Huang Ziya membawa kepala Yang Jian, menyusuri arah kepergian mayat tanpa kepala itu, terus melakukan pengejaran.
Jalan ini sangat biasa, lurus sepanjangnya, arahnya mudah dikenali sehingga tidak perlu khawatir tersesat. Kemungkinan menemukan mayat di sini cukup besar. Namun jika memperhitungkan bangunan dan toko di sekitarnya, tingkat kesulitannya akan meningkat. Jika beruntung, maju beberapa langkah saja kita mungkin menemukan mayat mengerikan yang sedang dalam kondisi jalan buntu. Tapi jika sial, mungkin sampai hantu di mayat Yang Jian benar-benar terbangun pun belum ketemu.
"Bekas darah di jejak kaki semakin memudar."
Huang Ziya buru-buru menelusuri jejak kaki berdarah segar yang ditinggalkan oleh mayat Yang Jian.
Tapi saat sampai di dekat jalan raya tengah area, bekas darah di jejak kaki itu hilang sama sekali tanpa meninggalkan jejak di tanah.
"Orang-orang di jalan mulai panik. Mereka menyadari keanehan di wilayah hantu ini, jadi sekarang mereka berlarian mencari cara keluar." Huang Ziya mengerutkan alutnya dalam-dalam.
Warga yang berlarian ini berarti hantu bisa menyerang siapa saja. Target dan lokasinya sulit diprediksi. Justru lebih mudah jika mereka berkumpul di satu tempat.
Matanya menatap kepala Yang Jian yang digenggamnya.
Huang Ziya tidak mendapat peringatan apapun dari Yang Jian, artinya saat ini Yang Jian pun belum menemukan cara untuk mencari tubuhnya sendiri.
Atau lebih tepatnya, itu sudah bukan tubuh Yang Jian lagi. Harus disebut sebagai Mayat Hantu Tanpa Kepala.
Tanpa kontrol Yang Jian, mayatnya adalah hantu gentayangan yang benar-benar asli, bahkan jauh lebih menakutkan daripada hantu biasa.
"Lanjutkan pencarian." Huang Ziya terlihat agak panik, dia tahu semakin cepat membantu Yang Jian menemukan mayatnya, semakin aman.
Begitu waktunya tertunda terlalu lama, semua hal mengerikan akan terjadi.
Yang Jian juga melihat jejak kaki berdarah menghilang di jalan raya, satu-satunya mata hantu yang tersisa juga sedang mencari posisi mayat tanpa kepala. Karena mata hantu ini bukan bagian dari mata yang membuka Wilayah Hantu, dia tidak bisa memahami semua situasi di dalam wilayah tersebut, terpaksa mengandalkan penglihatan biasa seperti orang normal.
"Bisakah kalian menemukannya sebelum mayatku berubah menjadi hantu gentayangan sejati?"
Hatinya terasa sunyi.
Meskipun upaya penyelamatan Huang Ziya dan pemahaman cepatnya terhadap informasi memberikan awal yang baik, tapi aksi sekaranglah yang benar-benar akan menentukan hidup atau matinya.
"Mayatku tidak ada di jalan raya." Penglihatan mata hantu Yang Jian sangat tajam, bisa melihat dari ujung ke ujung jalan.
Dia menyaring dengan cepat, tapi tidak menemukan target.
Huang Ziya juga sepertinya menyadari hal ini, matanya terus memandang toko-toko di kedua sisi jalan, seolah menduga mayat Yang Jian mungkin masuk ke salah satu toko.
Dugaan ini benar.
Pada momen ini.
Sebuah mayat tanpa kepala dengan darah kering di seluruh tubuhnya berjalan dengan langkah berat, bergerak dari tempat Yang Jian diserang, menyusuri jalan raya yang lebar menuju ujung jalan yang dipadati mobil. Di sana, sebagian besar pejalan kaki yang terperangkap di area ini berkumpul, mendiskusikan fenomena aneh yang terjadi.
Seorang pria paruh baya yang membelakangi arah ini sepertinya menjadi target Hantu Mayat Tanpa Kepala.
