"Pukul 09:30 pagi."
Di ruang rapat markas, karena urusan Yang Jian hari ini diadakan rapat khusus personal. Personel yang hadir tidak banyak, tapi semuanya adalah tokoh kunci markas.
Wakil Menteri Cao Yanhua, Profesor Wang Xiaoming, Ketua Kelompok Shen Liang, Pengendali Hantu Wei Jing, Komandan Tim Li Jun... serta petugas penghubung Liu Xiaoyu.
Liu Xiaoyu dibangunkan secara paksa. Saat ditemukan, dia masih dalam kondisi pingsan. Sekarang kepalanya masih pusing dan sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya ingat semalam dirinya sepertu dipukul hingga pingsan oleh Yang Jian.
"Apakah Yang Jian belum muncul?" Cao Yanhua melihat jam, sudah lewat sepuluh menit lagi.
Secara logika, untuk rapat seperti ini seharusnya dia datang lebih awal, lagipula Yang Jian termasuk orang yang tepat waktu.
"Belum muncul." Shen Liang terus memantau arus keluar-masuk personel di sekitar markas.
Cao Yanhua mengangguk lalu melanjutkan menunggu.
Tak lama kemudian waktu menunjukkan pukul 09.50.
Cao Yanhua bertanya lagi: "Tinggal sepuluh menit lagi sampai waktu yang disepakati. Apakah Yang Jian masih belum datang?"
"Belum, belum ada laporan Yang Jian masuk ke markas." kata Shen Liang.
Cao Yanhua diam saja, terus menunggu.
Ketika jarum jam menunjuk pukul 10 tepat, Yang Jian masih belum datang. Sekitar markas bahkan tidak terlihat siluet orang sama sekali.
"Dia terlambat?" Alis Cao Yanhua berkerut: "Atau jangan-jangan dia sudah menggunakan Wilayah Hantu untuk segera ke sini?"
"Tidak ada tanda-tanda perluasan Wilayah Hantu, semuanya normal." kata Li Jun.
Saat waktu menunjukkan pukul 10.30 dan Yang Jian masih belum muncul, Cao Yanhua tak bisa menahan diri lagi menepuk meja: "Yang Jian pasti sudah membatalkan janji, tidak akan datang!"
Suara dia menepuk meja membangunkan Wang Xiaoming yang sedang tidur tertelungkup di seberang.
Wang Xiaoming menengadah sambil menguap, lalu dengan wajah tenang berkata: "Yang Jian tidak datang, benar?"
"Kau menebak dia tidak akan datang?" Cao Yanhua bertanya.
"Kurang lebih."
Wang Xiaoming menjelaskan: "Kemungkinannya dia datang ke markas untuk rapat tidak lebih dari empat puluh persen. Lagipula dia sudah berniat mengundurkan diri, secara resmi sudah bukan komandan tim lagi, juga sudah menghabisi seluruh moment. Ditambah ada sedikit celah dalam keputusan penanganan markas sebelumnya, membuat Yang Jian jadi waspada."
"Dia waspada terhadap apa?" Cao Yanhua mengerutkan kening.
Wang Xiaoming melanjutkan: "Waspada ini adalah pesta jebakan. Dia takut kami akan menghabisinya. Sekarang Yang Jian sangat paham nilai dirinya sudah tidak berarti... Dia menggunakan kotak musik, menerima kutukan mengerikan, masih bisa hidup berapa hari lagi? Menurut pemikirannya, matinya lebih menguntungkan situasi daripada hidup. Mengingat kejadian semalam yang begitu besar, bahkan masalah Jiang Shangbai yang dia selesaikan sendiri pun belum ditindaklanjuti. Ini juga membuat kita sadar betapa mengerikannya peristiwa supranatural yang akan terjadi jika dia mati."
"Ini delusi."
Cao Yanhua mulai kesal: "Dia mengajukan pengunduran diri ke Liu Xiaoyu, saya tidak menyetujui. Dia masih komandan tim! Bagaimana mungkin markas akan menghabisi komandan sendiri? Liu Xiaoyu, cepat! Telepon Yang Jian, suruh dia segera datang rapat. Katakan, Cao Yanhua menjamin nyawanya, pasti tidak akan bertindak. Jika tidak percaya, saya sendiri yang akan menjemputnya di pintu markas."
“Liu Xiaoyu juga terkejut, sepertinya terkejut oleh dugaan Wang Xiaoming ini.”
“Markas ingin menghabisi Yang Jian?”
“Tapi melihat skenario besar ini... agaknya ada kemiripan.”
