Meninggalkan asrama markas.
Yang Jian tak terburu-buru pergi. Ia mondar-mandir, mencari sesuatu, lalu menghilang dari permukaan lantai.
Ia tiba di kedalaman bumi, tempat yang sangat tersembunyi.
Ini lokasi penyimpanan benda-benda gaib. Dulu Cao Yanhua pernah membawanya ke sini, berusaha membujuknya melepas jabatan komandan tim dengan barang-barang di sini.
Benar, Yang Jian melepaskan jabatannya.
Maka hari ini ia datang untuk mengambil benda gaib yang seharusnya menjadi miliknya.
Kamera Hantu.
Bendera Pemanggil Hantu.
Lentera Kulit Manusia...
Yang Jian melewati banyak ruangan, tapi tak satu pun menarik minatnya. Semua benda itu tak ia butuhkan.
Langsung ia menuju ruangan berisi kain kafan.
Ini adalah barang yang sudah lama dia tentukan dan pilih sendiri.
"Untuk berjaga-jaga, jika kutukan kotak musik tak bisa dihalangi, benda ini bisa digunakan untuk diri sendiri," pikir Yang Jian.
Dia sangat paham betapa mengerikannya hantu gentayangan yang akan dibangkitkan setelah kematiannya, jauh lebih buruk dari penampilan palsu yang ditunjukkannya sekarang. Dia membutuhkan sesuatu yang bisa menangani urusan pemakaman, meskipun belum tentu akan digunakan untuk dirinya sendiri - mungkin juga untuk mengurung salah satu hantu. Intinya, ini sangat penting baginya.
"Braak!"
Tanpa basa-basi, Yang Jian menggebrak tembok di sekitarnya dengan tangan kosong.
Pintu gerbang khusus memang bisa mengisolasi cakupan Wilayah Hantu, namun material di bagian tengah tembok ternyata tidak sekuat itu. Bagi dia, strukturnya cukup rapuh sehingga mudah dibobol.
Tak lama kemudian.
Siluet Yang Jian sudah berdiri di dalam ruangan.
Dia membuka sebuah kotak dan memeriksanya.
Terlihat kain kafan kotor dan lusuh dengan kontur mayat tercetak samar. Di bagian wajah, masih terlihat jejak wajah manusia yang buram, membuktikan bahwa kain ini pernah membungkus mayat mengerikan di masa lalu.
Setelah mengambilnya, Yang Jian pergi tanpa menoleh sedikitpun.
Namun tepat saat dia meninggalkan area bawah tanah, suatu kekuatan metafisik tiba-tiba mengganggu Wilayah Hantu-nya.
Seorang pria tua berkeriput dengan bintik-bintik penuaan di wajah, terlihat seperti sedang sekarat, berdiri dengan tongkat menghadang jalannya.
"Pak Qin?" Langkah Yang Jian terhenti. Dia tak terburu-buru pergi.
Dia sebelumnya sudah mempertimbangkan untuk meretas markas, mencari Liu Xiaoyu, menyelidiki yang sebenarnya, memaksa mengambil kain kafan. Serangkaian tindakan ini berisiko besar membangunkan seseorang yang seharusnya tidak diganggu. Tapi dia tidak takut, karena saat ini sudah tidak ada lagi yang layak ditakuti.
Tatapan berat Pak Qin seolah bisa menembus Wilayah Hantu melihat Yang Jian. Beliau jarang bicara, sehari-hari seperti maskot Jixiang yang mondar-mandir di markas, kadang duduk-duduk, sesekali mengetuk tongkatnya. Selain itu tidak terlihat aktivitas lain.
Namun terhadap pria berusia ratusan tahun yang hampir menjelang ajal ini, Yang Jian sangat waspada.
Orang tua ini telah dikonfirmasi sebagai Pengendali Hantu yang bertahan hidup sejak era Republik hingga sekarang, telah menyelesaikan tuntas risiko kebangkitan hantu, dan diduga telah menguasai restart.
Hanya dengan ini, Yang Jian tahu dirinya tidak bisa menghabisi beliau.
Namun Pak Qin sepertinya tidak punya niat lain, hanya menghalangi Yang Jian lalu berdiam di tempat, seolah merenung atau memberikan peringatan.