Awalnya pria paruh baya ini juga sedang berdiskusi dengan orang asing lain tentang situasi yang terjadi, dan telah mencoba menelepon minta tolong.
Telepon kadang tersambung, kadang tidak, seolah ada gangguan. Dengan susah payah ia hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata, namun pihak penerima sama sekali tidak bisa mendengar dengan jelas - hanya terdengar suara "Halo?" membuatnya hampir melempar ponsel karena marah.
Tapi kemudian, pria ini teringat mungkin ada komputer di toko-toko sekitar.
Jika ponsel tidak bisa digunakan, menggunakan komputer untuk minta tolong via internet mungkin tidak masalah.
Seketika itu juga, pria tersebut berbalik menuju toko terdekat, berusaha meminjam komputer. Ia yakin dalam situasi darurat seperti ini pemilik toko pasti mau membantu.
Saat ia berbalik, mayat tanpa kepala yang berada tak jauh di belakangnya ikut mengubah arah, mengikuti dari belakang. Bahaya mengerikan yang mendekat diam-diam ini sama sekali tidak disadarinya, dan ia tak sekalipun menengok ke belakang.
Tapi tidak adanya reaksi dari pria ini bukan berarti pejalan kaki lain tidak melihat.
"Hei, apa kau lihat tadi ada orang tanpa kepala lewat di sebelah sana?" seseorang bertanya dengan mata membelalak, meragukan penglihatannya sendiri.
“Aku juga sepertinya melihat, tubuh orang itu penuh darah, berjalan mengikuti di belakang seseorang, tapi tidak bisa melihat kepala orang itu.”
“Kalian bercanda apa? Tanpa kepala masih bisa jalan? Yang kau lihat itu manusia atau Hantu?”
Hantu?
Saat kata ini tak sengaja muncul dalam perbincangan, orang-orang yang sudah gelisah menghadapi situasi aneh ini tiba-tiba merasakan ketakutan tak berdasar.
Jangan-jangan jalan ini sedang angker?
Tapi setelah dipikir-pikir, mereka tak terlalu percaya dengan dugaan absurd ini.
Meski sekarang malam, jalanan penuh mobil dan orang. Bagaimana mungkin ada hantu di tempat seramai ini.
Hanya saja... memandangi segala sesuatu yang tertutup cahaya merah, beberapa orang sudah menyadari bahaya telah tiba dan berusaha pergi cepat-cepat.
Pasangan muda yang tadi melihat mayat tanpa kepala bangkit itu, kini sudah kabur dari jalanan seperti dikejar setan.
"Cepat kita pergi dari sini, jauh-jauh dari jalan itu! Jangan sampai tinggal lagi di sana. Tadi kita tidak salah lihat, mayat tanpa kepala itu benar-benar bangkit! Tempat ini mungkin sedang terjadi peristiwa supranatural. Ingat kisah hantu yang sedang viral di jaringan internet akhir-akhir ini?" Pemuda itu menarik pacarnya sambil berlari ke ujung jalan.
Ia memandang kota yang diselimuti kegelapan dan sunyi di luar, ketakutan di hatinya semakin menjadi.
Sang pacar muda juga gelisah, tak meragukan kata kekasihnya karena ia pun menyaksikan kejadian tadi.
Tapi meski mereka segera bereaksi dan mulai kabur, kenyataannya kejam: ini berada di dalam empat lapisan Wilayah Hantu. Tak peduli bagaimana mereka berjalan, tak ada cara untuk meninggalkan tempat ini.
Satu-satunya cara keluar hidup-hidup adalah menunggu kepala Yang Jian kembali ke tubuhnya sendiri, kemudian menarik kembali wilayah hantu.
Dan Yang Jian sedang berusaha keras melakukan hal itu.
Huang Ziya bergerak cukup cepat. Dengan membawa kepala Yang Jian, dia terus mencari mayat Hantu Tanpa Kepala itu dengan gesit.
Seiring waktu berlahan, kepanikan mulai menyergap hatinya.
