Sekitar pukul delapan malam.
Ding! Ding!
Sebuah SMS dikirim dari markas. Semua Pengendali Hantu di pusat kota yang memiliki ponsel positioning satelit menerima pesan ini. Informasinya bersifat wajib, tidak mungkin ditolak.
“Hm? Yang Jian terlibat dalam peristiwa supranatural tak dikenal, diduga telah tewas. Lokasi kejadian berada di...”
Saat itu, Zhang Lei yang masih tinggal di Hotel Damai mengeluarkan ponselnya. Wajahnya langsung berubah, menunjukkan ekspresi terkejut yang tak percaya.
Yang Jian si Mata Hantu mati begitu saja tanpa penjelasan?
Ini lelucon apa?
Setelah berulang kali membaca SMS ini, Zhang Lei baru yakin bahwa ini benar-benar dikirim dari markas, bukan SMS jebakan yang tiba-tiba diterima. Lokasi kejadiannya pun berada di jalan dekat Hotel Damai.
Kemudian, dia dengan cepat berlari ke tepi jendela dan melihat ke luar.
Sebelumnya Zhang Lei sudah mencurigai ada sesuatu yang tidak dikenal mendekati hotel, namun entah mengapa kemudian menghilang.
"Benar, area sekitar lokasi kejadian sudah diblokir. Entitas gaib yang sebelumnya menyerang hotel mungkin adalah hantu tak dikenal." Zhang Lei kini terdiam, seluruh tubuhnya merasakan hawa dingin yang aneh.
Apakah Pengendali Hantu papan atas level komandan tim seperti ini bisa mati begitu saja? Siang tadi aku masih berdiskusi dengan Yang Jian di aula utama tentang rencana pembentukan tim. Kalau saja tidak ditarik Xiong Wenwen untuk makan di rumahnya, mungkin tim sudah terbentuk.
Berapa lama waktu yang berlalu sejak itu, tapi orangnya sudah tiada?
Itu kan Yang Jian! Orang tangguh yang pernah menyelesaikan Peristiwa Mayat Hidup Kelaparan dan mengalami insiden Hantu Penjaga. Dia juga punya Lilin Hantu dan Boneka Pengganti Nyawa sebagai alat penyelamat nyawa. Peristiwa seperti apa yang bisa membunuhnya secara diam-diam?
Di tengah keterkejutannya, yang lebih dominan adalah rasa tidak percaya.
Tapi informasi ini sudah disebarkan, dan penerimanya bukan hanya dia seorang.
Chen Yi yang sedang mencari jejak Lukisan Hantu di suatu tempat di pusat kota juga menerima SMS ini. Setelah melihat isinya, alutnya berkerut: "Apa? Yang Jian mati?"
Dia menghentikan langkahnya, menatap ke arah lokasi musibah itu. Raut wajahnya semakin muram.
"Apa jenis peristiwa supranatural yang bisa dihabisi dia?"
Meski Pengendali Hantu tewas di tangan peristiwa gaib adalah hal biasa, Chen Yi di hati paham kemampuan bertahan hidup Yang Jian.
"Kehilangan seorang komandan tim di momen genting ini..." Kekhawatiran dalam hati Chen Yi semakin mendalam.
Di vila lain di kompleks perumahan yang sama.
Guo Fan dan Zhong Shan menerima SMS ini. Mereka baru saja melakukan patroli, tidak menemukan Lukisan Hantu, kini kembali ke tempat tinggal untuk istirahat.
"Lihat SMS? Yang Jian mati."
Mata Guo Fan terbuka lebar, terlihat gembira: "Haha, dia mati lebih cepat dariku! Ternyata Yang Jian si Mata Hantu tak sehebat imajinasi orang-orang. Sudah kubilang, sikap arogannya itu pasti berujung kehancuran. Dengan kematiannya, posisi komandan tim kosong. Zhong Shan, kita ada kesempatan."