Yang Jian menatapnya dengan dingin.
Dia tidak mengkerut. Jika Pak Qin benar-benar bertindak, dia akan langsung mengaktifkan Wilayah Hantu lima lapisan, bahkan enam atau tujuh lapisan, menghabisi beliau dengan segala cara. Di momen genting ini, konsekuensi ditangkap orang tua ini akan sangat mengerikan.
Kutukan kotak musik telah memutus semua jalan mundurnya.
Serangan ganjil dari moment masih belum terungkap.
"Dalam waktu yang tersisa, dia harus menghabisi moment, menghabisi semua musuh, baru setelah itu bisa mencari metode untuk menyelesaikan kutukan kotak musik."
Sebelum itu, semua orang yang menghalangi di hadapannya adalah musuh.
Sekalipun pria tua era Republik ini pun sama.
Pak Qin tidak langsung bertindak, melainkan perlahan berkata: "Dulu saat aku mengemudikan bus, pernah menabrak hingga tewas seseorang."
"Hm?" Alut Yang Jian berkerut.
Dia agak tidak memahami maksud perkataan Pak Qin ini.
Tiba-tiba Pak Qin menambahkan: "Dia juga bermarga Yang..."
Bus? Menabrak hingga tewas? Bermarga Yang?
Informasi kunci ini muncul di otak Yang Jian, akhirnya tersambung membentuk pemahaman yang membuat bola matanya menyempit tiba-tiba, menunjukkan ekspresi terkejut luar biasa.
Apakah Pak Qin dulu pernah mengemudikan bus gaib? Bahkan menabrak hingga tewas ayah kandungnya sendiri?
Ayahnya tewas dalam kecelakaan saat ia masih kecil. Kemiskinan keluarga mereka selain karena ayah wafat prematur, juga karena pelaku kabur tanpa meninggalkan ganti rugi, bahkan kendaraan pelaku tak pernah ditemukan, menjadi kasus tak terpecahkan.
Apakah ini asosiasi yang berlebihan?
Ataukah Pak Qin yang telah membaca arsipnya sedang merancang kebohongan untuk menjadikannya musuh pembunuh ayah Yang Jian, memprovokasinya bertindak?
Hingga saat ini, Yang Jian takkan mudah mempercayai siapapun. Hatinya tak goyah. Semua yang dilakukannya hanya demi bertahan hidup dan hidup lebih baik, hanya itu.
“Beberapa orang mati tidak masalah, jika kau bisa hidup sampai usiaku sekarang, pasti akan mengerti segalanya.” Setelah berkata demikian, Pak Qin berbalik sambil menopang tongkatnya dan pergi.
Dia tidak memberikan hambatan.
Hanya mengucapkan beberapa kalimat aneh lalu pergi.
Yang Jian memandangi kepergiannya dengan dingin tanpa mengejar atau menampakkan diri. Saat ini dia berada dalam Wilayah Hantu tiga lapisan, bahkan mencurigai Pak Qin sengaja memancingnya keluar.
Lagipula, Pengendali Hantu yang diduga menguasai kemampuan restart belum tentu bisa meretas masuk ke Wilayah Hantu tiga lapisan.
Pertemuan singkat yang terjadi sekejap.
Kewaspadaan Yang Jian mencapai puncaknya, sama sekali tidak memberi kesempatan pada Pak Qin.
Setelah Pak Qin pergi, dia juga meninggalkan markas melalui Wilayah Hantu dan menghilang tanpa suara, seolah tak pernah ada sebelumnya.
Kali ini, alih-alih ke tempat lain, dia langsung menuju lantai paling atas Gedung 'Keselamatan'.
Dalam Wilayah Hantu tak ada rahasia yang tersembunyi.
Yang Jian melihat banyak orang di gedung: pegawai biasa yang masih tak sadar berada di Wilayah Hantu lapis pertama, juga Pengendali Hantu yang ditahannya di lapisan kedua.
Di antaranya ada Jiang Shangbai, beberapa Pengendali Hantu tak dikenal, serta Fang Shiming.
Meski tak mengenalnya, dari dokumen yang dikumpulkan Direktur Fei, Fang Shiming ternyata direktur utama Gedung 'Keselamatan' sekaligus pengendali lokal, sedangkan Jiang Shangbai hanyalah wajah publik yang diorbitkan oleh moment.
