"Arsip itu kemungkinan besar bermasalah, atau hanya berisi separuh informasi penting sebagai umpan untuk menjebak saya. Jika saya membaca informasi tersebut, sama saja terpapar gangguan informasi palsu yang justru akan mempengaruhi penilaian saya sendiri."
"Daripada begitu, lebih baik tidak usah dilihat. Orang bernama Wang Ye itu datang dengan agenda tersembunyi, bukan atas dasar kesungguhan. Saya tidak punya waktu untuk tawar-menawar dengan mereka. Kalau tidak memenuhi syarat saya, ya sudah dihabisi saja. Lain kali, mereka akan paham pentingnya menunjukkan kesungguhan."
Yang Jian kembali ke Vila No.8. Ia tidak memusingkan kejadian tadi. Kematian Wang Ye hanyalah tindakan spontan, sama sekali tidak menggoyahkan hatinya.
Meski ia tidak sembarangan bertindak terhadap orang biasa, itu hanya bentuk pengendalian diri semata. Yang Jian tidak ingin kehilangan sifat kemanusiaannya dan berubah menjadi algojo yang beku rasa. Tapi bukan berarti orang biasa bisa seenaknya mengatur siasat licik di hadapannya.
Dengan kata lain, ketika orang biasa dengan niat terselubung berdiri di depan Yang Jian, mereka harus siap menghadapi maut.
Lagipula, informasi tentang Lukisan Hantu tidak terlalu krusial bagi Yang Jian.
Di bawah kutukan kotak musik, bahkan berhadapan langsung dengan Lukisan Hantu pun ia bisa nekat mengambil risiko.
Apalagi, kali ini tujuannya sama sekali bukan untuk mengurung Lukisan Hantu, melainkan hanya ingin menemukan hantu sumber sejati yang ada di dalam lukisan itu.
"Nah, mari kita teliti lukisan ini untuk menemukan inti permasalahannya."
Yang Jian memasukkan Lukisan Hantu ini ke sebuah ruangan kecil yang menyerupai ruang aman.
Mengunci pintu.
Tempat ini kira-kira bisa mengisolasi Wilayah Hantu, dengan syarat dinding sekitarnya tidak mengalami kerusakan parah.
Setelah menegakkan Lukisan Hantu di depan dinding, Yang Jian langsung membuka kain putih yang menutupinya.
Lukisan minyak tua yang menyerupai karya seni Barat itu kembali terpampang di hadapannya.
"Tidak ada reaksi sama sekali, juga tidak ada keanehan."
Yang Jian berdiri di depan lukisan besar ini sambil merenung.
"Apakah aku belum memenuhi aturan membunuhnya? Atau jangan-jangan Lukisan Hantu ini belum sepenuhnya terbangun?"
Yang Jian teringat adegan pembunuhan Lukisan Hantu sebelumnya, yaitu saat ia dan Li Yao mengunjungi sebuah kompleks perumahan. Ada seseorang yang bersujud di depan Lukisan Hantu, kepalanya menyatu ke dalam bingkai lukisan... Sepertinya dalam kondisi tertentu, manusia bisa memasuki lukisan ini.
Tentang apa yang terjadi setelah masuk ke dalam Lukisan Hantu, itu diluar pengetahuannya.
Tapi untuk menemukan sumbernya, ia harus masuk ke dalam lukisan.
Karena diduga semua Lukisan Hantu saling terhubung, melalui satu lukisan bisa menemukan lukisan asli yang ditempeli hantu gentayangan.
Setelah berpikir sejenak, Yang Jian mengulurkan tangannya menyentuh Lukisan Hantu.
Tangannya tidak menembus masuk, hanya menyentuh permukaan lukisan minyak. Situasi gaib yang dibayangkannya tidak terjadi. Jika saja mata hantunya tidak masih dalam kondisi meredup, bahkan ia akan mengira ini hanyalah replika biasa tanpa unsur gaib sama sekali.
"Mungkin syaratnya belum terpenuhi."
Ekspresi Yang Jian berubah samar, teringat akan Cermin Hantu di Kota Dachang.
Orang biasa pertama kali bercermin, di dalam cermin tidak akan ada siluet orang. Namun seiring waktu berlalu, di kedalaman cermin akan ada seekor hantu perlahan mendekatimu, berwajah yang secara bertahap menyerupaimu. Begitu gerakan menyamai orang di luar cermin, Cermin Hantu akan mengurung orang itu ke dalam cermin, sementara hantu dari cermin akan muncul.
Jadi, syarat Cermin Hantu adalah durasi bercermin dan kesesuaian gerakan.
Lukisan Hantu juga prinsipnya sama, hanya syarat Lukisan Hantu tampaknya lebih spesifik. Yang Jian ingin aktif memicu syarat ini untuk masuk ke dalam Lukisan Hantu, justru agak sulit.
