Hantu yang disertai suara langkah kaki belum pergi, masih berkeliaran di lantai empat. Makhluk itu mungkin sewaktu-waktu turun ke lantai tiga, namun sejauh ini tidak ada orang di tangga sehingga hantu memilih meredam aktivitasnya.
Saat ini mata hantu Yang Jian dikendalikan, membuatnya tak bisa melihat makhluk itu. Tapi dia tahu, ini adalah hantu gentayangan yang sangat mengerikan.
Pasalnya, baru saja dia dibunuh sekali oleh hantu ini.
Kutukan abadi kotak musik menyelamatkan kesadarannya, memungkinkannya hidup kembali.
“Dari situasi tadi, hantu ini seharusnya tertarik pada suara langkah kaki, atau suara naik-turun tangga... Pola membunuhnya pasti terkait dengan langkah kaki. Begitu ada yang mengeluarkan suara langkah kaki, hantu akan terus mendekat. Ketika jarak antara manusia dan hantu sudah sangat dekat, orang hidup pasti mati tanpa ampun.”
Tatapan Yang Jian berkelip-kelip, menganalisa kejadian tadi.
Meski analisanya belum tentu benar, tapi setidaknya dia sudah menguasai garis besar aturan membunuh hantu ini, hanya belum detail saja.
Lagipula dia sudah mencoba dengan mempertaruhkan nyawa, pasti dapat beberapa informasi berguna.
“Tuan Yang, ada apa tadi? Kau baik-baik saja?” Di bawah tangga, Li Yang bertanya panik.
“Ada masalah kecil. Tadi hantu itu sudah sampai di lantai empat, sangat berbahaya. Kalian diam di situ saja, jangan coba-coba pergi lewat tangga! Nanti hantu bisa ikut ke lantai tiga, bahkan keluar gedung... Saat itu terjadi, siapa pun tak bisa menyelamatkan kalian.” Yang Jian berkata tenang.
“Saya paham.”
Li Yang gemetar, menatap tangga redup itu, merasakan bahaya mengerikan yang tak terdefinisi.
Untung saat naik tangga tadi mereka sadar cepat, tahu ada hantu berkeliaran di tangga. Kalau tidak, dia dan Jimmy pasti sudah mati di sini.
Sekarang Yang Jian juga tak berani main-main.
Dia tak bisa memastikan apakah akan diserang lagi oleh hantu itu, atau apakah kutukan kotak musik bisa menyelamatkannya lagi.
"Lagipula hantu ini sepenuhnya memiliki kemampuan untuk membunuh dirinya sendiri dalam sekejap."
"Apakah hantu di tangga juga merupakan peninggalan tim Pengendali Hantu dari luar negeri? Jika iya, itu benar-benar kabar baik. Sulit dibayangkan seberapa mengerikannya orang yang bisa mengendalikan hantu seperti ini." Yang Jian tidak bisa menahan diri untuk berpikir demikian.
Hantu Penghadang Pintu sebelumnya telah dikonfirmasi sebagai peristiwa supranatural yang terbentuk setelah kematian Pengendali Hantu asing. Namun hantu milik orang itu tidak terlalu mengerikan dan masih dalam batas kemampuannya untuk ditangani. Tapi untuk hantu tangga ini, Yang Jian merasa dirinya belum mampu menghadapinya saat ini. Jika di luar, dia hanya bisa menggunakan Mata Hantu dari jarak jauh.
Begitu mendekat, dirinya pasti mati tanpa ampun.
Orang tangguh yang bisa mengendalikan hantu seperti ini akhirnya tumbang dalam Peristiwa Lukisan Hantu. Memikirkannya saja sudah membuat senang.
Karena setelah orang itu mati, hantunya juga terjebak di sini dan tidak bisa pergi.
Meski menambah keganasan di dalam Lukisan Hantu, setidaknya dunia luar menjadi aman dan tidak perlu berhadapan dengan langkah kaki ganjil yang menyeramkan ini.
"Lanjutkan pencarian."
Eksplorasi Yang Jian belum berakhir. Setelah mencari di lantai tiga tanpa hasil, kini dia telah sampai di lantai empat sehingga aksi harus dilanjutkan.
Tapi di koridor lantai empat sekarang ada hantu gentayangan yang mengerikan sedang mondar-mandir, membuat Yang Jian beraksi dengan sangat hati-hati.
Dia tidak mengeluarkan suara langkah kaki, bergerak penuh kehati-hatian ke depan, memulai pencarian seorang diri.
"Untungnya kutukan kotak musik masih ada, kalau tidak Yang Jian pasti tidak akan datang ke sarang hantu ini. Tingkat keganasan di sini benar-benar tidak kalah dengan peristiwa supranatural apa pun yang pernah dia alami sebelumnya."
Bayangan hantu di kaki Yang Jian sedang menjelajahi. Dia tidak hanya mengandalkan mata untuk mencari Lukisan Hantu, tetapi menggunakan bayangan hantu yang menyebar ke seluruh lantai untuk menemukan bingkai lukisan yang tersembunyi di sini.
Waktu berlahan berlalu.
Karena harus menghindari diserang hantu di lorong tangga, efisiensi pencariannya tidak terlalu cepat.
Pada awalnya Yang Jian tidak menemukan apa-apa.
Namun tak lama kemudian Yang Jian menemukan beberapa jejak. Beberapa area di lantai ini sengaja dirusak, dengan selongsong peluru keemasan berserakan di lantai, seolah pernah ada yang bertarung melawan sesuatu di sini pada waktu tertentu.