Dia sangat paham betapa mengerikannya konsekuensi dari kebangkitan Hantu Gentayangan.
"Mencari seperti ini pasti bukan cara yang baik. Jalan ini terlalu panjang. Pasti mayat itu bersembunyi di toko atau bangunan sekitar. Sulit ditemukan kecuali kita tunggu hantu mulai membunuh dan kerumunan panik, baru bisa menentukan posisinya," kata Huang Ziya terengah-engah.
Fisiknya mulai tak kuat menahan beban.
"Pakai Lilin Hantu." Tiba-tiba, tulisan merah muncul di hadapannya - Yang Jian yang sedang memberikan informasi bantuan melalui kemampuan menulisnya.
Lilin Hantu?
Huang Ziya tertegun sebentar.
Tapi segera dia memahami maksud Yang Jian.
Lilin Hantu yang telah dinyalakan dapat menahan semua serangan hantu gentayangan selama waktu pembakarannya. Sebelum lilin habis terbakar, orang yang terlindungi cahaya lilin sama sekali tidak akan terbunuh oleh hantu. Efek ini telah teruji melalui beberapa peristiwa supranatural. Meski tidak bisa dianggap kebenaran mutlak, namun memiliki tingkat kredibilitas yang cukup tinggi.
Hanya saja, menyalakan Lilin Hantu saat ini jelas bukan untuk memanfaatkan efek tersebut.
Melainkan untuk mendeteksi posisi hantu.
Semakin dekat dengan hantu, Lilin Hantu akan terbakar semakin intens. Dengan memanfaatkan prinsip ini, posisi hantu dapat ditentukan dengan cepat.
Sayangnya, Lilin Hantu putih milik Yang Jian diletakkan di atas mayat. Seandainya tidak, efek Lilin Hantu putih akan menjadi yang terbaik.
"Baik, kita pakai Lilin Hantu." Huang Ziya mengatupkan giginya, mengeluarkan Lilin Hantu peninggalan Yang Jian lalu menyalakannya.
Nyala lilin yang seram memancarkan warna ganjil, Lilin Hantu berhasil dinyalakan.
Karena saat ini tidak ada hantu di sekitar, kecepatan pembakarannya tidak terlalu cepat sehingga lilin bisa bertahan cukup lama.
"Kutukan Kotak Musik tidak terpengaruh oleh Lilin Hantu." Di otak Yang Jian, denging yang ganjil masih terus bergema, tidak menghilang meski Lilin Hantu telah dinyalakan.
Ini membuktikan Lilin Hantu kehilangan efeknya di hadapan Kotak Musik.
"Pantas saja semua pengguna Kotak Musik sebelumnya tewas secara misterius. Kutukan yang bahkan Lilin Hantu pun tak mampu menahannya memang sangat mengerikan."
Bisik Yang Jian dalam hatinya.
"Dia bukan orang pertama yang menggunakan kotak musik untuk menyelamatkan nyawa. Sebelumnya Cao Yanhua pernah mengatakan, kotak musik ini juga pernah dimiliki oleh beberapa majikan, bahkan dipinjamkan ke Pengendali Hantu lain di markas. Meski bisa memperpanjang nyawa untuk beberapa waktu, namun setelah itu markas telah mencoba berbagai metode tapi tidak berhasil mengatasi kutukan mengerikan ini."
"Dulu ketika Yang Jian memilih, Cao Yanhua tidak menyarankannya. Lagipula ini bukan barang untuk menyelamatkan orang, melainkan alat untuk membunuh."
"Tapi sekarang, Yang Jian sama sekali tidak khawatir dengan kutukan kotak musik."
"Jika kepalanya tidak bisa kembali ke tubuhnya pun dia akan mati, jadi masalah kutukan atau tidak sudah tidak penting lagi."
"Jika Yang Jian bisa melewati kali ini, baru nanti mempertimbangkan cara menangani kutukan kotak musik."
"Karena memegang Lilin Hantu, Huang Ziya jadi lebih berani bertindak. Tak perlu takut diserang Hantu, dia mulai berlari di sepanjang tepi jalan raya."
