Siang hari, Yang Jian telah meninggalkan markas dan kembali ke Hotel Damai.
Di aula utama hotel, Zhang Lei, Huang Ziya, Wang Jiang, dan Feng Quan sudah menunggu. Bahkan Xiong Wenwen jongkok di sudut tak mencolok sambil main permainan ponsel, sepertinya kali ini benar-benar berniat memeluk erat kaki.
"Kakak Kaki, cepat sekali kembali. Bagaimana kelanjutannya?" Feng Quan langsung membuka mulut bertanya.
Yang Jian baru saja memasuki aula: "Ya seperti dugaanku, Cao Yanhua mendamaikan. Jika moment benar-benar menyetujui permintaanku, masalah ini harus berakhir di sini. Menghargai posisi Cao Yanhua, kuberi mereka waktu setengah hari. Sudahlah, jangan bahas ini dulu. Ada kabar lain: posisi komandan tim kutolak."
"Apa?"
Kali ini bukan hanya Feng Quan, Zhang Lei dan Huang Ziya pun terkejut. Xiong Wenwen bahkan memandangi Yang Jian dengan tatapan lemah daya.
"Kenapa kautolak? Susah payah jadi komandan tim, tiba-tiba dibuang? Kami sudah berencana membentuk kelompok bersama, bahkan nama tim hampir final." Feng Quan heran.
Yang Jian berkata: "Menjadi komandan tim tidak ada baiknya, saya punya urusan lain yang harus dikerjakan, tak ingin terlibat dalam situasi merepotkan seperti ini, tapi kalau membentuk tim masih bisa diterima, saya mempertahankan hak ini, markas pusat memberi saya enam kuota, artinya saya bisa menarik maksimal enam orang dari markas untuk membentuk tim."
"Komandan tim tidak ada batasan ini, mau menarik berapa orang pun boleh."
"Cuma enam? Cao Yanhua ini terlalu pelit ya." Xiong Wenwen buru-buru datang dengan ekspresi jijik.
"Sudah bagus dapat enam, setidaknya bisa seadanya membentuk tim kecil, nanti juga lebih mudah saling membantu." Huang Ziya menatap tajam ke arah tubuh Yang Jian.
Menurutnya, jumlah personel bukan masalah utama, yang penting apakah ada Yang Jian dalam tim, selama ada Yang Jian meski sedikit personel bisa bertahan hidup, setidaknya dari orang-orang yang pernah dia temui tak ada yang lebih kompeten dari Yang Jian.
"Enam mutlak tidak cukup, nanti saya masih ingin merekrut beberapa anak buah, sekarang cuma segini orangnya, bukankah saya jadi yang paling kecil? Nanti kalian semua memperlakukan saya buruk bagaimana?" Xiong Wenwen membangkang keras.
Yang Jian berkata: "Saya belum menyetujui keikutsertaanmu, lagipula untuk hal penting seperti ini bukankah seharusnya kamu minta pendapat orangtuamu? Bagaimana jika orangtuamu tidak setuju, sekarang bicara pun percuma."
"Ibu pasti setuju, tidak perlu kau ikut campur." Xiong Wenwen membalas.
Yang Jian berkata: "Lebih baik tetap ditanyakan, agar nanti tidak menimbulkan salah paham, dituduh menipu bocah nakal, sekaligus membantumu menghindari pemukulan kejam."
"Tanya ya tanya, sekarang juga saya telepon." Xiong Wenwen mengeluarkan ponsel dengan marah, ragu sejenak, lalu bertahan menghubungi nomor tersebut.
“Sambil anak bandel ini menelepon untuk meminta izin orangtua, Yang Jian menambahkan: “Selain itu, masalah pembentukan tim kita tunda dulu, setelah aku menyelesaikan urusanku, kita bisa berdiskusi lebih lanjut. Lagipula kita semua tinggal di Hotel Damai, nanti bisa janjian kumpul kapan saja dengan mudah.”
“Tidak masalah, kamu urus dulu pekerjaanmu, masalah tim tidak perlu terburu-buru.” Zhang Lei mengangguk.
“Kalau begitu apakah mulai sekarang harus memanggilmu komandan tim?” Huang Ziya tersenyum, seolah sudah mengakui status Yang Jian sebagai pemimpin.
Yang Jian berkata: “Gelar komandan tim tidak penting, yang utama adalah bagaimana bertahan hidup.”
“Apa kamu sudah menanyakan kabar Tong Qian? Jika menemukannya, mengajaknya bergabung akan menjadi pilihan bagus.” Feng Quan menyela.
“Sudah. Cao Yanhua memberikan alamat.” Yang Jian memberikan kartu nama bertuliskan alamat: “Katanya Tong Qian ada di sini, tampaknya tidak hilang atau celaka. Sudah kuduga, bagaimana mungkin orang hidup tiba-tiba menghilang? Mungkin sedang bersembunyi karena ada masalah. Kalau kamu sempat, kunjungi dia dan bahas rencana kita hari ini, lihat apakah dia setuju.”
“Baik, nanti sore akan kukunjungi.” Feng Quan mengambil kartu nama.
Xiong Wenwen yang baru saja menutup telepon berkata dengan cemas: “Yang Jian, aku sudah bicara dengan ibuku soal tim. Katanya dia ingin bertemu dan berdiskusi denganmu.”
“Bertemu aku?”