Zhong Shan menghisap rokok sambil menatap layar ponsel. Meletakkan ponselnya: "Jangan senang dulu. Ini hanya diduga mati, belum benar-benar hancur. Masih ingat Tong Qian yang HILANG di Hotel Caesar? Setelah seminggu menghilang, akhirnya bisa bertahan hidup."
"Ini informasi resmi dari markas. Kau pikir mereka akan kirim info tak pasti? Istilah 'diduga' cuma sisa harapan kosong. Sebenarnya kita semua sudah paham." Guo Fan tersenyum tipis, perasaannya sangat baik.
“Memang benar begitu, tapi hidup matinya tidak terlalu terkait dengan kita. Meski Yang Jian menolak undangan kita, dia juga tidak menjadi musuh kita. Tidak perlu terlalu senang.” Zhong Shan menggelengkan kepala pelan, “Dan di saat kritis seperti ini seorang komandan tim tewas, tidakkah kau merasa ini hal yang buruk?”
“Berkurangnya satu orang, berarti begitu Peristiwa Lukisan Hantu meledak akan bertambah satu bagian bahaya.”
Guo Fan berkata acuh tak acuh, “Itu urusan nanti, aku tidak mau ikut campur. Bagaimanapun, aku senang kalau dia mati.”
Di tempat lain.
Di luar lokasi kejadian, Li Jun juga menerima SMS tersebut. Ia menunduk memandangi ponsel: “Yang Jian mati? Sayang sekali.”
Tak kuasa ia menghela nafas dalam hati, merasakan penyesalan mendalam atas kematian orang ini.
Teringat pertemuan pertamanya dengan Yang Jian saat mendampingi Profesor Wang ke Desa Huanggang, Kota Dachang untuk membersihkan peti mati hantu. Saat itu Yang Jian dan seorang bernama Zhang Han termasuk segelintir korban selamat yang berhasil bertahan hidup.
Sekilas hampir setahun berlalu. Pengendali Hantu biasa yang dulu kini telah menjadi figur penting di markas besar. Tak disangka baru pagi tadi rapat selesai, sorenya kabar kematiannya sudah diterima.
“Kalau begitu, peristiwa wilayah hantu di sini terjadi karena hantu gentayangan bangkit setelah kematian Yang Jian?” Li Jun memandang jalanan yang mulai menghilang di kejauhan, perasaannya semakin buruk.
Matinya seorang Pengendali Hantu, bertambahnya satu peristiwa supranatural. Ini jelas-jelas memperburuk situasi yang sudah parah.
"Cao Yang yang masih berkeliaran di jalan, setelah menerima SMS ini tidak bisa menahan senyum dingin: 'Moment benar-benar berhasil bertindak, sungguh kekuatan yang membuat jijik. Urusan penting ditangani seperti sampah, tapi sok jago dalam urusan internal. Kekuatan seperti ini tidak perlu eksis. SMS dari markas pasti dikirim hanya untuk menjaga kepentingan nasional dan menstabilkan situasi. Setelah ini, pasti akan ada perhitungan di akhir musim gugur untuk Moment.'"
"Hanya saja..."
Tiba-tiba, dia menggelengkan kepala pelan.
Sulit menilai pilihan markas. Lagipula memilih untuk kepentingan nasional memang tidak salah. Sayangnya talenta seperti Yang Jian yang selamat dari peristiwa supranatural Tingkat S, malah tewas di tangan Moment.
Kalau tersebar, orang-orang asing di luar sana pasti menertawakannya.
Kabar tentang dugaan kematian Yang Jian menyebar cepat. Tak hanya Pengendali Hantu di kota yang menerimanya, dalam waktu kurang dari sepuluh menit informasinya sudah dikirim ke situs web khusus. Diperkirakan seluruh komunitas gaib akan segera dipenuhi rumor.
Sebenarnya Cao Yanhua sempat mempertimbangkan untuk sementara memblokir kabar ini.