Wang Xiaoming berkata; “Tidak berguna, dia tidak akan datang ke markas. Dia waspada terhadap Pak Qin, ditambah setelah bertemu Wei Jing, sudah timbul perasaan waspada di hatinya. Semalam aku menyuruh Wei Jing memanggilnya justru untuk mengurangi kewaspadaannya, memberitahu bahwa aku tidak menyembunyikan orang spesifik ini. Tapi sekarang efeknya ternyata minimal.”
“Selain itu, semalam aku memang mempertimbangkan skema menghabisi Yang Jian.”
“Apa?” Cao Yanhua terperanjat, memandanginya dengan tak percaya.
Ekspresi Wang Xiaoming tetap tenang: “Pertimbangan wajar. Lagipula Yang Jian akan mati. Bahaya pasca kematiannya terlalu besar, setara dengan peristiwa gaib Tingkat S. Jika dihabisi lebih awal, ini sama dengan menghentikan ledakan peristiwa gaib. Dari sudut tertentu, ini layak dipertimbangkan.”
“Aku tahu dia sedang terkena kutukan, tapi tujuan rapat ini justru membicarakan cara menolongnya.”
Cao Yanhua semakin cemas, tak menyangka Profesor Wang benar-benar merencanakan pesta jebakan.
“Dia tidak percaya pada kami, dan sebelumnya kutuk kotak musik pun belum kuselesaikan. Jadi tak ada alasan cukup untuk membujuknya. Jika tebakanku benar, Yang Jian ingin naik bus itu dalam beberapa hari ini, atau mencari bantuan informasi tertentu...” Wang Xiaoming melanjutkan: “Dia punya opsi cadangan. Setelah merenungkan matang-matang, wajar jika tidak menghadiri rapat.”
Cao Yanhua terdiam seketika. Jika melihat dari sudut pandang Yang Jian, ternyata ada logika dalam argumen ini.
Saat itu, Wang Xiaoming berdiri: "Ayo pergi ke Hotel Damai. Sekarang Yang Jian mungkin sedang menunggu kita di sana. Tapi kita harus cepat, mungkin dia sudah bersiap untuk meninggalkan pusat kota."
"Kau sudah menebak ini sejak awal, kenapa tidak memberitahu sebelumnya?" kata Cao Yanhua.
"Aku tidak tidur semalam, tadi agak ketiduran. Tapi mengingat kebiasaan Wakil Menteri yang suka menepuk meja, sekitar pukul sepuluh pasti aku akan terbangun." Wang Xiaoming terlihat lesu, menunjukkan tanda-tanda kurang tidur.
Cao Yanhua langsung bingung harus berkata apa, akhirnya buru-buru bertindak membawa beberapa orang menuju Hotel Damai.
Jika terlambat, markas besar hari ini akan kehilangan satu komandan tim lagi.
Apalagi jika Yang Jian pergi, masalah moment terbongkar pasti akan memicu serangkaian reaksi berantai.
Yang Jian memang tidak menghadiri rapat di markas, tapi dia juga belum pergi. Dia duduk di sofa ruangan sambil membereskan beberapa barang.
Sebuah koper berisi kepala manusia mati.
Sepasang sepatu bersulam.
Sebuah golok kayu bakar yang ganjil.
Sebuah jubah Shou yang dikenakan mayat.
Selain itu ada dua Boneka Pengganti Nyawa dan beberapa lilin hantu putih.
Lilin hantu merah sudah habis, satu diberikan ke Huang Ziya, satu lagi ke teman sekelas Miao Xiaoshan. Tak ada stok lagi, lagipula barang ini memang sulit didapat.
"Kutukan Kotak Musik ini benar-benar membuat kepala sakit." Yang Jian memasukkan barang-barang yang sudah dikemas ke dalam tas mayat sambil mendengar melodi yang bergema di otaknya, tenggelam dalam perenungan.
"Dia tidak pergi ke markas, bukan karena tidak mau menempuh perjalanan itu, tetapi sedang ragu-ragu."
Keraguan ini seolah telah direncanakan matang-matang, karena Yang Jian tahu dirinya kemarin menghabisi moment, ditambah lagi membunuh Jiang Shangbai. Yang pertama masih bisa diterima sebagai permusuhan pribadi, namun kematian Jiang Shangbai menyangkut urusan seorang komandan tim.
Coba tanya.
Seorang mantan komandan tim yang sudah mengundurkan diri, ditambah kondisi Hantu Gentayangan yang hampir bangkit, lalu semalam membunuh komandan tim lain, hampir memicu peristiwa gaib besar...
Bagaimana seseorang seperti ini harus ditangani?
Menurut pemikiran Yang Jian, solusi pasti adalah menghabisi. Membiarkannya hidup terlalu berbahaya.
