"Yang Jian meninggalkan kompleks rumah tradisional tadi, dia bergegas menuju lokasi anomali berikutnya. Karena sebagian besar pusat kota pernah tertutup wilayah hantunya, banyak titik yang sedikit-sedikit dia ingat. Hanya saja aksi hari ini lebih tersembunyi, dia tidak menutupi seluruh kota dengan wilayah hantu secara terbuka. Kalau tidak, markas mungkin mengira dia sedang cari masalah lagi."
"Dia tidak ingin merepotkan diri sendiri maupun orang lain, jadi mencari dengan rendah profil."
"Kali ini, Yang Jian tiba di sebuah kompleks perumahan."
"Kompleksnya tidak besar. Meski gedung-gedung sudah direnovasi, tetap terlihat agak tua. Jenisnya rumah tangga dengan lantai sedikit tanpa lift."
"Tempat ini juga bermasalah, dan sama sekali belum diblokir. Artinya tidak ada penanggung jawab yang pernah datang ke sini. Ini adalah area anomali yang belum terdeteksi." Yang Jian berdiri di bawah sebuah gedung apartemen.
"Dia melihat ke atas."
"Mata hantu menunjukkan keanehan, tak berani memandang ke arah ruangan tertentu di lantai empat, langsung menutup matanya sendiri."
"Lukisan Hantu lainnya?" Yang Jian merenung.
"Dia memandang sekeliling."
"Menyadari kompleks ini belum terpengaruh, artinya lukisan hantu ini belum membentuk wilayah hantu. Berbeda dengan kejadian di kamar tidur Miao Xiaoshan dulu. Ini kabar baik baginya."
"Tidak terbentuknya wilayah hantu berarti tingkat bahaya Lukisan Hantu ini sangat rendah, bahkan bisa dikurung dengan mudah tanpa usaha khusus."
"Ayo naik lihat."
Yang Jian tidak gentar, hanya lebih berhati-hati. Di hadapan Lukisan Hantu, mata hantunya sama sekali tak berguna, setara dengan dikendalikan sepenuhnya. Mustahil melakukan evakuasi tepat waktu, sehingga masih ada risiko terjebak.
Tak lama kemudian.
Dia menaiki tangga menuju Unit 401 lantai 4.
"Benar tidak terbentuk Wilayah Hantu, bahkan seluruh lantai ini tidak terpengaruh. Bahkan di lantai atas dan bawah masih ada penghuni." Yang Jian mendengar suara warga dari lantai atas.
Harus diakui bahwa keberuntungan para warga ini benar-benar luar biasa.
Hanya terpisah satu lantai, berkat keunikan Lukisan Hantu, mereka tidak terpapar fenomena gaib ini sehingga terhindar dari pengawasan Lukisan Hantu dan bisa tetap hidup normal.
Pintu gerbang Unit 401 lantai 4 masih terkunci rapat, tapi bagi Yang Jian, membobol pintu sudah menjadi keahliannya.
Tak lama, pintu gerbang terbuka.
Yang Jian melirik ke dalam. Gelap gulita, tak ada bau busuk mayat yang menyengat, juga tidak terasa aura dingin dan menyeramkan. Kegelapan ini hanya karena lampu tidak dinyalakan.
Tanpa ragu, dia langsung masuk dan menyalakan lampu ruangan.
Seiring dengan menyala terangnya lampu di ruang tamu, barulah situasi dalam ruangan terlihat jelas.
Tak ada kejutan sama sekali.
Di ruang tamu, dia melihat sebuah lukisan - sebuah lukisan minyak berukuran raksasa.
Di sebelah lukisan minyak itu tergeletak selembar kanvas, mungkin sebelumnya digunakan untuk menutupi lukisan tersebut.
Yang Jian masuk ke dalam dan berdiri di depan lukisan minyak. Matanya memeriksa sekilas, melihat seorang wanita berpakaian merah bergaya Eropa tergambar di lukisan itu. Fitur wajah wanita itu buram, seolah tersenyum namun juga seperti mengintip segala sesuatu di ruangan, menimbulkan kesan ganjil yang sulit diungkapkan.
