Karena skema kertas kulit manusia tak bisa diandalkan, Yang Jian terpaksa menaruh sisa harapannya pada lemari hantu.
Lemari hantu itu disimpan di Kota Dachang.
Maka setelah berpikir sebentar, Yang Jian memilih kembali ke Kota Dachang.
Kertas kulit manusia tidak dibawanya, dikubur di bawah tanah dekat vila He Tianxiong. Dia tahu jika barang ini dibawa ke Kota Dachang, bisa membawa masalah. Kalau mau membuang, lebih baik jauh-jauh.
Dengan menggunakan Wilayah Hantu, Yang Jian kembali ke Kota Dachang dalam waktu semenit. Jarak bukan masalah baginya.
Tapi kali ini dia tidak memberi tahu siapa pun, diam-diam kembali. Jika dia membuat keributan, markas pasti akan tahu keberadaan lemari hantu.
Lagipula Liu Xiaoyu bahkan tahu berapa film yang tersimpan di komputer Zhang Wei.
Di dunia yang sudah terdigitalisasi, banyak orang tidak punya rahasia yang bisa dianggap penting.
Hari ini.
Siang hari di Kota Dachang terlihat suram, suhu dingin musim dingin ditambah hujan dari selatan membuat udara dipenuhi hawa dingin yang menusuk.
Di pinggiran kota, Kompleks Perumahan Guanjiang masih sepi, jumlah penghuni yang benar-benar menetap bisa dihitung jari.
Meski sedikit penghuni, fasilitasnya lengkap dengan sistem pengelolaan yang lebih ketat daripada kompleks mewah di Dachang sekalipun.
Siluet Yang Jian muncul di menara jam bergaya Eropa di kompleks tersebut.
Di loteng kecil menara ini terdapat lemari kayu berlantai dua dengan pintu yang terkunci rapat, dicat merah menyala seperti darah segar. Meski warnanya cerah, bagian lain lemari ini terlihat sangat lapuk seolah sudah teronggok puluhan tahun, termasuk barang antik yang tidak layak direnovasi lagi.
Justru lemari tua inilah yang menyimpan teror mengerikan.
Di dalam lemari kayu ini diduga tersembunyi hantu gentayangan yang misterius dan mengerikan, atau mungkin lemari itu sendiri adalah jelmaan hantu.
Lemari Hantu.
Begitulah Yang Jian dulu menamainya.
『Temukan dalam satu tahun』
Ia masih ingat permintaan terakhir Lemari Hantu itu - setelah memberinya foto seorang wanita, pesannya jelas: temukan orang dalam foto itu dalam setahun.
Jika asumsinya sudah menemukan, bagaimana cara menjawabnya?
Yang Jian merenung, lalu mengeluarkan kertas dan pulpen yang sudah disiapkan, menuliskan sebuah kalimat:
『Aku menemukannya. Sekarang giliranku mengajukan permintaan, bantu aku menyelesaikan kutukan kotak musik.』
Setelah membaca jawaban itu, Yang Jian merasa tidak ada masalah.
Lemari hantu memintanya menemukan dalam satu tahun, dia menjawab sudah menemukan. Jawaban ambigu yang tidak pasti ini mengandung banyak tipuan, mungkin bisa menipu lemari hantu.
Segera, Yang Jian mendorong kertas ini ke pintu lemari bagian atas.
Pintu lemari bagian atas meski tertutup, namun berbentuk model berlubang yang memungkinkan memasukkan barang. Hanya saja bagian dalamnya gelap gulita, cahaya sama sekali tidak bisa menembus. Bahkan dari jarak dekat sekalipun, tidak bisa melihat apa isinya. Sebelumnya dia mencoba mengintip dengan mata hantu, namun malah melihat sepasang mata di dalamnya yang membuatnya kaget.
Sejak kejadian itu, Yang Jian mengubur rasa ingin tahunya.
"Apa ini akan berguna?" Yang Jian mulai menunggu hasilnya.
Tak lama kemudian, pintu lemari bagian bawah terbuka. Kertas yang dimasukkan sebelumnya muncul kembali secara ganjil, dengan tambahan barisan tulisan melengkung seolah ditulis oleh hantu gentayangan.
『Kau belum menemukan, kau hanya melihat.』
Tulisan itu menunjukkan kalimat tersebut.
Ekspresi Yang Jian langsung berubah kaku, matanya memancarkan keheranan.
Tadinya dia mengira belum memenuhi permintaan lemari hantu, ternyata jawabannya sangat dekat: dia hanya melihat?
Melihat, apakah yang dimaksud adalah melihat Lukisan Hantu?
Belum menemukan, karena arwah sumber Lukisan Hantu belum muncul, jadi misi ini belum bisa dianggap selesai.