Justru karena mempertimbangkan hal ini, Yang Jian memilih tidak pergi ke markas.
Jangan-jangan begitu masuk markas, ratusan algojo sudah menunggu di kiri-kanan. Saat Wang Xiaoming menjatuhkan gelas sebagai isyarat, Li Jun langsung memimpin pasukan menyerbu. Jika ada yang berteriak "Kami punya Jenderal Wei Jing yang bisa mengalahkan Yang Jian"... Nyawanya pasti tidak aman.
Belum lagi maskot Qin Lao yang mungkin hadir di tempat.
Meski punya golok kayu bakar yang ganjil, mustahil bisa menyerbu masuk-keluar markas dengan selamat.
Jadi demi keamanan, lebih baik tidak pergi.
"Jika mereka serius ingin bernegosiasi, seharusnya datang sendiri ke Hotel Damai dengan pengawal terbatas," dugaan Yang Jian dalam hati.
"Komandan, kenapa kau membereskan barang? Mau pergi?" Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, suara seorang wanita terdengar.
“Yang Jian tersadar dari lamunan, dia menengadah sebentar dan melihat Huang Ziya bersandar di samping pintu. Dengan sepatu hak tinggi, kaki putihnya yang jenjang terlihat lurus. Pinggang rampingnya yang tak masuk akal itu membentuk lekuk tubuh yang indah dan memesona. Wajah ovalnya yang mulus dihiasi senyuman genit.
Satu-satunya yang tidak selaras adalah rambut hitam legamnya yang nyaris menyentuh pinggang, memancarkan aura misterius.
"Hm, urusan di sini sepertinya sudah selesai. Aku ada urusan pribadi yang harus dilakukan," kata Yang Jian.
Huang Ziya berkata, "Lalu soal pembentukan tim? Kau tak boleh kabur diam-diam sendirian. Kami anggota klub ini berisiko tinggi dihabisi semua dalam peristiwa gaib berikutnya jika tak ada pemimpin tim. Kau tak ingin melihat cewek secantikku mati di tangan hantu-hantu itu, kan?"
Usai bicara, dia mengibaskan rambut hitamnya untuk memamerkan pesonanya yang memikat.
Yang Jian melirik; "Kau pakai lagi kemampuan hantu itu?"
Dia menyadari postur dan penampilan Huang Ziya berubah lagi. Perubahan ini sulit dijelaskan - beberapa bagian tubuhnya terlihat lebih ramping, beberapa bagian lebih berisi. Intinya, penampilannya semakin mendekati kesempurnaan.
"Ternyata benar komandan tim, ketajaman matamu tak tertipu. Kuhabiskan semalam suntuk meneliti, akhirnya kudapatkan tubuh dan wajah paling sempurna ini."
Huang Ziya berkata dengan penuh keyakinan: "Sekarang aku pasti jadi cewek tercantik se-Asia, nanti jadi penanggung jawab penampilan tim. Soalnya harus ketemu orang, lihatlah tampang Zhang Lei, Wang Jiang, dan wajah mayatnya Feng Quan. Mereka jelas ga bisa diajak keluar."
"Kau bilang siapa yang berwajah mayat?" Suara dari belakang tiba-tiba terdengar. Zhang Lei mendekat dengan wajah kaku bak mayat.
"Coba kau bercermin sendiri, pasti tahu aku ga bohong," Huang Ziya menoleh sambil berkata.
Zhang Lei tertegun melihat Huang Ziya saat ini: "Siapa cewek cantik ini?"
"Ga kenal ya?" Huang Ziya tersenyum.
Zhang Lei memeriksanya dari ujung kepala ke kaki. Dia merasa terpana. Wanita di depannya ini paling cantik yang pernah dia lihat seumur hidup: "Halusinasi? Huang Ziya ga secantik ini, dulu kurus dan jelek..."
Belum selesai bicara sudah dipotong Huang Ziya: "Diam! Ini penampilan asliku. Sebelumnya pasti kau salah ingat."
"Ga nyangka, benar-benar ga nyangka. Ini seperti keajaiban di lingkaran supranatural. Rasanya kau seperti ganti kulit. Apa tubuhmu ini asli?"
Zhang Lei penasaran, tak bisa menahan ingin meraba untuk merasakan suhu tubuh orang hidup.
"Mau iseng ya?"
Huang Ziya mendengus, langsung masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa. Lalu menatap Yang Jian di samping: "Kalau komandan tim mau kontak fisik dengan si cewek tercantik se-Asia ini, mungkin aku mau lho."
“Menurutmu, kamu cantik atau wanita di foto ini yang lebih cantik?” Yang Jian mengeluarkan sebuah foto dan meletakkannya di atas meja teh.
