Kondisi Yang Jian saat ini sangat unik.
Tubuhnya sudah mati total, menjadi mayat tanpa kepala yang tergeletak di lantai. Tapi kesadarannya tetap jernih, bisa berpikir, memiliki semua memori, yakin akan identitasnya, meski sepertinya hanya sampai di situ.
Selain masih bisa berpikir, dia seperti pasien vegetatif, tak bisa melakukan gerakan apa pun.
Bahkan mata pun sudah tak bisa melihat, sekeliling gelap gulita.
Saat ini, orang-orang di jalan yang tertutup oleh empat lapisan Wilayah Hantu ini mulai menyadari keanehan dan ketidakberesan di sini. Kepanikan mulai bermunculan. Banyak yang berusaha minta tolong, banyak pula yang mencoba pergi dari tempat ini, tapi hasilnya tidak terlalu signifikan. Adapun mayat Yang Jian yang terbaring di pinggir jalan, tentu saja tidak ada yang menghiraukannya.
Ini bukanlah hal buruk, malah merupakan kabar baik.
Dengan begini, setidaknya Yang Jian tidak perlu khawatir mayatnya akan dicuri orang, atau kotak musik dan lilin hantu di dekatnya akan diambil.
Karena bagi yang bukan Pengendali Hantu, mustahil memahami nilai benda-benda ini. Tak ada yang akan mempedulikan sampah tua di pinggir jalan.
Tapi kondisi seperti ini jelas tidak bisa terus berlanjut.
"Aku harus mencari cara." Yang Jian mulai merenung dengan tenang.
Pertama, dia yakin serangan mengerikan tadi takkan terulang lagi. Kalaupun benar-benar terjadi kembali, dia tak perlu khawatir.
Nyatanya, dengan taruhan nyawa, Yang Jian telah membuktikan bahwa kotak musik bisa menjamin keselamatannya dalam situasi seperti itu.
Selain itu, kutukan kotak musik juga belum akan berkontraksi untuk sementara waktu. Masalah ini bisa ditunda dulu.
Hanya ada satu hal yang harus dilakukannya.
Mencari cara untuk pulih.
Yang Jian mencoba mengontrol mulutnya untuk berbicara. Dia ingat seharusnya ada ponsel positioning satelit di dekatnya. Jika dia menghilang beberapa waktu, Liu Xiaoyu dari markas besar mungkin akan memaksa sambungan. Jika bisa terkoordinasi, mungkin dia bisa mendapatkan bantuan.
Sayangnya.
Usahanya gagal.
Dia tidak bisa merasakan keberadaan mulutnya, mustahil mengucapkan sepatah kata pun.
"Dan dia juga menyadari bahwa dirinya tidak bisa mendengar suara sekitar sama sekali, dia hanya bisa mendengar alunan musik yang menimbulkan aura mengerikan terus bergema, selain itu sekitarnya sangat sepi."
"Sekarang seharusnya aku terbaring di tepi jalan raya. Saat jatuh tadi, aku ingat menggunakan Wilayah Hantu yang menutupi seluruh jalan, membawa masuk semua orang dan kendaraan di sana. Artinya, bukan lingkungan sekitar yang sunyi, melainkan pendengaranku yang mati."
Yang Jian merasakan situasi semakin memburuk.
Tanpa penglihatan, tanpa pendengaran, tubuh tak bisa digerakkan. Keadaannya sekarang bagaikan manusia hidup-mati, bahkan lebih buruk dari kondisi vegetatif.
"Jika keadaan ini berlanjut, hantu dalam tubuhku akan bangkit dan memicu peristiwa supranatural Tingkat S. Meski kesadaranku mungkin bertahan sementara, begitu kutukan kotak musik tiba, aku pasti mati tanpa ampun."
Dengan tenang, Yang Jian memprediksi akhir hidupnya yang tak terelakkan.
Mayat tanpa kepalanya yang menjadi miliknya itu telah menampung sebagian besar hantu dari tubuhnya.
Keseimbangan hantu-hantu ini akan runtuh seiring berlanjutnya empat lapisan Wilayah Hantu, karena mata hantu sendiri tidak boleh digunakan terlalu lama—biasanya membutuhkan satu kuota untuk mengendalikannya. Penggunaan berkepanjangan berisiko memicu kebangkitannya.
Begitu mata hantu bangkit, Wilayah Hantu yang terbuka tidak akan berhenti di empat lapisan saja.
Seluruh kota mungkin akan tertutup di bawah Wilayah Hantu Yang Jian.
Pada saat itu, mengurung mayat tanpa kepala Yang Jian hampir mustahil dilakukan.
Karena wilayah hantunya bisa dibuka hingga 9 lapisan tertinggi, tidak ada orang di markas yang bisa meretas masuk ke dalamnya. Artinya, ini akan menjadi peristiwa supranatural level tak terpecahkan yang bahkan melampaui Peristiwa Lukisan Hantu.
Jadi begitu Yang Jian mati,
hantu yang bangkit dari mayatnya akan membawa sebuah kota sebagai tumbal, bahkan konsekuensinya akan lebih parah lagi.
