Saat Yang Jian meninggalkan asrama dan kembali ke gedung basket, aula basket yang sepi kini dipenuhi banyak murid. Mereka berkumpul dalam kelompok kecil, sepertinya sedang membahas rumor tentang kejadian hari ini, membuat aula yang tadinya sepi menjadi ramai.
Dia mengerutkan alut: "Mengapa murid lain diatur datang ke sini?"
Seorang pegawai yang bertugas di sana segera menghampiri Yang Jian: "Tuan Yang, murid-murid ini semuanya pernah kontak dengan Lukisan Hantu. Untuk keamanan, kami kumpulkan mereka sementara. Jadi lebih mudah dikontrol jika terjadi sesuatu."
"Jika dibiarkan berkeliaran, bisa mempengaruhi lebih banyak orang. Lagipula kami harus menjamin keamanan personel lain."
"Lalu?"
Yang Jian menatapnya tajam: "Kumpulkan mereka, picu peristiwa gaib, lalu mati bersama?"
Pegawai itu tertegun, buru-buru menjelaskan: "Bagaimana mungkin! Kan ada Tuan Yang di sini. Dengan kemampuan Tuan Yang, pasti bisa menghadapi situasi darurat kapan saja."
"Jadi kalian mau saya yang membersihkan kekacauan? Dan siapa bilang saya pasti akan menyelesaikan masalah jika terjadi sesuatu?"
Yang Jian berkata dingin: "Siapa yang punya ide ini? Suruh dia datang."
Melihat sikap Yang Jian, pegawai itu mulai ragu-ragu.
Yang Jian berkata dengan suara berat: "Sebelum misi hari ini berakhir, saya masih penanggung jawab kalian. Kalau tidak mendengarkan perintah, saya tidak keberatan mengantarkanmu ke alam baka."
"Baik, Tuan Yang."
Orang itu merasakan tatapan dingin Yang Jian dan aura dingin yang menyeramkan dari tubuhnya, membuat hatinya mendadak dingin.
Meski terlihat muda, dia sama sekali tidak meragukan bahwa Yang Jian benar-benar berani membunuh di sini.
Kebanyakan Pengendali Hantu adalah orang gila yang tidak bisa diajak berdiskusi logis.
Melihat orang itu pergi terburu-buru, Yang Jian perlahan menarik kembali pandangan dinginnya.
Ternyata, tidak semua orang seperti Wang Quan. Ada yang benar-benar talenta, tapi ada juga yang cuma sampah yang menyusup.
Tidak bisa bekerja, cuma pinter cari cara licik.
"Yang Jian, sini."
Tiba-tiba, teriakan Miao Xiaoshan terdengar dari kursi penonton gedung basket.
Menoleh, dia melihat Miao Xiaoshan tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Yang Jian, memberi isyarat agar mendekat.
Ekspresi dingin di wajah Yang Jian sedikit melunak. Ia mendekat dan langsung bertanya: "Bagaimana? Tidak ada masalah kan?"
"Tidak, saya di sini aman. Tidak terjadi apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja. Tadi saya lihat lampu asrama di sana mati, khawatir kamu dalam bahaya." Pipi Miao Xiaoshan menegang, mengungkap sedikit ketegangan.
"Ini lebih mudah ditangani daripada kejadian di Sekolah Menengah 7. Setidaknya tidak ada bahaya maut." Kata Yang Jian.
Miao Xiaoshan bertanya hati-hati: "Sudah diselesaikan? Apakah Hantu itu akan muncul lagi? Kamu harus tetap waspada. Kalau terlalu berisiko, lebih baik menghindar. Tidak perlu bertemu benda itu."
"Ada hal-hal yang tak bisa dihindari, tapi apakah hantu akan muncul lagi saya juga tidak tahu. Sekarang masih banyak hal yang belum jelas, perlu diamati beberapa waktu."
Yang Jian merenung sejenak lalu berkata: "Jadi dirimu, dan teman sekamar yang selamat di kamarmu, bahaya belum sepenuhnya hilang."
"Tapi saya rasa masalahnya seharusnya tidak terlalu besar."
Lukisan Hantu sudah dibatasi dan dibawa pergi, kemungkinan sekolah ini terbawa-bawa seharusnya sangat kecil.
Satu-satunya kekhawatiran adalah aturan kemunculan Lukisan Hantu belum sepenuhnya dipahami.
Di lokasi yang sama, belum tentu tidak mungkin muncul Lukisan Hantu kedua lagi.