“Hm?”
Huang Ziya menggerakkan bola matanya, memandangi wanita dalam foto itu.
Sempurna, tanpa cacat, memukau, memancarkan kecantikan intelektual yang tidak sesuai dengan era ini.
“Mustahil, mana mungkin ada cewek secantik ini di dunia ini.” Huang Ziya langsung berkata: “Foto ini pasti hasil photoshop.”
Yang Jian berkata; “Memang tidak ada wanita secantik ini, tapi foto ini juga bukan palsu, karena wanita ini sebenarnya bukan manusia... Ini adalah wanita dari Lukisan Hantu.”
“Apa?” Huang Ziya terkejut.
Zhang Lei juga heran mendekat: “Aku pernah lihat data Lukisan Hantu, wanita dalam lukisan itu samar-samar, fitur wajahnya kabur seperti belum selesai dilukis, hanya ada sepasang tangan... Komandan, kamu sudah melihat wujud asli Lukisan Hantu?”
“Bisa dibilang begitu, jadi aku ingin kalian mengingat bentuk Lukisan Hantu. Siapa tahu setelah aku meninggalkan kota ini kalian mungkin bertemu, jangan sampai tidak mengenalinya.” Yang Jian berkata: “Foto ini difoto dan disimpan dulu, mungkin bisa jadi data intelijen yang berguna untuk kalian, nanti berikan salinannya ke Feng Quan dan yang lain.”
“Kalau kamu pergi, aku ikut ke Kota Dachang saja.” Huang Ziya berkata: “Aku tidak berani menyentuh peristiwa supranatural level segitu.”
Zhang Lei berkata: “Masalahku belum terselesaikan, kalau sudah pasti aku tidak akan tinggal di sini.”
“Aku tahu, kamu ingin menyelesaikan masalah kebangkitan Hantu Gentayangan, tapi aku tidak bisa membantu. Barang di tanganku tidak berguna untukmu, semoga markas punya metode.” Kata Yang Jian.
“Semoga saja.” Zhang Lei berkata.
Yang Jian segera merenung lagi, jika Hantu Gentayangan Zhang Lei bangkit, jubah Shou mungkin bisa memperpanjang waktunya.
Hanya saja dia tidak mengungkapkannya.
Karena jubah Shou juga dibutuhkannya, jika setelah mengatasi kutukan kotak musik dia masih menghadapi masalah kebangkitan hantu, maka dia harus menggunakan jubah Shou sebagai hantu keempat yang dikendalikannya.
Tentu ini adalah strategi cadangan, jika memungkinkan, dia tak ingin mengenakan baju kematian orang mati ini.
"Selain itu, urusan pembentukan tim ditunda beberapa hari dulu. Jika saya masih hidup beberapa hari lagi, kita diskusikan baru," tambah Yang Jian segera.
Di hatinya memang ada rencana membentuk tim Pengendali Hantu, dengan jumlah personel yang cukup: Feng Quan, Tong Qian, Zhang Lei, Huang Ziya, Wang Jiang... Ditambah Xiong Wenwen maka komposisinya pas.
Tapi selama periode itu terjadi beberapa hal yang menghambat kelancaran berbagai rencana.
"Komandan, apakah Anda akan melakukan sesuatu yang berbahaya?" tanya Huang Ziya heran.
Yang Jian berkata: "Bukan, saya sendiri mengalami masalah, terkena kutukan hantu gentayangan. Saya harus menyelesaikannya. Jika berhasil, saya bisa bertahan. Jika tidak, dalam beberapa hari ini saya akan mati."
"Apa?!" Zhang Lei terkejut: "Bagaimana bisa tiba-tiba begini?"
Huang Ziya juga terdiam seketika, memandangi Yang Jian dengan ekspresi sulit percaya.
"Setelah bentrok dengan moment jadi begini. Meski informasinya belum beredar, dalam beberapa hari kalian akan tahu," kata Yang Jian.
Baru saat ini Zhang Lei teringat situasi ganjil yang terjadi tadi malam. Bahkan dia menerima informasi kematian Yang Jian, namun belakangan mengetahui kabar bahwa Yang Jian masih hidup. Informasi yang saling bertolak belakang ini membuatnya bingung, sehingga pagi ini dia sengaja datang untuk melihat situasi dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Tak disangka, wilayah hantu yang muncul tadi malam ternyata adalah hasil pertarungan antara Yang Jian dengan anggota moment.
"Tidak perlu berlebihan, bagaimanapun hasil akhirnya saya yang menang..." Kata Yang Jian sambil berhenti sejenak, tatapannya beralih ke arah lantai bawah.
Cao Yanhua dan Wang Xiaoming tiba.