"Sambil berlari, matanya terus mengamati nyala lilin dari Lilin Hantu."
"Tak lama kemudian."
"Efek Lilin Hantu benar-benar terlihat. Saat melewati deretan toko, nyala api di lilin Huang Ziya tiba-tiba membesar, kobaran apinya jadi lebih besar dari sebelumnya dengan kecepatan pembakaran yang meningkat drastis."
"Hantu ada di sekitar sini."
"Langkah Huang Ziya terhenti mendadak. Tatapannya dan mata hantu Yang Jian secara bersamaan menyapu pandangan ke kiri-kanan."
"Tak lama kemudian."
"Di dalam salah satu toko, dia menyaksikan pemandangan mengerikan."
“Seorang pria paruh baya sedang duduk di depan komputer di konter toko, sepertinya sedang mencoba meminta tolong melalui internet, sementara mayat pria tanpa kepala yang berlumuran darah sudah berada di sisinya.”
“Entah karena terlalu fokus atau tidak waspada, pria paruh baya itu ternyata belum menyadari ada sesuatu yang sudah mendekatinya.”
“Ketemu.” Bola mata Huang Ziya menyempit.
Akhirnya bisa memastikan lokasi mayat Yang Jian.
Tapi mayat tanpa kepala itu sudah mulai menyerang orang pertama. Meski Huang Ziya dan Yang Jian sudah melihatnya, melihat jarak ini sepertinya sudah terlambat untuk menghalangi.
Sekalipun tidak bisa dihentikan, tapi tidak boleh diam saja.
“Cepat, pergi dari sana!” Huang Ziya menyerbu sambil berteriak keras, berusaha memperingatkan pria paruh baya itu.
Dari sini ke dalam toko jaraknya tidak jauh, hanya terpisah setengah jalan raya dan trotoar, jika cepat mungkin bisa sampai dalam belasan detik.
Tapi aksinya kalah cepat dibanding kecepatan hantu membunuh.
Mayat hantu tanpa kepala sudah berdiri di belakang pria paruh baya itu, perlahan mengangkat kedua tangannya.
Pria paruh baya ini sebenarnya tidak tanpa kewaspadaan. Saat masuk toko, dia sudah curiga ada yang mengikutinya dari belakang. Tapi karena takut ada yang merebut komputer, dia tidak menengok dan langsung duduk mengambil posisi.
Saat tersadar dari lamunan, sudut matanya sudah melihat seseorang berdiri di belakangnya.
“Kau juga mau pinjam komputer? Yang datang duluan dapat giliran, tunggu saya selesai dulu...”
Namun sebelum kalimatnya selesai, mayat tanpa kepala di belakangnya sudah mengangkat tangan dan mencengkeram kepalanya.
“Apa yang ingin kau lakukan?”
Pria paruh baya itu kaget, secara refleks berusaha berbalik dan mendorong orang di belakangnya. Namun saat menyentuh, baru ia sadar bahwa orang di belakangnya terasa aneh.
Tubuhnya kaku, dingin, dan sangat berat, sama sekali tidak bisa didorong.
Kemudian, ia melihat bahwa yang menjangkau dan menggenggam kepalanya bukanlah manusia biasa. Lebih tepatnya, itu sama sekali bukan orang hidup, melainkan mayat tanpa kepala yang seluruh badannya berlumuran darah.
Ketakutan langsung membanjir, membuat pria dewasa ini menjerit histeris.
Tapi jeritannya sia-sia.
Tangan-tangan itu masih mencengkeram kepalanya dengan erat, kekuatannya luar biasa besar, menekan tengkoraknya hingga mulai berubah bentuk.
Bayangan hantu tanpa kepala memiliki kemampuan membongkar dan merakit mayat. Meski sedang dalam tahap kebangkitan, mengambil kepala orang hidup tetap mudah baginya. Tapi kali ini gagal.
Kepala pria paruh baya ini tetap menempel di lehernya, tidak terambil.