Latar belakang lukisan ini berbeda dengan beberapa lukisan minyak yang pernah dilihatnya di markas. Latar lukisan tersebut justru menampilkan pemandangan kompleks perumahan ini.
Dalam lingkungan redup yang menekan, deretan gedung apartemen tersembunyi di baliknya - rusak, sepi, seakan tak ada penghuni hidup. Kontras ini membuat karya seni yang seharusnya bernilai tinggi justru terasa mengerikan.
"Tangan wanita dalam Lukisan Hantu itu tidak menjulur keluar." Yang Jian memperhatikan bahwa meski tangan wanita dalam lukisan ini masih terlihat pucat bersih, namun tidak mencuat keluar dari bidang lukisan.
Semua keanehan seolah menghilang tanpa bekas. Lukisan ini terlihat sangat normal.
Namun selain itu, Yang Jian juga mencurigai satu titik tertentu.
Di sudut redup yang tak mencolok pada lukisan tersebut,
Tergeletak mayat yang sudah mati selama berhari-hari. Mayat ini tak selaras dengan latar lukisan, muncul secara tiba-tiba dengan posisi melingkar di lantai, terdistorsi, kepala terangkat memperlihatkan fitur wajah yang cekung dengan ekspresi ketakutan mendalam.
Yang Jian tatapannya bergetar lemah: "Orang dalam Lukisan Hantu itu adalah penghuni rumah ini. Karena tinggal sendirian, jadi setelah dibunuh oleh Lukisan Hantu tidak ada yang memperhatikan... Dari perspektif ini bisa disimpulkan bahwa Lukisan Hantu tidak bekerja melalui pembunuhan, juga tidak akan membunuh orang yang pernah melihatnya."
Saat ini dia berdiri tepat di depan Lukisan Hantu, tapi tidak ada serangan dari Lukisan Hantu.
"Tapi melihat Lukisan Hantu jelas merupakan salah satu syarat untuk dibunuh. Ini bisa menjelaskan mengapa Lukisan Hantu ini ditempatkan di sini begitu lama tanpa ada orang sekitar yang menjadi korban. Jika tidak ada yang masuk ke sini, mungkin Lukisan Hantu ini tidak akan pernah membunuh lagi."
Setelah berpikir sejenak, Yang Jian memutuskan untuk memindahkan Lukisan Hantu ini.
Sebelumnya dalam rapat markas pernah mendiskusikan tentang Lukisan Hantu.
Latar belakang dalam Lukisan Hantu diduga saling terhubung. Jika bisa masuk ke salah satu Lukisan Hantu, maka sumber masalahnya bisa ditemukan dari Lukisan Hantu tersebut.
Jadi, Yang Jian hanya perlu mengumpulkan satu Lukisan Hantu sebagai titik terobosan.
Segera dia mengambil kain kanvas di lantai untuk menutupi Lukisan Hantu, mencegah pengintaian orang lain yang mungkin menyebabkan perubahan tak terduga.
Yang Jian mengangkat Lukisan Hantu turun tangga.
Di bawah tangga ada dua orang sedang naik ke lantai atas, ketiganya bertemu di lorong tangga.
"Kau? Yang Jian?"
Tiba-tiba, salah satu dari mereka sepertinya mengenali Yang Jian, nada bicaranya terdengar heran, dengan ekspresi wajah yang sulit dipercaya.
Hm?
Yang Jian melirik sekilas, melihat seorang wanita berkacamata hitam, tapi sepertinya dia tidak mengenalinya.
Karena di kota ini sangat sedikit orang yang dikenalnya.
"Siapa kau?" Langkah Yang Jian terhenti, matanya menatap tajam ke arah wanita itu.