"Bukan menonton, juga bukan kontak... Tapi kenapa orang biasa mudah diserang Lukisan Hantu? Lagipula kemunculan Lukisan Hantu juga tanpa aturan." Yang Jian mengerutkan alut.
Menganalisa aturan membunuh Lukisan Hantu tanpa petunjuk sama seperti meraba-raba di kegelapan, tingkat kesulitannya sangat tinggi.
Yang Jian berpikir jika dirinya masih belum bisa menyentuh aturan membunuh Lukisan Hantu, metode tersisa adalah mencari Lukisan Hantu lain.
Sebuah Lukisan Hantu yang sudah membentuk Wilayah Hantu.
Karena dalam taraf tertentu, Wilayah Hantu adalah turunan dari Lukisan Hantu.
"Lukisan Hantu yang ditemui di sekolah Miao Xiaoshan waktu itu sudah membentuk Wilayah Hantu, areanya kecil hanya mencakup dua lantai, tapi bagiku itu target yang bagus: tidak terlalu berbahaya, juga bisa cepat masuk ke dalam Lukisan Hantu."
Hanya saat itu tidak ada pemikiran seperti ini, Lukisan Hantu sudah dikurung.
Setelah dikurung, hampir mustahil untuk melepaskannya kembali.
"Perlu mencari lukisan hantu lainnya?" Yang Jian menarik kembali tatapannya, ingin berkeliling lagi di kota.
Dengan efisiensi aksinya, menemukan lukisan hantu kedua dan ketiga akan sangat mudah.
Namun efisiensi seperti ini hanya berlaku untuknya saja. Pengendali Hantu lainnya yang menggunakan wilayah hantu secara luas seperti ini sama saja menghadiahkan nyawa, mereka semua menghadapi masalah kebangkitan hantu - kemampuan hantu hanya akan digunakan saat berhadapan dengan hantu.
Setelah merenung sejenak, Yang Jian tak ingin membuang waktu di sini.
Tapi tepat saat dia bersiap membuka pintu rumah untuk pergi.
Tiba-tiba, penerangan di ruangan meredup, perasaan ganjil yang tak terucap muncul di belakangnya.
"Hm?"
Ekspresi Yang Jian berubah, langkahnya langsung terhenti, matanya yang keabu-abuan menatap tajam lukisan minyak yang berdiri di samping dinding.
Namun lukisan di dinding telah menghilang, hanya menyisakan bingkai lukisan. Bingkai ini tergantung di sini seperti bingkai pintu, melalui retakan itu dia bahkan bisa melihat pemandangan lain.
Tampak sebuah kota metropolitan suram nan menekan, di langitnya berkeliaran benda-benda keabu-abuan seperti abu kertas, atau mungkin semacam awan kegelisahan.
"Muncul?"
Saat ini Yang Jian merasa sangat heran.
Lukisan Hantu tadi masih baik-baik saja tanpa reaksi apapun, bahkan sempat ingin dia tendang. Tapi hasilnya, tepat saat ingin pergi, Lukisan Hantu telah menunjukkan perubahan ganjil yang tak terduga ini.
"Tidak, masih kurang satu hal? Perempuan dalam lukisan itu."
Yang Jian segera melihat ke kiri-kanan, tapi hantu dalam lukisan telah lenyap, tidak muncul di hadapannya maupun di dalam ruangan.
“Masih di dalam?”
Dia menatap bingkai lukisan itu. Jika posisi hantu tidak berubah, maka hantu seharusnya berada di dunia dalam lukisan, tepatnya di kompleks perumahan tempat Su Qing berada yang pernah dikunjungi sebelumnya.
"Aku memindahkan Lukisan Hantu di dunia nyata, tapi latar belakang dalam lukisan itu belum sempat berubah. Jadi hantu tidak mengenal jalan, makanya tidak keluar dari pintu ini. Tapi seiring berjalannya peristiwa, selama pintu ini tetap ada, hantu pasti akan meretas kembali ke dunia nyata."
"Karena itu, untuk menjaga Lukisan Hantu dalam kondisi relatif aman, kita harus terus-menerus memindahkannya."
Seketika.
Yang Jian teringat saat pertama kali melihat Lukisan Hantu di Kota Dachang dulu.
Saat itu Lukisan Hantu telah membentuk Wilayah Hantu, tapi hantunya justru terpancing oleh Lilin Hantu dan terus berkeliaran.
Sekarang dia sepertinya paham, mengapa Lukisan Hantu harus terus dipindahkan. Hanya dengan cara ini ancaman hantu bisa diminimalkan. Tapi begitu berhenti, krisis Lukisan Hantu akan segera meledak.
"Mau masuk melihat-lihat?"