Ini bukan lelucon. Yang Jian sangat paham betapa mengerikannya hantu dalam tubuhnya.
Waktu terus berjalan perlahan.
Diiringi denging kotak musik yang terus bergema di otaknya, pikiran Yang Jian terbenam dalam keheningan.
Dirinya saat ini seakan telah masuk ke dalam situasi buntu.
Tapi dia masih belum menyerah, terus merenungkan cara khusus.
Sudah sampai di tahap ini, bagaimana bisa menyerah begitu saja? Dia masih hidup, bertahan dari serangan mematikan tadi, masih ada kesempatan untuk bangkit. Belum saatnya untuk putus asa total.
Meski sudah begini, tekad Yang Jian tetap tak goyah.
Dia wajib mencari cara untuk pulih.
"Aku butuh titik terobosan untuk mematahkan status hidup-mati ini. Tak boleh terus mengulur waktu seperti ini." Yang Jian merasakan urgensi dalam dirinya.
Waktu tidak akan menunggu.
Begitu Mata Hantu bangkit, dia akan kehilangan kesempatan sama sekali, bahkan tak perlu menunggu kedatangan kutukan kotak musik.
Kebangkitan Mata Hantu?
Mata Hantu?
Tunggu, seharusnya aku masih punya satu mata lagi.
Tiba-tiba Yang Jian teringat kebiasaan lamanya yang suka menempatkan Mata Hantu di berbagai bagian tubuh.
Ada mata hantu di telapak tangan, ada mata di lengan, dan mata di punggung... Tentu saja di alut dan bagian belakang kepala juga ada mata hantu.
Tujuan melakukan ini adalah untuk memastikan tidak ada titik buta pandangan di sekitar saat menangani peristiwa supranatural.
"Dalam bentuk apa kesadaranku sekarang ini ada? Jika masih tersimpan di kepala, maka seharusnya aku bisa menemukan mata hantu di kepala." Kesadaran Yang Jian yang terbenam dalam kegelapan mulai merasakan dengan cepat.
Dia harus mendeteksi mata hantu itu dan mengontrolnya.
Jika bisa menemukannya sebelum kebangkitan Mata Hantu, masih ada kesempatan.
Kalau mata hantu itu bangkit, dia tidak akan bisa mengontrolnya lagi.
Waktu.
Pada akhirnya semua kembali ke masalah waktu.
Meski merasa gelisah, kesadaran dan pola pikir Yang Jian tetap sangat jernih sehingga dia tetap tenang, tidak kehilangan batasan karena kegelisahan sesaat.
Denging ganjil dari kotak musik di otaknya masih bergema, notasi musik yang membentuk melodi seolah membawa kekuatan misterius yang mengganggu pola pikir normal manusia.
Gangguan ini bukan ilusi, meski baru mendengarkan sebentar, Yang Jian sudah bisa merasakan perbedaan halus ini.
Tapi, pekerjaan mendeteksi mata hantu terus berlanjut.
Dan saat ini.
Situasi di jalanan semakin kacau.
Berbagai suara bising terus terdengar, semua orang berdiri di jalan raya menelepon minta tolong. Beberapa bahkan memarahi dengan kasar, tentu saja ada juga pemuda yang suka membuat masalah mulai memotret sekitar dengan ponsel mereka, terlihat bersemangat karena menyaksikan peristiwa sangat khusus.
Tapi yang tidak mereka sangka adalah kengerian sedang turun diam-diam. Bayang-bayang kematian mulai menyelimuti tubuh semua orang di jalan ini.
Mayat tanpa kepala milik Yang Jian yang awalnya tergeletak diam dalam genangan darah dingin, tiba-tiba tangan dengan sarung tangan emas di lengan mayat itu sedikit bergerak.
Gerakan ini sama sekali bukan kejang normal mayat, juga bukan kendali Yang Jian sekarang karena kepalanya sudah terpisah, mustahil mengontrol mayat... Jadi ini adalah perubahan anomali yang mengerikan.
Gerakan ini menandakan hantu dalam tubuh Yang Jian sedang terbangun.
Begitu terbangun sepenuhnya.
Tak peduli hantu mana yang bangkit, semua orang di sepanjang jalan ini akan mati.
Di bawah cakupan empat lapisan Wilayah Hantu, tidak ada satu pun yang bisa bertahan hidup, bahkan Pengendali Hantu biasa sekalipun takkan mampu.
Sejak tangan mayat tanpa kepala mulai bergerak, perubahan anomali ini semakin intens seiring berjalannya waktu.
Gerakan pada mayat Yang Jian semakin sering muncul, dengan besaran yang kian meningkat.
“Awalnya hanya telapak tangan yang berkedut, tapi sekarang kaki yang kaku itu mulai melengkung, seolah ada kekuatan ganjil yang tak terucapkan mengendalikan, mulai memainkan mayat yang baru saja mati ini dengan seenaknya.”
Tapi adegan ini tak diketahui Yang Jian.
Sekarang dia tak bisa melihat, juga tak mendengar, apa yang terjadi di sekitarnya sama sekali tak ada hubungannya dengannya.