“Wanita ini buru-buru mengenakan kacamata hitam, dengan ekspresi rumit berkata: ‘Namaku Su Qing, sebelumnya pernah bertemu di pesawat, meski sikap Tuan Yang waktu itu tidak ramah, tapi tetap harus berterima kasih.’”
“Pesawat?” Yang Jian berpikir sejenak.
Sepertinya ada sedikit kesan.
Penumpang wanita yang diserang tangan hantu?
“Aku ingat, kau wanita yang hampir mati itu? Dibandingkan terakhir kali, sikapmu jauh lebih baik. Ternyata orang baru akan berubah setelah menderita kerugian.”
Yang Jian tetap berwajah dingin; “Tapi tak perlu berterima kasih padaku, tak ada yang layak kau syukuri. Aku hanya menjalankan misi saja.”
Setelah berkata demikian, dia bersiap pergi.
Cukup sudah menyapa wanita asing yang hanya pernah sekali bertemu ini. Tak perlu membuang-buang waktu.
“Halo, Saudara, tadi pacarku mengucapkan terima kasih, sikapmu seperti ini? Terlalu tidak menghormati orang lain.” Seorang pria berbadan kekar di sebelahnya mengerutkan alis dengan kesal.
Yang Jian meliriknya, lalu melihat wanita bernama Su Qing: “Kelihatannya kau cukup bijak, tidak menyebarkan kejadian kemana-mana. Ini memang menguntungkanmu. Tapi kalau ada waktu, ajarilah pacarmu: ada tipe orang yang meski sangat menyebalkan dan bersikap jahat, kalian harus tetap menahan diri.”
“Karena ini demi kebaikan kalian sendiri. Dan jangan buang waktuku lagi, aku sibuk.”
“Maaf Tuan Yang, sungguh maaf.”
Su Qing buru-buru meminta maaf, sambil menarik-narik lengan pacarnya, memberi isyarat agar tidak mengganggu orang di depan mata ini.
Karena pria bernama Yang Jian ini memang sangat berbahaya, dan semakin menakutkan.
Yang Jian tidak berbicara, hanya membawa Lukisan Hantu lalu turun tangga.
Begitu dia pergi, pria itu tidak bisa menahan diri memarahi: "Apa-apaan ini, sikapnya terlalu jahat, sama sekali tidak menghargai orang. Su Qing, kalau bukan karena kau menahanku, pasti aku belum selesai dengan orang ini."
"Jangan bicara lagi, dia tidak boleh dimusuhi." Su Qing kesal, khawatir pacarnya yang tidak bisa membaca situasi tadi akan menimbulkan masalah.
"Kenapa tidak boleh dimusuhi? Keluarga mereka kaya?"
Su Qing tidak tahu bagaimana menjelaskan, dia juga tidak berani menceritakan kejadian di pesawat hari itu kepada siapa pun agar tidak merepotkan.
"Sudahlah, kita pulang saja, lupakan kejadian tadi. Ini cuma kebetulan, orang seperti Yang Jian tidak akan kita temui lagi di masa depan."
"Tunggu."
Tapi baru naik setengah lantai, Su Qing tiba-tiba berhenti langkahnya, raut wajahnya langsung penuh ketakutan, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.
"Cepat, kita harus segera pergi dari sini."
Nada suaranya panik, dengan tergesa-gesa menarik pacarnya untuk berbalik dan turun tangga.
"Tiba-tiba kenapa begini?" Pacarnya tampak bingung, bahkan penuh tanya dengan perilaku aneh ini.
Alasan Su Qing seperti ini karena dia menyadari sesuatu yang mengerikan: Mengapa Yang Jian muncul di sini?
Mungkinkah kompleks perumahan ini juga angker?
Selain itu, saat pergi tangan Yang Jian tampak memegang sesuatu yang dibungkus kain putih, terlihat sangat khusus.
"Kita tidak boleh tinggal di kompleks ini..." Su Qing langsung merasakan merinding di sekujur tubuhnya.
Karena ternyata dirinya sendiri sudah tinggal selama beberapa hari di bangunan bermasalah ini.
