Di dalam empat lapisan Wilayah Hantu, di jalanan yang kacau.
Saat orang-orang tak bersalah sibuk meminta tolong dan mencari cara keluar dari sini.
Sepasang kekasih muda justru jongkok di pinggir jalan dengan wajah ketakutan, membersihkan noda darah di wajah menggunakan air mineral yang baru dibeli dari toko mainan sebelah.
Darah itu bukan milik mereka, melainkan berasal dari Yang Jian yang sudah mati.
Saat pertama kali diserang, leher Yang Jian hampir putus sepenuhnya, darah menyembur ke mana-mana. Pasangan kekasih yang kebetulan lewat itu cukup sial karena terkena percikan darah di tubuh mereka. Mengingat adegan mengerikan saat kepala orang itu terbelah, hingga sekarang mereka masih gemetar ketakutan.
"Sungguh sial sekali, tadi orang itu kenapa tiba-tiba lehernya retak?" kata pacar pria yang masih belum pulih dari teror. Ia menatap tisu bernoda darah yang berserakan di lantai, bertanya; "Apa masih ada noda darah di bajuku?"
"Sudah lumayan bersih, cuma di baju masih ada yang nggak bisa hilang." Sang pacar wanita juga masih trauma, hampir mati ketakutan.
"Sudahlah kalau nggak bisa dicuci, nanti langsung ganti baju saja. Ngomong-ngomong jalanan ini kenapa ya? Kok semua bersinar merah, apa mataku yang bermasalah?" Pemuda itu mengibaskan sisa air di tangannya sambil melihat sekeliling.
Karena jalanan ramai orang dan tidak ada kejadian aneh, dia sama sekali tidak merasa takut.
Tiba-tiba, pacar wanitanya menarik lengan sang pemuda dengan gugup, matanya penuh ketakutan dan kecemasan.
"Ada apa?" tanya sang pemuda penasaran.
Dengan tangan gemetar, sang gadis menunjuk ke seberang jalan tempat mereka tadi terkena percikan darah.
"Orang itu... bangkit... tapi tidak ada kepalanya."
Begitu memandang ke arah tersebut, pupil mata sang pemuda langsung menyempit, rasa dingin yang mengerikan menyusup hingga ke tulang belakang.
“Pada momen ini, di tempat di mana kematian tak terduga itu terjadi, sesosok mayat tanpa kepala berdiri tegak di sana. Mayat itu dipenuhi darah yang sudah membeku, luka retak di lehernya terlihat mengerikan, dan sekarang masih terus meneteskan sisa-sisa darah.”
“Dari pakaian yang dikenakan mayat itu, pacar pemuda itu bisa memastikan bahwa itu adalah orang yang baru saja kepalanya putus tiba-tiba di jalanan.”
“Tidak... Tidak punya kepala tapi bisa berdiri? Masih disebut manusia?”
“Ia bergumam pada diri sendiri, lalu menyadari sesuatu. Perasaan merinding menyelimuti hatinya. Segera ia menarik tangan pacarnya untuk berjalan cepat: ‘Cepat, kita menjauh dulu. Jangan di sini. Aku merasa ada yang tidak beres.’”
“Pemuda ini bukan tipe yang sembrono dan suka sensasi. Ia merasakan bahaya mengerikan. Meski tidak tahu apa, ketidakberesan tetaplah harus dihindari. Jadi cara terbaik adalah menjauh.”
“Menjauhi mayat pria tanpa kepala itu. Menjauhi jalanan aneh yang diselimuti cahaya merah ini.”
“Tapi mereka bukan satu-satunya yang memperhatikan mayat tanpa kepala yang berdiri itu.”
“Kebanyakan orang tidak terlalu mempedulikan. Ada yang mengira ini lelucon jahat, ada pula yang menyangka itu model plastik di depan pintu. Ditambah semua orang sedang sibuk membahas fenomena unik di jalanan ini, keberadaan mayat pun diabaikan. Bahkan yang merasa ada yang salah, memilih cepat-cepat menjauh.”