Tapi kebocoran mustahil dicegah. Karena ada keterlibatan pihak Moment, solusinya hanya mengirim informasi secepat mungkin sambil menutupi kebenaran.
Meski kematian Yang Jian sangat memukul kepercayaan diri orang lain, ini masih lebih baik daripada kebocoran kebenaran yang bisa memicu ledakan kontradiksi.
Di saat yang sama,
Di dalam empat lapisan Wilayah Hantu,
"Ah!"
Jeritan penuh ketakutan dan keputusasaan menggema di jalanan yang sunyi sepi.
Ketika Huang Ziya membawa kepala Yang Jian dengan terburu-buru tiba, yang terlihat hanya seonggok mayat yang baru saja mati. Kepala mayat itu sudah berubah bentuk sepenuhnya, seolah dihancurkan dengan paksa oleh telapak tangan, masih menyisakan lekuk bekas cap beberapa jari.
"Terlambat lagi, Komandan. Mayat tanpa kepalamu semakin cepat frekuensi pembunuhannya. Sebelumnya butuh hampir tiga menit setelah kematian korban pertama untuk muncul korban kedua. Tapi sekarang, jarak antara korban terakhir baru kurang dari tiga puluh detik. Orang-orang biasa yang terjebak di sini sudah mulai mencurigai ada hantu yang membunuh. Mereka semua ketakutan dan bersembunyi."
Huang Ziya dengan ekspresi serius berkata: "Tapi di Wilayah Hantumu, bersembunyi tidak ada gunanya. Dengan efisiensi seperti ini, kurang dari satu jam semua orang di sepanjang jalan ini akan terbantai."
Bayangan hantu tanpa kepala semakin mahir mengendalikan mayat Yang Jian. Awalnya hanya berjalan mendatangi korban untuk membunuh, tapi sekarang sudah bisa memanfaatkan Wilayah Hantu. Kemampuan menggunakan Wilayah Hantu semakin ahli. Setiap kali membunuh, langsung menghilang tanpa bekas untuk mencari target berikutnya.
Sebenarnya mayat tanpa kepala itu bukan berniat membunuh. Ia hanya mencari kepala yang menjadi miliknya sendiri.
Karena tangan mengenakan sarung tangan, mayat tanpa kepala tak bisa mengambil kepala siapapun. Maka terjadilah pemandangan mengerikan seperti yang terlihat sekarang.
Setiap kepala korban melengkung tak berbentuk, dihancurkan dengan paksa oleh mayat tanpa kepala.
Sedangkan kepala yang remuk tidak memenuhi kebutuhan mayat tanpa kepala.
Dengan cara ini, mayat ganjil itu terperangkap dalam siklus buntu: mencari kepala, membunuh, mencari kepala lagi, membunuh lagi...
Sampai semua orang di sini dibantai habis.
Begitu semua orang di Wilayah Hantu ini habis dibunuh, mayat tanpa kepala yang kehilangan target akan mulai bergerak. Ia akan membawa empat lapisan Wilayah Hantu ini bersamanya, kemudian menjerat orang-orang dari tempat lain masuk ke dalam siklus yang sama, mengulangi kekejaman yang persis sama.
Mata hantu terakhir Yang Jian berkedut lemah, menyiratkan kesadarannya bahwa situasi mulai tak terkendali.
"Jika begini terus, aku hanya bisa menunggu. Menunggu mayatmu menyerangku duluan. Baru saat itulah kesempatanku muncul. Tapi aku tidak yakin apakah bisa bertahan dari serangan itu. Bagaimana jika gagal? Aku pasti mati." Huang Ziya menghela napas getir.
Menjadi umpan untuk memancing hantu menyerang pertama memang mengandung risiko besar.
Tapi di luar itu, tidak ada cara yang lebih baik.
Gerakan dalam Wilayah Hantu tidak bisa dibatasi.
"Tunggu." Yang Jian membuka strateginya.
"Kita sepikiran. Aku juga merasa lebih baik menunggu." Huang Ziya mengangguk pelan.