Setelah merenung sejenak, Yang Jian kembali menulis secarik kertas dan melemparkannya ke dalam.
『Bagaimana caranya baru bisa dianggap menyelesaikan transaksi kali ini？』
Tak lama kemudian, secarik kertas yang dilempar dari lemari atas muncul di bagian bawah.
『Kau masih punya sisa waktu sembilan bulan tiga hari』
Ini hanyalah pengingat waktu, tidak ada informasi tambahan lainnya.
"Tidak bisa memberikan peringatan apapun? Harus mengandalkan diri sendiri sepenuhnya untuk menyelesaikan misi." Yang Jian langsung mengerutkan alut.
Meski lemari hantu tidak seekstrim kertas kulit manusia dalam menjebak orang, tapi tingkat kesulitan penyelesaian misinya benar-benar tinggi. Untuk menyelesaikan misi-misi ini, wajib berinteraksi langsung dengan hantu gentayangan yang tetap mengandung bahaya.
"Tanya kertas kulit manusia tentang cara menyelesaikan misi lemari hantu? Tidak, tidak bisa. Kalau bertanya pada kertas kulit manusia, urusan biasa bisa berubah sangat rumit. Informasinya mungkin benar, tapi bisa saja memilih cara penyelesaian dengan tingkat kesulitan maksimal yang justru berusaha menjebak saya sampai mati."
Begitulah pikiran Yang Jian.
Karena apapun yang diminta dari kertas kulit manusia, selalu ada bahaya mengerikan yang tersembunyi di baliknya.
Selamat sekali dua kali mungkin tidak masalah, tapi Yang Jian tak berani bertaruh nyawa setiap kali.
Kalau dirinya kalah sekali, semua akan hilang termasuk nyawa. Tapi kekalahan kertas kulit manusia tidak berarti apa-apa, masih ada kesempatan lain.
"Sekarang kita terjebak dalam situasi buntu. Kecuali terlibat dalam Peristiwa Lukisan Hantu dan menemukan sumber lukisan itu." Gumam Yang Jian merenung.
Kutukan kotak musik tinggal tiga hari lagi.
Dalam tiga hari ini dirinya tidak akan mati. Apakah cukup waktu untuk menemukan hantu dalam Lukisan Hantu?
Tapi bagaimana jika setelah menemukan hantunya, permintaan lemari hantu tetap tidak dianggap selesai?
“Informasi dari lemari hantu tadi menunjukkan, saya hanya melihat tapi tidak menemukan. Artinya, dugaan puzzle sebelumnya salah. Bagi lemari hantu, ia tak perlu saya temukan semua puzzle, cukup konfirmasi posisi salah satunya. Lalu apakah posisi ini adalah hantu dalam Lukisan Hantu, atau hantu yang ditemui di bus gaib sebelumnya?”
Yang Jian tidak lupa, wanita dalam foto serupa ini masih punya satu lagi... pengantin perempuan mumi.
Pengantin perempuan mumi vs hantu dalam Lukisan Hantu, dua pilihan.
Keduanya sesuai jawaban lemari hantu tadi: sudah dilihat tapi belum ditemukan.
“Persentase keyakinan 50%, pilihan salah berarti misi gagal, saya akan tewas di tangan kutukan kotak musik.” Yang Jian jongkok di lantai, memandangi lemari hantu di depannya, terhanyut dalam perenungan.
Setelah merenung sejenak.
Yang Jian menggelengkan kepala: “Saya berpikir terlalu jauh. Terlihat ada pilihan, tapi sebenarnya tidak. Saya tidak bisa naik bus gaib, tak punya kemampuan mencari pengantin perempuan mumi, hanya bisa bertaruh pada Lukisan Hantu.”
“Temukan hantu sumber dalam Lukisan Hantu, misi saya selesai. Sama sekali tak perlu saya selesaikan Peristiwa Lukisan Hantu.”
Dengan berpikir begitu, tingkat kesulitan berkurang, kelayakan muncul, tidak sepenuhnya jalan buntu.
Jika jalur ini juga terhalang, Yang Jian hanya bisa mempertaruhkan nyawa pada Wang Xiaoming, atau nekad naik bus.
“Jadi, dalam tiga hari, maksimal besok lusa malam jam 12, temukan hantu dalam Lukisan Hantu, selesaikan transaksi dengan lemari hantu, lalu ajukan permintaan untuk menghilangkan kutukan kotak musik.”
Yang Jian merapikan alur pikirannya.
“Tidak. Jangan hitung waktu terlalu ketat. Perlu sisakan waktu untuk memberi kesempatan pilihan lain.”