"Sarung tangan di tanganku mengisolasi kemampuan bayangan hantu, membuat serangannya gagal." Melihat kejadian ini, Yang Jian merasa mendapat hasil tak terduga.
Saat menangani Peristiwa Lukisan Hantu sebelumnya, ia meminta sepasang sarung tangan khusus dari Wang Quan untuk mengisolasi pengaruh tangan hantu, agar tidak melukai orang lain tanpa sengaja. Hingga kini ia masih mengenakannya.
Tampaknya bayangan hantu tidak memiliki kemampuan berpikir. Ia tidak secara aktif melepas sarung tangan itu.
Dengan demikian, Bayangan Hantu Tanpa Kepala mendapat pembatasan yang sangat ketat, sekaligus tidak bisa menggunakan Tangan Hantu tersebut.
"Kesempatan."
Mata Huang Ziya berkedip tajam, ketegasannya dalam bertindak melebihi biasanya. Entah karena kepercayaan diri dari Lilin Hantu di tangannya, atau karena banyak informasi kunci yang dibocorkan Yang Jian padanya, membuatnya yakin akan tindakannya sendiri.
Ia menerobos masuk ke dalam toko, bersiap mengembalikan kepala Yang Jian ke mayatnya.
Namun saat mendorong pintu terbuka...
Pemandangan di hadapannya tiba-tiba berubah.
Tak ada mayat hantu tanpa kepala, tak ada korban serangan. Di lantai hanya tersisa satu mayat berdarah-darah dengan fitur wajah dan kepala yang sudah berubah bentuk, seolah dihancurkan paksa oleh sesuatu. Semua yang dilihat sebelumnya seperti gambaran dari beberapa menit lalu, serangan di sini sudah berakhir.
"Bagaimana bisa begini?" Huang Ziya tertegun seketika.
Situasi yang terlihat dari luar dan dalam ternyata tidak sinkron.
"Ini Wilayah Hantu... Bayangan Hantu Tanpa Kepala sudah menguasai Mata Hantu, mulai mengendalikan empat lapisan Wilayah Hantu. Kita ditipu oleh ilusi wilayah ini. Ia masih di sekitar sini, tapi tidak berada di lapisan wilayah hantu ini," jelas Yang Jian pada Huang Ziya sambil berkomunikasi.
Di saat yang sama, ia merasakan situasi mulai tak terkendali.
Empat lapisan Wilayah Hantu. Hantu yang bersembunyi di dalamnya hampir merupakan takdir yang tak terelakkan. Sebagai mantan pengendali Mata Hantu, Yang Jian sangat paham hal ini.
"Lalu bagaimana? Bukankah jenazahmu tidak akan pernah ditemukan?" teriak Huang Ziya panik.
Yang Jian tak bisa mendengar ucapannya, namun ia tahu Huang Ziya merasa situasi ini pelik. Tapi tak lama kemudian ia membuka informasi: "Saat serangan berikutnya, mayatku pasti akan muncul. Itulah kesempatannya."
Tak peduli di lapisan keberapa wilayah hantu mayatnya tersembunyi, saat menyerang pasti berada di lapisan yang sama dengan korbannya.
Pada saat itulah kita bisa menyentuh mayatku.
Meski penjelasan logisnya seperti itu, Yang Jian harus mengakui bahwa wilayah hantunya memang sulit dihadapi.
Beruntung bayangan hantu tanpa kepala belum sepenuhnya bangkit. Tangan-tangannya yang mengenakan sarung tangan gagal menemukan kepala manusia, hanya sekadar mengontrol wilayah hantu secara dasar. Jika batasan ini hilang, baru benar-benar mengerikan.
"Aku tahu harus bagaimana. Misi kali ini tergolong sederhana dengan tingkat bahaya rendah. Komandan tak perlu khawatir, pasti kuselesaikan."
Huang Ziya tidak patah arang karena satu kali kegagalan.
Ia telah sepenuhnya memahami situasi di sini, bahkan menganggap ini bukanlah peristiwa level C. Apalagi dengan bimbingan Yang Jian dan perlindungan lilin hantu, mustahil gagal.