Mempersiapkan segalanya sambil menunggu serangan justru lebih aman. Jika nekut mencari mayat itu dan diserang di tengah jalan, bisa-bisa nyawanya melayang di sini.
Kemampuannya terbatas, tidak cukup untuk melawan hantu seberbahaya ini.
Segera.
Ia mengabaikan pencarian aktif, memilih menunggu di tempat yang lapang.
"Mayat tanpa kepala yang menyerang memiliki dua aturan: pertama, membelakangi hantu; kedua, kepala harus masih segar."
Aturan pertama hampir dinyatakan hangus karena di Wilayah Hantu, semua orang bisa membelakangi hantu. Mayat tanpa kepala bisa mengubah posisi sesuka hati, jadi aturan kedua-lah yang menentukan penyebab pembunuhan mayat tanpa kepala.
Tapi aturan membunuh ini bagi orang biasa sama saja dengan pembunuhan acak, hampir tidak mungkin dihindari.
Kecuali orang itu otaknya sakit sehingga bayangan hantu tak tertarik.
Huang Ziya juga memenuhi syarat ini, hanya saja dia bukan pilihan terbaik karena sebagai Pengendali Hantu, kondisi tubuhnya lebih buruk daripada orang biasa. Dengan kata lain, tubuhnya tidak bisa dibilang sangat segar.
Karena alasan inilah, meski beberapa kali mendekati mayat tanpa kepala, dia tidak jadi prioritas serangan.
"Kalau memang sedang menunggu diserang, tak perlu menghamburkan Lilin Hantu." Dia mematikan lilin hantu itu, tak ingin menyia-nyiakan sumber daya berharga ini.
Namun skema menunggu ini sangat kejam bagi orang lain.
Karena selama periode itu, beberapa orang akan dibunuh mayat tanpa kepala tanpa harapan bertahan hidup, satu-satunya perbedaan hanyalah cepat atau lambatnya kematian.
Yang sial akan diawasi hantu lebih dulu dan dibunuh, yang beruntung akan diawasi belakangan.
Seiring berjalannya waktu...
Jeritan mengerikan terdengar tersendat-sendat di sepanjang jalan ini.
Terkadang posisi jeritan pertama di belakang, lalu sepuluh detik kemudian jeritan kedua justru terdengar di depan.
Posisi seolah terus berubah-ubah tanpa henti.
"Huang Ziya mendengarkan dengan kelopak matanya berkedip-kedip, di hatinya terasa tidak enak. Meski dia tidak melihat kejadian di tempat-tempat itu, tapi sudah bisa membayangkan adegan putus asa dan mengerikan itu."
"Hanya saja, kemampuannya terbatas, tidak bisa mencegah semua ini."
"Yang Jian juga tidak bisa menghentikan ini, karena sekarang dia hanya tersisa sebuah kepala. Selain masih menyimpan kesadaran untuk bertahan hidup, yang tersisa hanyalah sebuah mata hantu."
"Apa yang bisa dilakukan oleh seekor mata hantu?"
"Di wilayah hantunya sendiri, dia tidak bisa melakukan apapun. Paling-paling hanya mengontrol perubahan area wilayah hantu, kemampuan yang sama sekali tidak membantu situasi saat ini."
"Beberapa saat kemudian."
"Huang Ziya melihat orang-orang berlari keluar dari gedung dengan panik, jeritan histeris, berteriak-teriak, seolah melihat pemandangan mengerikan yang membuat emosi mereka hampir hancur."
"Ada juga yang berteriak 'menyelamatkan nyawa' dengan suara memilukan, terdengar seperti rintihan tangis."
"Orang biasa terlalu rapuh saat berhadapan dengan hantu, sama sekali tidak punya ruang untuk melawan."
"Tapi proses kejam ini akhirnya hampir berakhir."
"Meski Huang Ziya bukan target serangan prioritas, setelah beberapa saat, seiring semakin sedikitnya orang yang berlarian di jalan, akhirnya mayat tanpa kepala yang berlumuran darah itu muncul di belakangnya."
