“Kenapa tiba-tiba Yang Jian melepaskan Wilayah Hantu?”
"Huang Ziya yang berada di dalam ruangan hotel tidak panik, malah terlihat penuh tanya. Saat ini dia belum mendengar kabar tentang meledaknya peristiwa supranatural. Meski Peristiwa Lukisan Hantu cukup serius, tapi sekarang masih dalam tahap eksplorasi dan pencarian, belum benar-benar terjadi kontak langsung."
"Mungkinkah dia bertarung lagi dengan orang lain?"
Huang Ziya kembali curiga. Lagipula, dia sedikit banyak paham dengan temperamen Yang Jian yang tidak mudah diajak kompromi. Tapi selalu ada orang nekat yang bertentangan dengannya. Entah apa yang dipikirkan orang-orang itu.
Mungkin otak mereka tidak normal.
Dia berjalan mendekati jendela, memandangi bagian luar gedung.
Semua di luar masih sama seperti sebelumnya, tidak ada perubahan. Satu-satunya perbedaan adalah tidak terlihat jejak pejalan kaki maupun mobil yang lewat. Seluruh dunia tertutupi cahaya merah, dalam kesunyian yang menyimpan aura misterius.
"Tunggu saja, kondisi ini mungkin tidak akan bertahan lama."
Setelah memastikan sekelilingnya aman, Huang Ziya memutuskan untuk bersikap biasa saja sambil menunggu Yang Jian menarik kembali wilayah hantu.
Tapi saat dia berbalik badan, TV LCD yang tadi ditontonnya tiba-tiba berkedip-kedip tak karuan, seperti sinyalnya mendapat gangguan parah sehingga tidak bisa menampilkan gambar normal.
"Sepertinya drama ini tidak bisa ditonton lagi." Dia menghela napas getir.
"Di dalam Wilayah Hantu, produk elektronik sangat mudah terpengaruh. Ini bukan disengaja, melainkan akibat intervensi kekuatan gaib. Komponen elektronik tidak bisa berfungsi normal, sehingga muncul fenomena seperti lampu berkedip, sinyal terhambat, dan serangkaian gejala lainnya."
"Fenomena ini sangat umum dan mudah diatasi, yaitu dengan melapisi mesin menggunakan emas."
"Komponen dalam ponsel positioning satelit yang digunakan penanggung jawab seluruhnya dilapisi emas, sehingga bisa mempertahankan komunikasi normal di sebagian besar kasus supranatural."
"Tapi tepat saat Huang Ziya hendak mematikan TV, dia tiba-tiba menemukan beberapa tulisan merah terproyeksi di layar televisi."
"Jangan panik, saya Yang Jian."
"Huang Zya tertegun sejenak, lalu menengok ke kiri-kanan namun tidak menemukan bayangan Yang Jian di sekitarnya."
"Komandan, begadang sampai larut malam mencari saya ada urusan apa? Jangan-jangan kangen? Apa perlu saya temani di kamarmu?" Dia tersenyum, langsung memanggil Yang Jian sebagai komandan tim."
"Bagaimanapun juga dia sudah nekat menempel."
"Lagi pula kemampuan Yang Jian sudah terbukti, layak dipercaya."
"Tidak tahu apakah perkataannya terdengar oleh Yang Jian, proyeksi tulisan merah di TV terus berkedip: 'Situasi darurat, kondisiku sedang buruk, butuh bantuanmu.'"
"Butuh bantuanku? Coba jelaskan, kalau bisa pasti kubantu," kata Huang Ziya."
"Tulisan terus berkedip: 'Aku diserang secara ganjil, kepalaku terpisah dari tubuh. Tolong satukan kembali.'"
"Hm?" Huang Ziya langsung tertegun, kemudian menyadari gravitasi situasi ini."
Yang Jian menghadapi bahaya, ini adalah permintaan bantuan kepada dirinya sendiri.
"Kau di mana? Aku akan segera datang." Setelah merenung sebentar, dia langsung bersiap untuk bertindak.
"Kepalaku sekarang berada di jalan dekat Hotel Damai. Jika kau mau membantu, segera bergerak. Aku punya Lilin Hantu yang bisa menjamin keselamatanmu."
Huruf-huruf merah yang terpantul di layar televisi terus melompat, menampilkan kalimat berikutnya.
Saat ini Yang Jian hanya bisa mengungkapkan informasi melalui perubahan gradasi warna untuk berkomunikasi dengan Huang Ziya. Dia tidak bisa mendengar suara Huang Ziya, juga tidak tahu pilihan apa yang akan diambilnya. Yang Jian hanya membocorkan informasinya. Jika Huang Ziya menolak, dia hanya bisa mencari anggota lain untuk dimintai bantuan.
Tapi itu akan membuang lebih banyak waktu, tidak tahu apakah masih sempat.
Huang Ziya melihat alamat yang muncul di televisi, menyadari lokasinya sangat dekat. Dia bahkan pernah makan di jalan itu sebelumnya sehingga hafal jalannya.
"Baik, aku tahu tempatnya. Sekarang juga berangkat."
Setelah memastikan tidak ada informasi baru di televisi, dia langsung bergerak.
Begitu mendorong pintu kamar, Huang Ziya terkejut melihat koridor hotel telah berubah menjadi jalan ramai dengan mobil-mobil yang macet dan orang-orang panik yang terperangkap.