“Mereka yang terjebak di jalanan ini tak akan pernah menyangka-”
Mayat tanpa kepala yang tiba-tiba berdiri ini ternyata adalah Hantu yang sedang bangkit. Tidak, bahkan dalam tingkat tertentu, Hantu itu sebenarnya sudah sepenuhnya bangkit. Hanya biasanya Yang Jian yang mengendalikan dan menekannya. Tapi kini tanpa penekanan itu, Hantu itu kembali dilepaskan.
"Berhasil."
Namun bersamaan dengan itu, di bawah kaki mayat tanpa kepala yang berdiri tegak, pada sebuah kepala manusia yang retak horizontal menjadi dua bagian, sebuah mata merah yang mengerikan menyibak lapisan kulit kepala dan muncul di posisi belakang kepala.
Kesadaran Yang Jian akhirnya menemukan sebuah mata setelah melalui persepsi selama beberapa waktu.
Sebuah mata hantu yang tertinggal di belakang kepalanya.
Saat ini, penglihatannya pulih. Mata hantu itu berputar dengan gelisah, sudut pandang unik itu kembali muncul dalam otaknya.
"Ternyata kepalaku benar-benar terbelah menjadi dua. Kesadaranku tersimpan di bagian atas kepala. Pantas saja aku tidak bisa merasakan telinga dan mataku sendiri." Yang Jian menyadari kini yang tersisa hanyalah bagian kepala dari rambut sampai alut, serta setengah otak yang terbelah di bawah tempurung kepala.
Terhadap kondisi dirinya yang sekarang, Yang Jian tidak merasa terlalu terkejut.
Setelah mengalami begitu banyak hal, apapun perubahan pada tubuhnya bisa ia terima. Tidak ada yang perlu dibuat heboh.
Satu-satunya yang membuatnya cemas adalah, saat mata hantunya berputar, ia menyaksikan langsung mayatnya sendiri berdiam hidup-hidup di sebelah, tak bergerak.
Sebelum diserang, Yang Jian jelas ingat dirinya tengah tengkurap di tanah, menyaksikan langsung tubuhnya terjatuh.
Tapi sekarang... mayat itu bergerak sendiri.
“Apakah naluriah Bayangan Hantu yang mengendalikan mayat?” Mata hantu Yang Jian berputar, dia melihat mayat tanpa kepalanya tidak dikelilingi bayangan hitam.
Artinya, yang sekarang mengambil alih tubuhnya sendiri adalah Hantu Tanpa Kepala.
Hantu Tanpa Kepala dipasangkan dengan mayat pria tanpa kepala, sangat cocok.
“Mayat tidak bergerak sekarang karena Hantu Tanpa Kepala dalam status hang, tidak memenuhi syarat untuk aktif membunuh. Kecuali ada yang kontak dengannya, baru akan diserang.” Yang Jian menganalisa kondisi mayatnya saat ini.
“Tapi kondisi ini tidak akan bertahan lama. Hantu Tanpa Kepala kehilangan kepalaku, dia pasti akan mencari kepala lain.”
“Dan di empat lapisan Wilayah Hantu, sekali Hantu Tanpa Kepala mulai mencari kepala, semua orang di sini akan menjadi komponen bayangan hantu.”
“Harus segera menyatukan kembali kepala ini.”
Yang Jian langsung memahami situasi sekitar, sekaligus tahu apa yang harus dilakukan sekarang.
Mata hantu berputar lagi, memancarkan cahaya merah samar. Dia berusaha menggerakkan kepalanya dan langsung meletakkannya kembali di leher.
Tapi, gagal.
Satu mata hantu tidak bisa mengaktifkan lapisan Wilayah Hantu lagi di dalam empat lapisan yang sudah ada.
Mata hantu tidak mungkin bertentangan dengan kekuatannya sendiri.
“Harus mencari bantuan, pakai metode paling langsung untuk meletakkan kepalaku kembali di leher. Kalau tidak, saat bayangan hantu menemukan kepala lain, aku tidak bisa kembali.” Yang Jian merasakan kegelisahan.
Karena Hantu Tanpa Kepala akan mencari kepala manusia segar untuk diletakkan di leher, itu naluriahnya.