Yang Jian tertegun sejenak, lalu menjawab: “Wajar saja. Mana ada orangtua yang mau menyerahkan anaknya ke orang asing tanpa penjelasan.”
Melihat jam.
Dia bertanya: “Kapan janji bertemunya?”
Xiong Wenwen adalah anak kecil yang sangat istimewa, jika benar-benar ingin membentuk tim, dia memang sangat penting, jadi Yang Jian merasa perlu meminta persetujuan orangtuanya.
"Kalau begitu hari ini saja, kebetulan aku juga harus pulang makan." Katanya dengan sombong: "Jangan bilang aku tidak baik padamu, kalau kau mengantarku pulang, aku bisa mentraktirmu makan."
"Setelah kau bilang begitu, malah jadi enggan pergi." Kata Yang Jian.
"Cepatlah pergi, jangan sampai aku terlambat, nanti aku dimarahi lagi." Xiong Wenwen menarik Yang Jian dengan kuat ke luar.
Yang Jian berpikir sejenak, menemani Xiong Wenwen juga tidak mengganggu urusannya, sore ini dia tidak punya misi, dan tidak ingin terlibat dalam Peristiwa Lukisan Hantu, mengisi waktu sambil menghindari kemungkinan ditarik mendadak sebagai tenaga bantuan.
Tepat ketika Yang Jian menemani Xiong Wenwen menemui orangtuanya.
Lantai paling atas Gedung 'Keselamatan'.
Setelah kembali, Jiang Shangbai segera mengadakan rapat darurat.
Namun karena ketidakhadiran beberapa anggota dan yang lain mengajukan cuti, jumlah peserta dalam rapat ini menjadi sangat sedikit.
"Secara garis besar situasinya seperti ini, Cao Yanhua ingin menjadi penengah, syarat Yang Jian adalah Gunting Hantu, meski tidak tahu dari mana dia dapat informasi, tapi intelijennya memang benar, kalau tidak mustahil berani memperlihatkan foto ini dihadapanku." Jiang Shangbai menjelaskan situasi di ruang rapat markas hari ini dan kejadian tadi malam secara umum.
Setelah berkata demikian, dia meletakkan sebuah foto di meja, lalu menambahkan:
“Cao Yanhua menyetujui permintaan itu. Sekarang dia sedang memberikan tekanan pada kami. Jika kami tidak menerima syarat Yang Jian, maka semua industri di lingkaran moment kami akan diblokir.”
Suasana di meja konferensi terasa muram.
Mereka mendengar kabar hilangnya He Tianxiong, insiden yang menimpa Zhang Jian, Direktur Fei, dan Li Yao. Perasaan mereka sangat buruk, bahkan sekarang sudah ada yang menerima informasi lebih cepat dan langsung mengajukan cuti tanpa muncul.
Ini adalah bentuk ketakutan terhadap strategi Yang Jian, untuk sementara tidak berani muncul.
Duduk di posisi utama adalah seorang pria muda berusia dua puluhan, mengenakan setelan jas, kulitnya terlihat pucat memberikan kesan berpenyakit. Ekspresinya tenang, sepertinya tidak terkejut dengan perkataan Jiang Shangbai.
Namanya Fang Shiming, CEO Gedung 'Keselamatan' lingkaran moment.
“Yang Jian memang sudah menjadi masalah.” Fang Shiming sedikit mengangkat matanya: “Tapi apakah kita harus mengalah hanya karena tekanan Cao Yanhua? Dia itu apa? Cuma orang biasa yang bisa kugilas kapan saja. Lihatlah situasi sekarang, masih main-main dengan cara-cara kuno itu.”
“Memberi tekanan? Dia pantas? Dulu tanpa dana kita, dia bahkan tidak bisa membangun markas. Sekarang mau pakai tangan Yang Jian untuk menekan kita?”
“Lalu maksudmu?” Jiang Shangbai mengerutkan alut, merasa tidak nyaman dengan sikap keras Fang Shiming ini.
"Fang Shiming tersenyum dingin: 'Yang Jian memberi batas waktu jawaban sebelum pukul enam, baiklah. Tepat pukul enam, aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Tak perlu lagi kamuflase atau sikap munafik. Biar Cao Yanhua paham, Yang Jian si Mata Hantu ini kami yang bunuh dari moment. Kalau tak terima, silakan kirim orang untuk mencoba.'"
"Sebenarnya urusan Yang Jian tidak terlalu kupedulikan, rencananya akan kutangani perlahan. Tapi karena kemarin malam dia menggelepar begitu riang, mari percepat penghilangannya. Matinya akan menjadi solusi damai. Aku yakin Cao Yanhua takkan berbuat apa-apa untuk orang mati. Bukankah dia ahli mengalah? Biar mengalah sekali lagi."
"Meski menyebalkan, gaya kerja Yang Jian yang bertindak langsung tanpa banyak pertimbangan justru kukagumi. Ingat, kita ini Pengendali Hantu."
Jiang Shangbai merasakan dingin menjalar di hati: Ternyata perdamaian mustahil. Hanya satu yang bisa bertahan antara moment dan Yang Jian.
"Sebelum pukul enam, kalian semua tetap di sini. Tak ingin ada kebocoran informasi ke Yang Jian. Hadapi tipe orang seperti ini harus sempurna tanpa cela. Masalah sebelumnya terjadi karena kecerobohan kalian," kata Fang Shiming sambil menyapu kerumunan dengan tatapan tajam.
Seluruh anggota terdiam membeku.
