalah di sana, tentu aku yang maju. Tapi ini kan kota wilayah orang lain. Bukankah aturan ini juga ditetapkan markas besar?" Yang Jian membalas bertanya.
“Maaf.” Suara Liu Xiaoyu di ujung telepon terdengar hening sejenak.
“Lima hari, saya akan tetap di sini selama lima hari. Setelah itu, tak peduli hasil situasinya, saya akan kembali ke Kota Dachang. Jika Peristiwa Lukisan Hantu meledak dalam lima hari ini, saya akan bantu. Jika belum ada perkembangan setelah lima hari, saya akan pergi. Ini bukan untukmu, tapi untuk Wakil Menteri Cao. Dia seharusnya paham maksudku.” Kata Yang Jian.
“Saya masih ada urusan lain yang harus diselesaikan. Untuk sementara cukup sampai di sini.”
Percakapan keduanya berlangsung singkat, tak lama kemudian komunikasi terputus.
Saat ini.
Di dalam ruang komunikasi.
Shen Liang membuka pintu dan masuk ke kantor Liu Xiaoyu, bertanya: “Apa kata Yang Jian?”
Liu Xiaoyu buru-buru berdiri: “Tim Shen, Yang Jian bilang dia hanya akan tinggal di sini lima hari, setelah itu kembali ke Kota Dachang.”
“Lima hari?” Shen Liang tertegun.
“Sikap Yang Jian sangat keras, saya tidak bisa membujuknya.” Liu Xiaoyu menambahkan dengan gugup.
Shen Liang malah tersenyum: “Saya kira dia akan pergi besok. Tak disangka mau tinggal lima hari lagi, ini melebihi prediksi saya. Mengikuti karakter Yang Jian, waktu itu memintanya tinggal tiga hari tambahan saja sudah membuatnya kesal. Kali ini dia lebih toleran, sepertinya dia juga tak ingin melihat situasi ini berkembang sampai tak bisa dikendalikan.”
“Apa lima hari cukup?” Liu Xiaoyu penuh tanya.
“Cukup. Jika bisa diselesaikan, beberapa hari ini pun cukup. Jangan meremehkan kemampuan markas di kota ini.”
Shen Liang berkata: “Kau lanjutkan pekerjaanmu. Saya harus melihat laporan anggota lain, memastikan berapa banyak Pengendali Hantu yang bisa dimobilisasi jika situasi ini benar-benar meledak.”
"Liu Xiaoyu melihat Shen Liang pergi, tapi hatinya masih bergumam."
"Berdasarkan pemahamannya tentang Yang Jian, dia yakin orang ini tidak tinggal di kota ini hanya karena urusan Lukisan Hantu. Pasti ada urusan lain yang belum terselesaikan. Bagaimanapun, dia paling muak terlibat dalam peristiwa supranatural tanpa alasan jelas."
Kira-kira setengah jam kemudian.
Mobil Li Yao berhenti di kompleks vila mewah di pinggiran kota.
"Vila nomor 8 di kompleks ini adalah salah satu tempat tinggal He Tianxiong. Sesuai kebiasaannya, kemungkinan besar dia ada di sini sekarang. Semoga kita tidak datang sia-sia. Tapi kalau mau efisien, bukankah lebih praktis menggunakan Wilayah Hantu? Bisa langsung menyisir seluruh kota?"
Yang Jian menatapnya: "Kau pikir di kota sebesar ini hanya aku yang punya Wilayah Hantu? Selain Jiang Shangbai dan Li Jun dari markas, ada juga orang bernama Fang Shiming dari moment yang diduga memiliki Wilayah Hantu. Masih ada Pengendali Hantu lain di kota ini. Saat mengemudi tadi, aku bisa merasakan keanehan dari beberapa arah berbeda."
"Lagi pula ini kota paling aman di dalam negeri. Banyak orang datang ke sini untuk mengungsi. Jadi situasinya... sangat rumit."
"Benar juga." Li Yao terkejut.
"Tunggu di sini." Yang Jian tidak banyak bicara lagi. Langsung turun dari mobil menuju kompleks tersebut.