"Kemunculannya terjadi tanpa suara, tiba-tiba muncul entah dari mana, tanpa ada tanda-tanda sedikitpun."
"Ini dia."
Huang Ziya melihat bayangan mayat tanpa kepala terpantul di bawah kakinya, bau darah yang menyengat menyebar dari belakang, tidak tahu berapa banyak kepala orang yang berusaha direbut oleh hantu yang mengendalikan mayat ini selama periode itu.
Mayat tanpa kepala itu kini seluruh tubuhnya berlumuran darah, tangan yang mengenakan sarung tangan itu terus meneteskan darah yang masih mengeluarkan uap panas.
Saat ini, tangan-tangan itu kembali meraih ke arah kepala Huang Ziya.
Huang Ziya tentu sadar sedang diserang, lagipula dia selalu waspada, tapi serangan ini datang terlalu cepat sampai-sampai ketika baru hendak bergerak, dia sudah merasakan telapak tangan dingin berlumur darah mencengkeram kepalanya.
Kemudian, kekuatan mengerikan itu menarik dengan paksa mencoba mencabut kepalanya dari leher.
Hanya dalam hitungan detik, Huang Ziya akan bernasib sama seperti beberapa korban sebelumnya - kepala remuk tergeletak menjadi mayat dingin di lantai.
Namun berbeda dengan yang lain, dia adalah Pengendali Hantu.
Huang Ziya telah menguasai seekor hantu.
Saat tangan mayat di belakang menyentuhnya, lapisan rambut hitam pekat di bahunya seperti kaus kaki hitam tiba-tiba melilit lengan mayat tanpa kepala itu.
Rambut hitam itu perlahan merambat, seolah ingin menelan kedua lengan tersebut.
Perlawanan ganjil ini membuat Huang Ziya yang nyaris kepalanya hancur diremukkan segera mendapatkan pembebasan, lalu buru-buru berbalik badan untuk menempatkan kepala Yang Jian yang telah disiapkan di leher mayat tersebut.
Kepala yang terbelah dua ini dengan susah payah mempertahankan bentuk utuhnya berhasil ditempatkan.
Huang Ziya masih harus menahan kepala Yang Jian, khawatir jika melepaskan pegangan akan langsung terjatuh.
Kalau tidak, semua usaha sebelumnya akan sia-sia belaka.
Situasi seperti ini sebenarnya sudah diantisipasi sebelumnya, sehingga sengaja berusaha menghindarinya.
"Bisa disambung kembali?" Huang Ziya memandangi kepala Yang Jian yang sedang direkonstruksi, hatinya dipenuhi kegelisahan tanpa keyakinan.
Kepala Yang Jian yang ditempelkan di leher tetap menunjukkan aura kematian, luka mengerikan di dahinya masih ada, pemandangan yang membuat bulu kuduk merinding, mata abu-abu kematiannya menatap kosong ke depan tanpa secercah vitalitas orang hidup, apalagi ditambah dengan tubuhnya yang hampir kehabisan darah dan sudah dingin membeku.
Saat ini Yang Jian praktis tak bisa dibedakan dari hantu.
Satu-satunya pembeda mungkin hanya kesadarannya yang masih tersisa.
Di bawah pengamatan intensif Huang Ziya yang penuh ketegangan, dia menemukan luka di leher Yang Jian perlahan menghilang, seakan mulai menyambung dengan leher yang terputus.
Hanya saja luka itu tidak hilang sepenuhnya, masih meninggalkan jejak merah menyala.
Meskipun naluriah Bayangan Hantu Tanpa Kepala dapat mengendalikan mayat untuk membunuh, ia juga masih bisa menyusun mayat. Bahkan kepala Yang Jian yang tidak utuh ini, tetap akan dirakitnya.
Namun Bayangan Hantu Tanpa Kepala memiliki kekurangan.