“Dua hari, dalam dua hari harus menemukan sumber Lukisan Hantu. Jika lemari hantu gagal, saya hanya bisa bertaruh pada Wang Xiaoming atau bus.”
Yang Jian merasa ini adalah pengaturan paling masuk akal yang meningkatkan peluang bertahan hidupnya secara signifikan.
Memikirkan hal ini, dia memutuskan untuk kembali menyelidiki sumber Lukisan Hantu.
Melihat ke arah kompleks perumahan.
Yang Jian melihat beberapa kenalan dan juga ibunya sendiri, namun dia tidak menyapa mereka. Sebaliknya, dia berbalik badan dan menghilang tanpa bekas.
Saat ini.
Kota J Besar.
Mobil khusus Wang Xiaoming yang sebelumnya membelakangi Cao Yanhua dan melaju berlawanan arah, kini berhenti di depan kompleks perumahan mewah di pusat kota.
Wang Xiaoming turun dari mobil, menunduk melihat ponselnya.
Ponsel positioning satelit menampilkan dua sinyal.
"Tidak ada penyimpangan, Guo Fan tinggal di kompleks ini." Gumam Wang Xiaoming sambil mulai mengirim SMS salam untuk menjanjikan pertemuan dengan Guo Fan.
Tak lama kemudian.
Di dalam kompleks mewah tersebut, sebuah meja teh kayu solid yang megah terpajang di lantai, dikelilingi beberapa penyekat bergaya antik.
Di depan meja teh, seorang pria kurus berusia sekitar 30 tahun sedang memusatkan perhatian pada teko teh yang sedang direbus di atas kompor arang.
Entah karena ilusi cahaya lentera di atas kepala atau bukan, kulitnya pucat secara tidak wajar seperti kehilangan warna wajah orang hidup, menunjukkan keganjilan yang tidak selaras. Matanya terlihat mati rasa, kosong, dan tanpa semangat, duduk tak bergerak seperti mayat.
"Guo Fan, dia tidak suka minum teh, tapi orang yang sedang menganggur pasti perlu melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktu, terutama orang-orang seperti mereka, tidak boleh berpikir kacau. Cara terbaik adalah mengalihkan perhatian."
Merebus air, menyeduh teh—hal yang sangat sederhana, tapi Guo Fan selalu suka membuat prosesnya menjadi rumit.
Jenis teko teh, pemilihan daun teh, besar kecilnya api kompor, bahkan jenis arang kayu—semua ini dia habiskan waktu cukup lama untuk mempelajarinya.
"Ada pesan dari Wang Xiaoming, mencari kamu." Di seberang meja teh, seorang pria lain menyerahkan ponsel yang menampilkan sebuah pesan.
Ekspresi Guo Fan berubah sedikit, terlihat heran: "Profesor Wang mencari kami? Tidak mungkin, kami berdua kan tidak menonjol. Waktu itu berebut posisi komandan tim juga gagal. Apa Profesor Wang punya waktu memperhatikan kami?"
"Bukan kami, tapi kamu." Zhong Shan menggelengkan kepala pelan.
"Sungguh merepotkan. Orangnya sudah sampai di depan pintu. Pasti ada sesuatu yang terjadi."
Guo Fan menghela napas getir, mengambil rokok di sebelahnya dan menghisap dalam-dalam sebelum pergi menyambut tamu penting ini.
Tak lama kemudian.
Pintu gerbang terbuka.
Wang Xiaoming berdiri sendirian di luar, hanya didampingi seorang asisten dan sopir pribadi di belakangnya.
"Yang Mulia Profesor Wang, selamat datang. Sungguh tamu langka."
Guo Fan memaksakan senyum kecut di wajahnya, seolah ingin terlihat lebih hangat.
Wang Xiaoming langsung masuk tanpa basa-basi: "Zhong Shan juga ada di sini?"
"Zhong Shan teman saya, tentu ada." Guo Fan menjawab: "Baru-baru ini dalam Rencana Memancing Hantu kami juga beraksi bersama. Di jaman sekarang, punya rekan tim yang bisa dipercaya itu susah. Jangan-jangan Profesor Wang mau merebut anggota kami?"
“Duduk dan bicara?” Wang Xiaoming melihatnya, memeriksa sekilas.
“Tentu tidak masalah, kebetulan saya sedang minum teh bersama Zhong Shan. Kebetulan Profesor Wang bisa menilai skill saya menyeduh teh, saya sudah dapat arahan dari profesional.” Guo Fan memaksakan senyum.
“Yang Mulia Profesor Wang.”
Begitu Wang Xiaoming masuk, Zhong Shan buru-buru bangkit dan menyapa.
Di sini, siapa pun boleh dicari masalah, kecuali Wang Xiaoming ini.