Dia tidak menggunakan kemampuan hantu gentayangan. Lagipula kehadiran orang di kompleks itu belum dipastikan. Lebih baik hemat tenaga selama memungkinkan.
"Keseimbangan Yang Jian ini tidak benar-benar sempurna. Lambat laun, tingkat kebangkitan salah satu hantu akan melampaui kemampuan pengendalian hantu lain, akhirnya menyebabkan ketidakseimbangan dan kembali menghadapi risiko kebangkitan hantu gentayangan."
"Tapi ini jauh lebih lama dibanding saat pertama kali menguasai Mata Hantu."
Di dalam Vila No.8 kompleks perumahan.
Gaya dekorasi mewah berlapis emas memancarkan aura orang kaya baru yang kental.
Semua berkilauan keemasan, seolah dinding, ubin lantai, hingga perabotan dilapisi emas. Tingkat kemilau logam seperti ini mustahil dihasilkan material biasa.
Vila yang tidak terlalu besar ini justru menunjukkan kemewahan ekstrim. Entah mengapa pemiliknya mau menghamburkan dana besar untuk hal tak berguna ini.
Bagi penghuni lain di kompleks, ini tindakan tolol. Tapi menurut He Tianxiong, dialah yang paling cerdik.
Meski rumah ini tak bisa menangkal invasi peristiwa gaib, di saat-saat kritis justru memberikan perlindungan terbaik. Pantas menghabiskan banyak uang, toh nyawa lebih berharga.
Hari ini, He Tianxiong memang ada di rumah.
Sejak siang dia meninggalkan Gedung 'Keselamatan' dan pulang ke kediamannya. Saat ini sedang membaca di ruang belajar.
"Tak paham harus banyak baca! Bodoh tak masalah, yang berbahaya adalah tak mau berubah."
He Tianxiong duduk di kursi malas dengan menyilangkan kaki, sambil membalik halaman buku strategi 36 Strategi kesukaannya. Meski sudah membaca berkali-kali, setiap hari ia tetap mengulang bacaannya, lalu selalu mendapatkan pemahaman baru.
“Guk guk!”
Tiba-tiba.
Malam yang sunyi pecah oleh gonggongan anjing di lantai bawah. Suara anjing itu terdengar panik, seolah ada orang asing mencoba mendekati rumah ini.
“Hm?”
He Tianxiong langsung meletakkan bukunya, tatapan penuh kecurigaan tertuju ke jendela.
Ia melihat anjing German Shepherd peliharaannya sedang menggonggong ke arah yang redup. Tapi ketika dilihat, tidak ada siapa-siapa di sana. Lampu jalan di area itu cukup terang, memastikan sekeliling benar-benar kosong.
“Anjing sialan ini setiap hari menggonggong sembarangan. Nanti kubuat jadi sup kau!”
He Tianxiong bergumam marah sambil kembali duduk di kursi malas.
Namun belum lama duduk, ia tiba-tiba meletakkan bukunya lagi.
Gonggongan anjing terhenti.
Berhenti secara tiba-tiba, seperti diputus paksa oleh sesuatu, bukan karena anjingnya lelah sendiri.
“Braak!”
Sesaat kemudian, suara pintu gerbang yang terbuka menggema di ruangan sunyi. Suaranya tidak keras, tapi di ruang belajarnya terpasang sistem keamanan yang membuat segala gerakan di aula lantai satu terdengar jelas.
“Ada masalah, sialan!”
He Tianxiong langsung menegang. Membunuh anjingnya secara diam-diam dalam waktu sesingkat itu, bahkan membuka pintu gerbang rumahnya - ini mustahil dilakukan manusia normal. Sekalipun agen rahasia terhebat dari luar negeri pun tidak bisa menyelesaikan dua hal ini hampir bersamaan.
Dia baru saja ingin keluar dari ruang belajar untuk melihat apa yang terjadi, namun tiba-tiba ragu.
"Berani masuk langsung ke rumahku pasti punya niat jahat. Mungkin datang untuk balas dendam. Lebih baik berhati-hati, sembunyi dulu." Tatapan He Tianxiong bergetar lemah. Dia tidak meninggalkan ruang belajar, malah berjalan menuju pintu rahasia lain.