Tentu, meski penuh keyakinan, Huang Ziya tak lupa bahwa yang dihadapinya hanyalah mayat yang belum bangkit, bukan hantu yang telah sepenuhnya hidup.
Membawa kepala Yang Jian, ia berbalik dan keluar pintu.
Ia akan mencari korban kedua untuk mendapatkan kesempatan baru.
Persis saat aksi Huang Ziya berjalan cukup mulus...
Markas besar dan kubu moment sedang bertengkar sengit mengenai urusan Yang Jian. Kedua belah pihak membutuhkan hasil yang bisa diterima bersama.
Lantai teratas Gedung 'Keselamatan'.
Jiang Shangbai kembali meletakkan ponsel yang entah sudah berapa kali diangkat, mengusap kepalanya sambil berkata: "Markas setuju membantu menutupi berita pembunuhan Yang Jian, tentu dengan syarat kita bekerja sama. Intinya jangan sampai orang lain tahu kitalah yang menghabisi Yang Jian, kalau tidak situasi akan tak terkendali."
"Artinya mereka akhirnya mengalah juga." Seseorang terkekeh sinis.
"Ada syaratnya kan." Fang Shiming bersuara perlahan.
"Hm, memang ada syarat. Garis besarnya tiga poin: Pertama, menyerahkan tiga proyek eksperimen dan separuh aset industri. Kedua, wajib terlibat dalam operasi Lukisan Hantu. Ketiga, masalah kebangkitan Hantu Gentayangan Yang Jian jadi tanggung jawab kita." Jiang Shangbai menjelaskan; "Tidak ada ruang negosiasi. Jika tidak setuju, Pak Qin akan datang sendiri ke Gedung 'Keselamatan'."
"Saat itu nanti, selain Pengendali Hantu yang sudah bergabung dengan markas, semua orang lain akan dihabisi."
"Tidak bisa disetujui! Ini jelas merampas separuh kekuatan kita!" Seorang anggota terlihat panik dan marah.
Fang Shiming tetap tenang: "Memang terlihat tegas, tapi... cuma gertakan. Meski aku tidak meragukan kemampuan markas untuk menghancurkan grup kita, mereka takkan bertindak gegabah. Kerugiannya terlalu besar. Baik kita yang mati maupun beberapa komandan mereka yang tebak, akhirnya hanya akan memicu peristiwa supranatural tak terkendali."
"Kalau kita orang hidup saling bunuh sampai habis, sementara hantu-hantu gentayangan bebas mengacau, konsekuensinya seperti apa - kita semua sudah paham."
"Tapi kita tetap perlu memberi jalan keluar. Setuju dulu, lihat perkembangan nanti. Setelah menunjukkan ketegasan, sekarang waktunya kelunakan. Pertarungan fisik sudah selesai, berikutnya perang strategi untuk memperebutkan kepentingan." Fang Shiming merenung sejenak sebelum menambahkan.
“Benar juga.” Jiang Shangbai mengangguk perlahan.
Saat itu, beberapa orang di meja konferensi juga tampak lega.
Hal ini sekaligus membuktikan metode Fang Shiming benar. Dengan cara kerasnya, dia berhasil menakuti markas. Kematian Yang Jian benar-benar bisa dianggap sia-sia.
Meski kehilangan beberapa kepentingan, setidaknya masalah besar telah diselesaikan.
Tapi baik markas maupun kerumunan dari moment, mereka semua mengabaikan satu realita.
Yaitu, bagaimana jika Yang Jian ternyata tidak mati dan tiba-tiba kembali? Bagaimana situasinya nanti?
Perlu diketahui Yang Jian masih belum tahu bahwa serangan terhadapnya adalah ulasan moment, juga tidak tahu markas telah membuat keputusan mengalah. Begitu dia mengetahui semua kebenaran, konsekuensinya akan sangat mengerikan.
Hanya saja tak ada yang mau memikirkan hal ini.
Karena status Yang Jian sudah diputuskan final. Dia tewas dalam suatu peristiwa supranatural tak dikenal, sama sekali tidak mungkin selamat.