Meski luka di leher perlahan sembuh, setengah kepala berhasil disambung ke mayat, tapi separuh kepala lainnya tetap tak bergerak. Retakan mengerikan itu masih ada.
Separuh kepala lainnya justru menjadi tempat kesadaran Yang Jian bersemayam.
"Ada celah prosedural." Yang Jian telah menyadari inti masalah, hatinya berbisik was-was.
"Yang Jian, cepat! Aku tak bisa bertahan lama!" teriak Huang Ziya dengan suara panik.
Saat ini rambut hitam lebat di kepalanya semakin panjang, telah menutupi hampir separuh tubuh Yang Jian. Yang lebih mengerikan, tubuh Huang Ziya sendiri sudah tertelan hampir setengah.
Jika dibiarkan, seluruh tubuhnya akan lenyap dalam jalinan rambut hitam ganjil itu.
Ini merupakan bentuk kebangkitan Hantu Gentayangan.
Sebagai pengendali satu hantu saja, Huang Ziya benar-benar tak berani sembarangan menggunakan kemampuan hantu - terutama dalam proses kebuntuan ini, saat paling rentan memicu kebangkitan hantu yang akan membunuh inang manusia.
Meski tak mendengar, Yang Jian telah membaca kepanikan di wajah Huang Ziya, juga melihat rambut hitam mistis yang hampir menelan mereka berdua.
Dengan pengalamannya, mana mungkin dia tak paham situasi kritis ini.
Kondisi Yang Jian saat ini sungguh buruk, untuk menghentikan semua yang terjadi di depannya, ia harus mengontrol tubuhnya sendiri.
"Bagaimana cara memulihkan tubuh ini?"
Pikiran dinginnya bergerak cepat merenungkan situasi, Yang Jian kini menyadari yang masih bisa digerakkannya hanyalah satu mata hantu.
Tapi satu mata saja bahkan tak bisa mengaktifkan Wilayah Hantu, mana mungkin mengontrol tubuhnya sendiri.
Separuh kepalanya belum tersambung, tubuhnya masih dikendalikan naluri Bayangan Hantu Tanpa Kepala.
"Hanya bisa mencoba saja."
Melihat kondisi Huang Ziya, Yang Jian tahu waktunya terbatas. Satu-satunya yang bisa dilakukan mata hantunya adalah mengubah posisi Wilayah Hantu.
Dengan memanipulasi posisi Wilayah Hantu, mungkin ia bisa mengembalikan separuh kepalanya ke tubuh. Karena ini gabungan empat lapisan Wilayah Hantu, hal yang tampak mustahil sebenarnya mungkin.
Tapi apakah bisa bergerak normal setelah tersambung? Ia tak tahu, jadi hanya bisa bilang "coba saja".
Pandangan mata hantu itu tertuju pada mayat tanpa kepala.
Wilayah Hantu di sekitarnya melengkung, seperti kertas yang dilipat.
Namun perubahan ini tak terasa oleh siapa pun kecuali Yang Jian yang merasakan transformasi di sekelilingnya.
"Butuh waktu," batin Yang Jian.
Ia hanya bisa mengarahkan perkembangan Wilayah Hantu, tak bisa mengubahnya seketika sehingga efeknya tak langsung terlihat.
Untung saat diserang, cakupan Wilayah Hantu-nya tidak luas, kalau tidak, proses ini akan memakan waktu lebih lama.
"Yang Jian, apa yang harus kita lakukan sekarang?" teriak Huang Ziya yang semakin panik, sudah seperti terjebak dalam situasi sulit.
"Begitu kekuatan hantu ditarik kembali, kepalanya akan remuk. Jika terus berhadapan, dia akan tewas di tangan kebangkitan hantu gentayangan."
Ini adalah pilihan yang berujung kematian di kedua sisi.
Satu-satunya cara adalah Yang Jian pulih dan mengakhiri semua ini.