"Wilayah Hantu telah mengubah lingkungan, menyambungkan pintu gerbang hotel dengan toko-toko di jalan ini. Sekarang aku sudah sampai di lokasi musibah Yang Jian."
“Huang Ziya menoleh ke belakang, menemukan ruangan hotel masih ada di belakangnya, tapi di depannya sekarang adalah jalan dan jalan raya.”
“Fenomena tak terpahami seperti ini hanya muncul di dalam Wilayah Hantu.”
“Tanpa terlalu terkejut, Huang Ziya mengidentifikasi arah lalu langsung berlari terburu-buru menuju lokasi yang tepat tanpa keraguan atau penundaan.”
“Dia memahami dalam hati: Para pejalan kaki di jalan ini masih hidup dengan baik, dengan demikian membuktikan bahaya sesungguhnya belum tiba. Saat ini bisa bertindak berani, tapi harus cepat karena momen ini tidak akan bertahan lama. Begitu perubahan anomali terjadi dan bahaya muncul, situasi akan berubah total.”
“Penilaian Huang Ziya sangat tepat.”
“Saat ini memang periode paling aman. Mayat tanpa kepala Yang Jian belum mulai membunuh, tapi waktunya hampir tiba.”
“Di mana? Di mana Yang Jian berada?”
“Huang Ziya terus berlari sambil mengamati sekeliling.”
“Tak lama kemudian, di trotoar depan terlihat jelas bekas darah yang sudah mengering. Area sekitar bekas darah itu sepi, sepertinya para pejalan kaki yang melihatnya sengaja menghindar.”
“'Ketemu!' Huang Ziya segera mendekat.”
“Dia menemukan Lilin Hantu merah berserakan di sekitar bekas darah, bersama kotak musik tua yang terbuka. Isi kotak itu gelap gulita dan tak terlihat jelas, menimbulkan rasa tidak nyaman.”
“Tapi yang paling mencolok adalah sosok Yang Jian.”
“'Bagaimana bisa sampai seperti ini?' Huang Ziya terperanjat melihat kondisi Yang Jian.”
“Mayat Yang Jian sudah menghilang tanpa bekas, hanya tersisa kepala manusia yang terbelah dua. Di bagian atas kepala itu masih terdapat sepasang mata hantu yang mengerikan, dan mata ganjil itu sedang menatapnya.”
“Di samping bekas darah, kini muncul sebaris tulisan.”
“Mayatku sedang dibangkitkan. Segera temukan mayatku dan susun kembali kepalaku. Aku bisa hidup kembali.”
“Komandan tetap hebat, dalam kondisi seperti ini masih bertahan... Akan kucoba semampuku. Tapi kemampuanku terbatas, mungkin tidak bisa mengembalikan tubuhmu dengan mulus.”
Huang Ziya membaca tulisan itu, lalu menengok ke sekeliling.
Jalanan dipenuhi kerumunan orang. Suasana di jalan raya ramai dan kacau, dipenuhi berbagai teriakan dan keluhan. Ia kesulitan menemukan mayat Yang Jian. Melihat wilayah hantu yang meluas, tampaknya tidak mudah menemukannya dalam waktu singkat.
Namun ia menemukan jejak.
Mengikuti bekas darah di tanah, Huang Ziya menemukan jejak kaki bernoda darah yang mengarah ke kerumunan orang terbanyak di jalan raya.
Jelas, itu pasti mayat Yang Jian yang telah pergi.
Huang Ziya segera bertindak. Ia tidak takut pada kepala manusia berdarah di tanah, karena tahu kepala Yang Jian sama sekali tidak berbahaya. Justru mayatnya lebih mengerikan. Ia melepas mantelnya, menyusun dua bagian kepala yang terbelah itu, lalu membungkusnya dengan mantel dan membawanya.
“Komandan, otakmu terjatuh. Apa ini tidak masalah?”
Meskipun kepala Yang Jian telah berhasil dirakit kembali, namun hanya sekadar disatukan secara kasar. Pendengaran dan penglihatannya belum pulih, juga tidak bisa membuka mulut untuk berbicara.
Dia perlu menggunakan kekuatan Bayangan Hantu untuk merakit kepalanya dengan sempurna.
Selain itu, kondisinya saat ini sangat khusus, seperti kesadaran yang menjadi parasit di mayat yang tidak lengkap, bukan mengandalkan keberadaan tubuh fisik.
Dengan kata lain, pola pikir Yang Jian telah menjadi independen. Kepala hanyalah wadah yang menjadi tempat menempelnya kesadaran ini.
"Segera bertindak, waktu kita tidak banyak."
Sebaris tulisan muncul kembali, menunjukkan kegentingan Yang Jian saat ini.
"Sepertinya Komandan tidak bisa bicara sekarang. Tapi jangan simpan dendam atas kejadian tadi. Aku sedang menyelamatkanmu. Nanti kau harus berterima kasih padaku, jangan cari gara-gara denganku."
Huang Ziya mengucapkan sambil membawa kepala Yang Jian, menelusuri jejak kaki berdarah itu.
Adapun benda kecil yang jatuh dari kepala tersebut, tak perlu dihiraukan lagi.