Namun rekaman adegan ini dikirim kembali ke markas melalui ponsel positioning satelit.
Di ruang komunikasi Liu Xiaoyu.
Pertengkaran sengit Cao Yanhua dengan kerumunan sepertinya mereda, hasilnya tak memuaskan, semua orang terhening dengan raut wajah muram.
“Mayat Yang Jian... bergerak.” Shen Liang tiba-tiba menaikkan nada suaranya, disertai kecemasan.
Dalam gambaran itu, mereka bisa melihat jelas mayat tanpa kepala milik Yang Jian mulai menggerakkan tubuhnya tak beraturan, seolah ingin menemukan keseimbangan kembali setelah kehilangan kepala, berusaha bangkit.
Hantu Gentayangan bangkit!
Hati banyak orang tenggelam ke dasar jurang.
Situasi terburuk yang ditakuti mulai terjadi.
Tapi gambaran ini tak berlangsung lama.
Tak lama kemudian.
Komunikasi terputus, video menghitam.
Ini bukan kerusakan mesin, melainkan seseorang yang sengaja memutus komunikasi.
“Ketua Kelompok Wu. Apa maksudmu?” seseorang heran bertanya.
Ketua kelompok bermarga Wu itu menekan suaranya: “Ini bukan keinginanku, tapi perintah Menteri. Yang Jian sudah mati, kasusnya perlu dikuburkan, perselisihan dengan moment tak boleh dilanjutkan. Mulai hari ini ruang komunikasi ini beserta semua isinya akan disimpan.”
“Sama sekali tidak boleh memberitahu orang lain bahwa Yang Jian dihabisi orang.”
Cao Yanhua yang jongkok di sudut sambil merokok langsung menengadah kaget mendengar perkataan ini.
Mengalah?
Saat ini, tiga huruf "Mengalah" memenuhi otak semua orang.
Setelah menunggu lama, inikah hasilnya?
Ada yang lega, ada yang diam, ada pula yang tak puas.
"Wakil Menteri, kepentingan nasional harus diutamakan. Kau lebih paham dari siapa pun."
Ketua Kelompok Wu berkata dengan suara berat: "Kami tak punya cara lain. Jika sekarang kami nekat menghabisi moment, kami benar-benar akan kehilangan beberapa komandan tim lagi. Membuang-buang kekuatan saat ini tidak bijaksana. Tidak boleh mengorbankan seluruh markas hanya karena satu orang tewas."
"Aku mengerti."
Cao Yanhua menghirup rokok dalam-dalam, diam sejenak lalu berkata: "Kalau begitu laksanakan saja. Semua pergi dari sini, blokir ruang komunikasi."
Tak lama kemudian.
Semua orang meninggalkan tempat itu.
Ruang komunikasi pribadi ini dimatikan. Semua dokumen terkait Yang Jian disimpan dan dilarang diakses siapapun.
Sebelum subuh nanti, informasi akan tersebar bahwa Yang Jian tewas di tangan peristiwa supranatural.
Liu Xiaoyu memandangi ruang komunikasinya yang terkunci. Matanya yang merah sembap memancarkan kebingungan dan tanya. Ia tak tahu keputusan markas tadi, tapi itu tak penting.
Cao Yanhua merasakan kelelahan fisik-mental. Ia tak tahu apakah keputusan ini benar atau salah. Yang ia tahu, markas telah kehilangan seorang Pengendali Hantu berkode Mata Hantu, apapun hasilnya nanti.
Dalam perjalanan ke perusahaan, ia bertemu seseorang.
Wang Xiaoming berdiri di pintu kantor seolah sedang melotot padanya.
Jarang melihat Profesor Wang dan rekan-rekannya, selalu orang lain yang menungguinya terlebih dahulu karena waktunya selalu tak cukup.
"Yang Jian mati?" Belum sempat menyapa, Wang Xiaoming sudah bertanya lebih dulu.
Cao Yanhua mengangguk: "Sudah dipastikan, tewas di tangan peristiwa supranatural."
"Benarkah?" Ekspresi Wang Xiaoming sama sekali tak berubah: "Tapi kau tak perlu menjelaskan padaku, aku tidak tertarik bagaimana Yang Jian mati. Hanya tertarik pada satu hal di tubuhnya. Bisakah mayatnya ditemukan?"
"Sulit dilakukan dalam waktu singkat. Wilayah Hantu Yang Jian sangat unik, pernah meretas wilayah Hantu Guicha. Jadi..." Cao Yanhua mengusap kepalanya yang sakit.
"Tak bisa masuk, ya."
Wang Xiaoming berkata: "Tapi pasti akan muncul. Jika Yang Jian muncul, ingat beri tahu aku."
Setelah berkata demikian, dia berbalik pergi.
Cao Yanhua menyaksikan kepergian Profesor Wang, tak mengerti maksud pertanyaan sang profesor di saat seperti ini.
Sudahlah, bukan saatnya memikirkan Profesor Wang. Urusan beberapa hari terakhir terlalu banyak, dia sudah kewalahan.