Yang Jian berdiri di depan bingkai lukisan. Dari sini terlihat bangunan metropolitan raksasa di dalamnya yang identik dengan kota tempatnya berada sekarang. Hanya beberapa area yang masih terlihat cacat, seolah diselimuti kegelapan dan belum tersambung dengan wilayah lain.
Tapi perbedaannya sudah hampir tidak terlihat.
Proses meretasnya Lukisan Hantu ke kota ini sudah melebihi 50%.
Dengan kata lain, dalam beberapa hari lagi latar belakang Lukisan Hantu akan berubah lagi. Saat itu yang muncul bukan lagi sekadar satu jalan atau kompleks perumahan, melainkan seluruh latar kota besar.
“Apa yang akan terjadi saat itu, meski Yang Jian tidak mengetahuinya, tapi pasti akan menjadi sebuah mimpi buruk.”
“Sekarang, keraguannya memasuki dunia Lukisan Hantu bukan karena takut mati, melainkan khawatir masuk mudah keluar sulit. Begitu terperangkap terlalu dalam hingga menghabiskan dua tiga hari, dia akan tewas di tangan kutukan kotak musik.”
“Tapi setelah merenung sejenak, Yang Jian akhirnya memutuskan untuk mencoba masuk sekali.”
“Setelah memastikan ruangan ini aman untuk sementara, dia membungkuk melewati bingkai lukisan, langsung menginjakkan kaki ke dunia Lukisan Hantu.”
“Begitu masuk, Yang Jian mendapati sekelilingnya redup, hanya latar belakang kota buram yang terlihat di kejauhan. Bingkai lukisan di belakangnya masih ada, tapi kiri-kanan sekeliling kosong melompong, bahkan jalan pun tak terlihat.”
“Dia tak bisa memahami perkiraannya ini, seluruh tubuhnya seolah terisolasi.”
“Posisi pintu keluar jangan sampai terlupakan.”
“Yang Jian meninggalkan sebuah peluru sebagai penanda. Peluru berbahan emas ini takkan terpengaruh, selama ditaruh di sini mustahil bergeser, tak peduli apa pun yang terjadi di sekitarnya.”
“Dia mencoba berjalan menuju kota besar yang terselubung redup di kejauhan - pusat dari Lukisan Hantu.”
“Banyak latar belakang Lukisan Hantu terpampang di sana.”
“Baru beberapa langkah diayunkan, tiba-tiba di bawah kakinya muncul jalan secara ganjil. Jalan ini menyambung ke jalan lebar kota di kejauhan, seolah ingin menggiringnya masuk ke kota mati itu.”
“Hanya saja jalan yang muncul ini berkelok tak beraturan, persis seperti coretan kuas sembarangan.”
“Matanya berkedip, tanpa gentar melangkah di jalan ini sambil maju.”
"Kota itu sangat berbahaya... karena di dunia Lukisan Hantu tidak hanya ada seekor hantu, di lukisan ini pernah mati Pengendali Hantu, jadi hantu mereka mungkin juga terjebak dalam lukisan."
Yang Jian terus berjalan ke depan, ia menemukan bahwa meski dunia Lukisan Hantu terlihat luas, sebenarnya saat berjalan kota yang awalnya jauh dengan cepat muncul di hadapan. Situasi ini sangat tidak logis, persepsi jarak seolah diubah.
Dia tahu ini kemampuan wilayah hantu.
Jarak di dalam wilayah hantu tak bisa dibandingkan dengan dunia nyata.
Tempat yang terlihat jauh mungkin bisa dicapai dengan beberapa langkah, sedangkan lokasi dekat mungkin tak pernah bisa dijangkau meski terus berjalan.
"Jika aku tinggal lama di sini, apakah mata hantu akan dikendalikan sampai jalan buntu?" Yang Jian mengusap-usap punggung tangannya.
Mata hantu sama sekali tidak terasa, seolah hantu ini tidak ada dalam tubuhnya.
Tapi Bayangan hantu dan tangan hantu masih eksis, tak terpengaruh.
Tak lama kemudian.
Ia menyelesaikan jalan setapak itu, tiba di jalan utama kota.
Memandang ke kiri dan kanan.
Pemandangan sekitar identik dengan kota sebenarnya, bahkan banyak detail seperti toko, mobil, dan beberapa barang di toko mainan, persis tanpa perbedaan dengan dunia nyata.
"Wilayah hantu Lukisan Hantu sudah bisa memengaruhi dunia nyata, tidak, bahkan lebih khusus." Yang Jian mencoba menendang mobil yang parkir di pinggir jalan.
Selain alarm tidak berbunyi, sensasi yang dirasakan sama seperti benda nyata, bahkan bagian yang ditendangnya benar-benar cekung.
"Hm?"
"Berjalan di jalan yang mati dan kosong, tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya menatap ke sebuah toko di tepi jalan."
"Entah ini ilusi atau tidak, dia merasakan sensasi sedang diawasi."