Jadi ketika bayangan hantu tanpa kepala memiliki anggota tubuh yang lebih baik, kepala Yang Jian yang retak ini tidak akan diterima, secara naluriah akan ditolak.
Sama seperti ketika bayangan hantu tanpa kepala secara aktif mengganti tangannya sendiri dengan tangan hantu.
Ketemu tangan hantu yang lebih baik, tangan sendiri yang hampir nekrosis tentu harus dibuang.
Untungnya setelah bayangan hantu tanpa kepala mengalami hang, dalam kondisi tidak terprovokasi sudah kehilangan kemampuan bergerak. Kalau tidak, saat Yang Jian tertidur, bayangan hantu tanpa kepala akan mencari sendiri anggota tubuh untuk dirangkaikan. Saat di Kota Dachang bersama Jiang Yan dulu, bayangan hantu tanpa kepala sudah berkali-kali menyerang Jiang Yan di luar kendali.
Hanya karena saat itu Yang Jian terbangun kaget dan berhasil mengendalikannya kembali, Jiang Yan selamat. Kalau tidak, dia pasti sudah mati.
"Hantu yang mengalami hang bukan solusi abadi. Begitu naluri dasar bayangan hantu tanpa kepala semakin kuat, mulai bergerak, mulai membunuh, maka status hang-nya perlahan akan terlepas... sampai benar-benar bangkit kembali."
"Sekarang masih ada waktu."
Pola pikir sadar Yang Jian mulai beroperasi lagi, merenungkan langkah berikutnya.
Dalam kondisi tidak bisa bicara dan mendengar, perlu ada yang membantu merangkai kepalanya kembali dan menaruhnya di mayat.
Tingkat kesulitannya tidak terlalu tinggi, tapi hampir mustahil dilakukan orang biasa.
Pertama, tidak memahami fenomena mengerikan ini. Kedua, tidak punya nyali.
Ketiga, Yang Jian juga tak ingin membuang waktu minta tolong pada orang lewat ini, hanya akan mengganggu waktu penyelamatan dirinya.
"Perlu seorang Pengendali Hantu berpengalaman." Separuh kepalanya yang tersisa bahkan mulai terasa sakit.
Mau cari orang di mana?
Itupun masih harus menariknya masuk ke dalam empat lapisan Wilayah Hantu ini.
"Dan orang yang ditarik juga harus bisa dipercaya, mau mengikuti perintah saya, bukan malah langsung mengurus jenazah saya begitu masuk."
Tapi tepat di tengah perenungan singkat ini.
Mayat tanpa kepala yang berdiri di samping Yang Jian tiba-tiba bergerak lagi. Kali ini bukan sekadar menggeliat sembarangan, melainkan mengayunkan tangan, melangkahkan kaki, dan mulai berjalan kaku ke arah kerumunan terbanyak.
Satu langkah, dua langkah, langkahnya terasa berat.
Tapi kemampuan adaptasi Bayangan Hantu mengerikan. Belum beberapa langkah, mayat yang semula limbung mulai pulih posturnya.
Setelah lima sampai sepuluh langkah, gerakannya sudah selancar orang normal, persis seperti saat pertama kali melihat hantu ini di mal.
Naluri Bayangan Hantu sedang bangkit dengan cepat.
Yang Jian bahkan menduga, begitu Bayangan Hantu mengganti kepala orang lain, bisa-bisa terbangun dari status hang-nya.
"Tak ada waktu untuk berpikir. Jika Bayangan Hantu tanpa kepala ini diberi waktu lagi, mata hantu saya juga akan dikontrolnya. Saat itu terjadi, saya tinggal menunggu mati."
Yang Jian tak mau berlama-lama merenung. Ia harus memilih opsi paling aman.
Seketika itu juga.
Mata hantu satu-satunya berputar, menatap ke arah Hotel Damai.
Sesaat kemudian.
Empat lapisan Wilayah Hantu mulai meluas ke arah Hotel Damai.
Ia tak bisa mengaktifkan atau mematikan wilayah hantu, tapi bisa mengontrol arah penyebarannya.