Tentu saja, ini hanya dugaan saja, Yang Jian tidak mendapat informasi di bidang ini, tak berani memastikan.
"Saya baik-baik saja, kau tak perlu khawatir tentangku. Sebaiknya kau lebih memperhatikan dirimu sendiri," kata Miao Xiaoshan.
"Berapa lama saya bisa bertahan hidup saja belum pasti, tak ada yang perlu diperhatikan."
Yang Jian berkata: "Masih kalimat yang sama, kalau ada situasi beritahu saya. Beberapa hari ini saya masih di kota ini, tapi setelah beberapa waktu saya harus kembali ke Kota Dachang. Jadi jangan sembunyikan apapun, nanti setelah saya pergi, ingin datang lagi tidak akan mudah."
"Saya tahu. Tapi tenang saja, belum tentu saya bisa selamat. Tentangmu, saya sangat percaya diri. Lagipula kau tak pernah kalah berkelahi," Miao Xiaoshan memberi semangat.
Yang Jian tertawa getir: "Tak pernah kalah berkelahi itu karena lawannya manusia. Kalau berganti dengan hantu belum tentu. Sudahlah, bicara ini denganmu tak ada gunanya. Ayo pergi dari sini."
"Ke mana?" tanya Miao Xiaoshan.
"Tentu mengantarmu kembali ke kamar tidur untuk tidur. Sudah larut malam mau ke mana lagi," kata Yang Jian.
"Ah, kembali ke kamar lagi?" Wajah Miao Xiaoshan langsung berubah.
Yang Jian berkata; “Sekarang gedung kamar tidur itu adalah tempat paling aman di seluruh sekolah, sudah terjadi satu kali musibah, kemungkinan terjadi lagi jauh lebih rendah dibanding tempat lain, karena Hantu sudah memeriksa semua potensi masalah untukmu.”
Penjelasan logis memang seperti ini, tapi mendengarnya membuat orang merasakan aura mengerikan.
“Hanya kita berdua?” Miao Xiaoshan bertanya dengan hati-hati.
“Tidak, setelah mengantarmu kembali ke kamar tidur saya harus pergi, hari ini ada urusan yang harus saya tangani.” Kata Yang Jian.
Miao Xiaoshan langsung menarik lengan Yang Jian: “Kalau begitu saya tidak mau kembali ke kamar, saya ikut kau saja?”
“Kau takut?” Yang Jian memandanginya.
“Ada... sedikit.” Jawab Miao Xiaoshan.
“Kalau begitu biarkan mantan teman sekamarmu yang saya usir sebelumnya menemanimu. Situasinya sama persis denganmu. Jika kau aman, dia juga aman. Jika kau dalam bahaya, dia pun sama. Mengikuti saya justru kemungkinan matimu lebih besar.” Kata Yang Jian.
Setelah sedikit mengungkap situasi Lukisan Hantu, dia mengizinkan Liu Zi untuk bertemu dengan Miao Xiaoshan.
“Kalau... begitu, baiklah.” Miao Xiaoshan mengangguk.
Yang Jian segera membawanya pergi dari gedung bola basket.
Saat pergi, Miao Xiaoshan melirik murid-murid lain yang diatur berkumpul di sana, ekspresi wajahnya terlihat tidak nyaman.
“Berkumpul bersama seperti ini sama saja menunggu Hantu datang. Mereka semua pernah melakukan kontak tertentu dengan Lukisan Hantu. Jika ada tempat paling berbahaya di sini, pasti di sinilah lokasinya.”
Yang Jian berkata dengan ekspresi dingin: "Sembunyikan rasa ibamu, kau akan terbiasa. Ingat, hanya kita tujuh yang selamat di sekolah ini. Jadi jika ada yang harus mati, mereka pasti akan mati. Tak perlu dikasihani. Bahkan aku tak bisa menjamin bertahan hidup jika diincar hantu, apalagi orang biasa."
"Jika mereka baik-baik saja, maka kekhawatiranmu sia-sia."
Miao Xiaoshan mengangguk pelan: "Yang Jian, kau benar."
Meski perkataannya kejam, dia tidak merasa itu salah. Lagipula dia sendiri pernah mengalami adegan mengerikan itu.
Saat Yang Jian hendak meninggalkan gedung basket, pegawai tadi datang berlari kecil bersama seorang pria paruh baya berbaju jas rapi.
"Tuan Yang, katanya Anda mencari saya? Ada yang bisa saya bantu?" Pria paruh baya itu tersenyum sopan dengan penuh hormat.