Meski di lingkaran Pengendali Hantu dia merasa tidak kalah dari kebanyakan orang, He Tianxiong tetap memilih bertindak hati-hati.
Saat ini.
Di tengah ruang tamu yang terang benderang.
Yang Jian menginjak ubin yang mengilap, memandang gaya dekorasi megah berlapis emas di sekelilingnya sambil mengerutkan alis: "Waktu renovasi pakai emas? Di dinding dilapisi kertas emas tipis. Meski jumlahnya sedikit... ini menghalangi Wilayah Hantuku."
Sebuah mata hantu di kepalanya menyapu sekeliling dengan cara ganjil.
Pandangannya terhalang, tidak bisa menembus dinding untuk melihat seluruh kondisi rumah. Ada banyak titik buta.
"Tapi menghabiskan uang sebanyak ini untuk dekorasi seperti ini tidak banyak artinya. Hanya memberi sedikit masalah untuk yang punya Wilayah Hantu, itu pun sangat sedikit."
Yang Jian bisa memastikan, He Tianxiong ada di dalam rumah ini.
Dia melihat jejak aktivitas, jadi rumah ini tidak kosong.
Sedang ingin menuju ke lantai dua, tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari ruang tamu.
"Aku kira ada pencuri masuk ke rumahku, ingin mengeruk tembok. Ternyata ini Yang Jian si Mata Hantu dari Kota Dachang. Ada keperluan apa Tuan Yang datang ke sini? Jangan-jangan salah jalan lalu tak sengaja membuka pintu dan masuk?"
Yang Jian menoleh mencari sumber suara yang berasal dari pengeras suara di dalam rumah.
"Kau jauh lebih waspada dari perkiraan orang. Tidak hanya memelihara anjing di luar, tapi juga menggunakan emas sebagai material renovasi. Sebag besar Pengendali Hantu pemilik Wilayah Hantu memang sulit masuk diam-diam ke sini." Wajah Yang Jian tetap tenang. "Tak perlu bersembunyi. Aku tahu kau di sini. Sembunyimu percuma."
"Tapi aku juga tak berani muncul sembarangan di hadapan Mata Hantumu. Bagaimana jika kau menghilangkanku dalam sekejap? Nanti matiku jadi tak jelas!" Suara He Tianxiong penuh kewaspadaan. "Mari kita bicara baik-baik. Tak perlu sampai datang langsung, sungguh membuat deg-degan."
"Menurutmu berat emas yang kau selubungkan itu cukup menopang seluruh rumah? Atau harus kujatuhkan sesuatu dari atapmu?" Nada bertanya Yang Jian datar.
"Jangan!"
He Tianxiong tiba-tiba berubah nada, seolah menyadari maksud Yang Jian.
Ternyata.
Seketika rumah itu mulai reyetan-neyetan, seolah akan runtuh setiap saat.
"Tunggu, tunggu, jangan hancurkan rumahku, ada masalah bisa kita bicarakan..." He Tianxiong panik, dia tak ingin rumah hasil jerih payahnya dihancurkan paksa oleh Yang Jian ini.
Tak lama kemudian.
Sebuah siluet manusia muncul di koridor lantai tiga, memandang dengan panik ke arah Yang Jian di ruang tamu lantai bawah.
Dengan munculnya He Tianxiong, Yang Jian pun malas melanjutkan penghancuran. Seluruh bangunan langsung berhenti bergetar, segala sesuatunya kembali tenang.
"Nah gitu dong, lebih baik keluar menghadapi ajal daripada aku harus menghancurkan vila ini. Mungkin masih ada gunanya kalau dibiarkan." Senyum tipis mengembang di sudut bibir Yang Jian, dingin tanpa secercah emosi.
Bola mata He Tianxiong menyempit, hatinya mendadak membeku.
Ternyata benar, Yang Jian ini sengaja mencari masalah. Mustahil dia datang ke rumahnya tanpa alasan kalau mereka memang tak saling kenal.