Meski operasi berjalan mulus, masalah muncul di pihak Yang Jian. Kepalanya baru terpasang separuh, sementara separuh lainnya masih terlepas, membuat tubuhnya tetap tak terkendali.
Yang Jian ingin berteriak "Bertahanlah!", tapi mulutnya terkunci. Bahkan satu pun peringatan tak bisa dia sampaikan. Kini Huang Ziya hanya bisa mengandalkan penilaiannya sendiri.
Dia bisa memaksa melepaskan diri dan kabur, atau terus melawan sambil menanggung risiko kebangkitan hantu gentayangan demi menahan mayat tanpa kepala ini sedikit lebih lama.
Rantai rambut hitam lebat yang menjuntai dari kepala Huang Ziya semakin banyak, telah menutupi sebagian besar tubuhnya. Kini dia merasa tak bisa bertahan lagi, keseimbangan tubuhnya mulai goyah.
Dari balik tirai rambut hitam itu, sesuatu seperti sedang menarik-narik tubuhnya, berusaha membuatnya terjebak sepenuhnya.
Jika sampai terperangkap, Huang Ziya yakin takkan bisa keluar lagi.
"Tak ada kesempatan lagi?" Gumamnya sambil memandangi Yang Jian yang masih tak bergerak. Senyum getir mengering membeku di sudut bibirnya.
Sekalipun Yang Jian hidup kembali sekarang, apa gunanya? Dirinya tetap akan tewas oleh kebangkitan hantu gentayangan. Sudah jelas—hantu dalam tubuhnya tak lagi bisa dikontrol.
Helai-helai rambut lebat itu perlahan mulai menggerogoti Huang Ziya.
Tubuhnya mulai tenggelam, kedua kakinya merasa terikat oleh rambut, dan sumber rambut ganjil itu menarik-narik dirinya untuk masuk ke dalamnya.
Tak lama kemudian.
Huang Ziya sudah kehilangan separuh tubuhnya di balik rambut hitam lebat, dia berjuang, kedua tangannya mencengkeram mayat kaku dan dingin di depannya, tatapannya yang putus asa masih menyisakan secercah harapan.
Asalkan Yang Jian bisa pulih, mungkin masih ada kesempatan baginya.
Harapan ini bukan berasal dari khayalan, melainkan dari kepercayaan pada Yang Jian yang terbentuk selama insiden Hantu Penjaga sebelumnya.
"Yang, Yang Jian." Huang Ziya berteriak, dalam sekejap hanya tersisa kepala dan sepasang lengannya yang masih terlihat, bagian tubuh lainnya sudah menghilang.
Dari kedalaman rambut hitam yang menyelimuti sekeliling, kekuatan tarikan tampaknya semakin membesar.
Kekuatan ini bahkan melebihi cengkeraman tangan mayat tanpa kepala itu, membuat Huang Ziya menjerit kesakitan saat wajahnya dengan paksa terkoyak lapisan kulit dan daging, seluruh tubuhnya terlepas dari kendali mayat itu dan terperosok ke dalam rambut hitam, hampir sepenuhnya terkubur.
Tapi dia masih hidup.
Belum mati.
Kedua tangan yang masih menyembul itu mati-matian mencengkeram mayat tersebut, tapi tidak bertahan lama.
Hanya dalam sekejap, Huang Ziya tidak bisa lagi bertahan.
Dia melepaskan genggamannya.
Seperti orang tenggelam, tangannya secara refleks meraih-raih tanpa tujuan.
Saat kedua tangan Huang Ziya hampir sepenuhnya ditarik masuk ke dalam gumpalan rambut ganjil di belakangnya, tiba-tiba sebuah telapak tangan dingin menggenggam pergelangan tangannya yang hampir menghilang.
Mayat Yang Jian yang hanya tersisa separuh kepala mulai bergerak.
Gerakan seperti ini mustahil dilakukan oleh Bayangan Hantu Tanpa Kepala.
Satu-satunya jawaban adalah kesadaran Yang Jian telah kembali.