Tanpa menanyakan nama, Yang Jian berjalan mendekat sambil melepas sarung tangan, lalu menampar wajahnya dengan keras.
Menggunakan tangan hantu-nya.
Kekuatan pukulannya bisa dibayangkan.
"Braak!"
Pria hampir 200 kati itu langsung terlempar ke lantau tanpa sempat bereaksi. Kepalanya menghantam lantai lapangan basket dengan suara "Brak!", wajahnya berubah bentuk, gigi rontok berantakan, darah mengucur deras.
"Hanya karena menghargai markas, aku tidak membunuhmu. Kau pasti tahu alasan tamparan ini. Berani-berainya main strategi kotor denganku?"
Setelah berkata demikian, Yang Jian tak lagi memandangnya. Dia langsung menarik Miao Xiaoshan yang masih tertegun dan pergi.
Pria paruh baya ini sama sekali tidak mendengar jelas perkataan Yang Jian. Kepalanya berdenging Bzzz, wajahnya terasa sakit yang tak terucapkan, seluruh tubuhnya mulai tak terkendali. Jika bukan karena masih merasakan sesuatu, dia bahkan curiga apakah dirinya akan mati.
Murid-murid lain di gedung basket terkejut melihat kejadian ini. Sekeliling tiba-tiba menjadi sepi, mereka mulai bertebak-tebak apa sebenarnya yang terjadi.
Tapi orang yang tak tahu info dalam tak akan pernah paham mengapa Yang Jian sampai menampar sekeras itu.
"Tim Yao, kau baik-baik saja? Aku akan segera melaporkan ini ke markas." Pegawai di sebelahnya terkejut, lalu buru-buru membantu menopangnya.
Beberapa saat kemudian, pria paruh baya yang dipanggil Tim Yao ini baru pulih sedikit kesadarannya. Dia buru-buru menggenggam tangan pegawai itu, berkata dengan pelo: "Jangan laporkan! Nanti nasibku lebih buruk. Panggil ambulans, bawa aku ke rumah sakit. Anggap saja ini tak pernah terjadi."
Saat ini dia diliputi ketakutan, bahkan sudah tak merasakan sakit lagi.
Tim Yao tentu paham mengapa Yang Jian memukulnya. Tentu karena dia bertindak semaunya sendiri, demi kepraktisan menempatkan semua yang pernah kontak dengan Lukisan Hantu ke gedung basket.
Siapa yang ada di gedung basket?
Seorang mantan teman sekelas SMA Yang Jian, yang memiliki hubungan sangat dekat dengannya.
Tim Yao sangat tahu hal ini, makanya dia sengaja berbuat demikian. Karena jika benar terjadi sesuatu, Yang Jian pasti tak akan tinggal diam mengingat hubungan sedekat ini.
Jika tak ada masalah, dirinya juga tak punya kesalahan.
Dengan begitu, baik situasi kiri maupun kanan, aku bisa menjamin tidak ada masalah di sini malam ini.
"Tapi ketertarikan romantis kecilku ini berhasil ditembus, Pengendali Hantu dengan kode Mata Hantu ini jelas tidak suka dipaksa."
"Tapi manusia selalu memiliki hati yang berharap keberuntungan, Tim Yao yakin meski Yang Jian tahu juga tidak masalah. Dengan markas di belakang, Yang Jian pasti tak berani main-main. Lagipula ini demi situasi, bukan sengaja ingin mencelakakan seseorang."
"Soal sikap Yang Jian nanti mungkin akan sangat jahat, itu tidak masalah."
"Setelah malam ini, kita selesaikan misi lalu berpisah. Kesempatan bertemu nanti mungkin sangat sedikit, bahkan tidak akan bertemu lagi. Lagipula orang seperti mereka berumur pendek, tidak hidup lama. Kemungkinan irisan hampir nol."
"Tapi Tim Yao tidak menyangka Yang Jian akan sekejam ini, baru bertemu langsung menamparnya."
"Tubuh... tidak beres."
"Dengan ditopang, Tim Yao berusaha bangun untuk ke rumah sakit. Tapi ia sadari banyak bagian tubuhnya menunjukkan keanehan. Meski masih bisa bergerak, koordinasi semakin buruk dan terus memburuk."
"Pada detik ini, ketakutannya semakin dalam."
"Karena ia merasa tamparan Yang Jian mungkin menggunakan kemampuan hantu. Kini kekuatan hantu itu mempengaruhi tubuhnya."
"Mati? Mungkin tidak."
"Tapi konsekuensinya pasti sangat serius."