"Diduga memiliki Wilayah Hantu, dipastikan menguasai gunting hantu di tangannya, mampu mengendalikan beberapa hantu... tidak diketahui, pernah bertentangan dengan Ye Zhen dari Forum Gaib Kota Dahai."
Otaknya mengingat-ingat informasi tentang Fang Shiming.
Pengetahuannya sedikit, namun ada beberapa informasi kunci: dia punya gunting hantu, bisa langsung melawan Ye Zhen itu.
Hanya dengan dua poin ini saja, Yang Jian tidak meremehkannya.
"Serangan ganjil yang kualami sebelumnya, apakah berasal dari gunting hantu di tangan Fang Shiming?" Yang Jian secara refleks mengusap lehernya.
Meski dering kutukan dari kotak musik masih bergema di kepalanya, serangan tadi tetap membuatnya bergidik.
"Apapun itu, bunuh dulu semuanya. Sekalipun dia punya gunting hantu, jangan beri kesempatan untuk menggunakannya," rencana Yang Jian berputar di kepalanya.
Meski kutukan membuatnya tak bisa mati sekarang, bahkan memungkinkannya melembatkan pembatasan terhadap hantu untuk mengeluarkan kemampuan yang lebih mengerikan, ini tidak berarti dia makhluk tak terkalahkan.
Saat ini.
Di ruang rapat gedung tinggi.
Anggota moment masih mendiskusikan topik tentang Yang Jian.
"Kita mundur saja. Setelah kematian Yang Jian, hantunya sudah bangkit. Wilayah Hantu seluas ini bukan cuma sulit untuk mengurus jenazahnya, bahkan menemukannya pun belum tentu bisa. Lagipula dia mengendalikan lebih dari satu hantu. Kalau ketemu, siapa yang tebas siapa masih belum jelas," seseorang dengan wajah muram mengajukan usul.
“Saya setuju, saat ini hantu Yang Jian sudah menguasai separuh pusat kota, bagaimana jika Peristiwa Lukisan Hantu juga meledak? Dua peristiwa supranatural datang bersamaan, tidak ada yang sanggup menahan. Menurut saya markas kali ini benar-benar dalam bahaya, tidak perlu mempertimbangkan perasaan Cao Yanhua. Di zaman sekarang, bertahan hidup itu sudah merupakan keahlian, untuk apa peduli dengan tindakannya.”
“Saya juga sepakat, meskipun level peristiwa supranatural Yang Jian belum ditentukan, tapi melihat area cakupannya, mungkin ini juga termasuk Tingkat S. Tidak perlu mati-matian bertarung di sini, lebih baik kabur dulu. Jika benar-benar tidak bisa, pergi ke luar negeri saja. Bukankah kita juga punya beberapa investasi di sana? Meski akan kehilangan beberapa aset, setidaknya kita menghindari satu bahaya.”
Beberapa orang menyarankan untuk meninggalkan tempat ini sebagai pengungsi.
Jiang Shangbai terdiam: "Kalian bisa pergi, saya tidak bisa. Sebagai komandan tim, jika saya kabur sekarang, konsekuensinya tidak akan sanggup saya tanggung."
“Bos Fang, ambil keputusan sekarang. Setelah dipastikan, kita harus segera pergi. Bagaimana jika anggota markas datang menghadang? Nanti kita benar-benar tidak bisa kabur,” seseorang mendesak dengan panik.
Fang Shiming yang duduk di posisi teratas tidak berkata-kata, malah tiba-tiba menoleh ke arah jendela.
Seketika.
Semburan cahaya merah dari tempat yang tidak diketahui di kejauhan menerjang dengan kecepatan luar biasa, dalam sekejap memenuhi seluruh ruang rapat.
“Sial!”
Wajah semua orang berubah pucat pasi, merasakan bahaya mengerikan seperti diawasi hantu gentayangan. Namun serangan ini datang terlalu cepat, hampir tidak memberi waktu untuk bereaksi.
Dalam cahaya merah itu terdapat semacam kemampuan melengkungkan realitas yang seolah hendak melelehkan semua orang di ruangan.