"Ternyata benar, Pengendali Hantu yang mati di lantai tiga sebelumnya juga pernah ke lantai empat. Mereka mengalami bahaya di sini, lalu lari ke lantai tiga, tapi akhirnya terperangkap oleh Lukisan Hantu dan tidak bisa kabur. Mereka berjuang mati-matian, namun akhirnya semua dibunuh hantu dari Lukisan Hantu. Yang membuatku bingung, mengapa tim Pengendali Hantu termasyhur bisa mati dalam Lukisan Hantu?"
Yang Jian merasa dirinya semakin dekat dengan barang itu, tapi kecemasan di hatinya semakin membesar.
Lukisan Hantu berada di suatu tempat di lantai ini.
Mungkin akan segera ditemukan, tapi yang lebih dikhawatirkannya adalah apa yang akan terjadi setelah benar-benar menyentuh sumber Lukisan Hantu.
Mampukah kutukan kotak musik benar-benar menahan sumber Lukisan Hantu?
Tapi Yang Jian tidak melupakan misi kali ini. Dia sama sekali tidak perlu kontak langsung dengan Lukisan Hantu, cukup menemukannya lalu langsung kabur setelah melihat, menyelesaikan tugas dari lemari hantu.
Cepat.
Yang Jian tiba di depan sebuah ruangan di lantai empat ini.
Tapi saat dia mendorong pintu, seketika mendengar suara benda jatuh di balik pintu, seolah ada sesuatu yang tertabrak karena aksinya membuka pintu.
Begitu menunduk melihat, ekspresi Yang Jian langsung berubah.
Itu adalah sebuah lukisan.
Lukisan itu kosong, hanya berwarna hitam pekat. Sekilas seperti kertas hitam yang dipasang di bingkai, tanpa pola atau pemandangan.
Tapi berbeda dengan kertas hitam biasa, gradasi hitam di lukisan ini bervariasi. Bayang-bayang hitamnya berubah seiring pergerakan cahaya: terkadang seperti telapak tangan, terkadang menyerupai lekuk wajah yang bersembunyi dalam kegelapan. Namun lebih sering, dua titik hitam di lukisan ini bagaikan sepasang pupil hitam yang mengintip dari bayangan.
Lukisan yang sangat ganjil, tapi bukan Lukisan Hantu.
Naluri Yang Jian mengatakan, lukisan ini mungkin menyembunyikan sesosok hantu, atau bahkan seekor hantu yang sedang menunggu waktu tepat untuk keluar dari bingkai.
Namun sebelum sempat mengamati lebih lanjut,
Yang membuatnya semakin terkejut: dinding bahkan langit-langit ruangan ini dipenuhi berbagai lukisan. Ukuran dan motifnya berbeda-beda, tapi memiliki satu kesamaan: latar belakang yang suram dan mencekam.
Memandangnya membuat orang merasa sangat tidak nyaman.
“Ini adalah ruangan yang memajang berbagai lukisan ganjil, kemungkinan besar Lukisan Hantu berada di ruangan ini.” Tubuh Yang Jian bergetar, merasa dirinya telah tiba di tempat yang luar biasa.
Untuk pertama kalinya, muncul keinginan untuk mundur di hatinya, ingin menutup pintu dan segera meninggalkan tempat ini.
Tapi suara musik di otaknya mengingatkannya, dirinya masih terkena kutukan mengerikan, pergi sekarang berarti kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup.
Namun jika memasuki ruangan ini, pasti akan menghadapi bahaya yang sangat mengerikan.
Mungkin begitu masuk akan sulit keluar lagi dalam keadaan hidup.
Setelah menimbang-nimbang.
Akhirnya Yang Jian tidak memilih untuk mundur, tapi dia juga tidak memaksa mencari ruangan berisi berbagai lukisan ini. Sebaliknya, dia mencari dengan hati-hati, jika menemui keanehan akan segera mundur tanpa ragu.
Mengambil lukisan hitam yang terjatuh di depan pintu.
Dia tidak membawanya, melainkan membalikkan lukisan itu dan menutupkannya ke lantai, prinsip "tak melihat maka tak terganggu".
Kemudian Yang Jian memasuki ruangan ini.
Matanya menyapu sekeliling, mencari sekaligus waspada.
Dia melihat lukisan yang tergantung di dinding, latar belakang lukisan itu redup, tapi samar-samar terlihat interior sebuah gedung. Yang paling menarik perhatiannya bukanlah latar belakang lukisan, melainkan tangga tua yang dilukiskan di dalamnya. Satu ujungnya tenggelam dalam kegelapan, ujung lainnya membentang hingga dasar lukisan.
Di atas tangga itu tampak berdiri sosok manusia, hanya memiliki kontur kabur seperti bayangan yang keberadaannya nyaris tak terlihat.
"Tangga ini..." Wajah Yang Jian berubah tegang.
"Tangga dalam lukisan ini persis sama dengan tangga kayu yang baru saja saya injak. Tidak, lukisan ini dibuat berdasarkan tangga itu."
Yang terpenting, hantu tak kasat mata di tangga itu juga samar-samar terlihat dalam lukisan ini.
Melalui latar belakang dalam lukisan, Yang Jian bisa menentukan bahwa posisi hantu saat ini berada di anak tangga ketiga di bawah lantai empat, hampir sama dengan posisi dimana dia diserang.
Tak lama kemudian Yang Jian menemukan lukisan lain.
Terlihat ruang tamu redup dengan televisi layar hitam di sudutnya. Di depan TV terdapat sofa tunggal yang kosong, hantu yang sebelumnya duduk di sana sepertinya telah menghilang.
"Itu ruangan yang baru saja saya dan Li Yang masuki. Awalnya ada hantu di sana, tapi sekarang hantunya ada di tubuh Li Yang, jadi tidak tergambar dalam lukisan."
Yang Jian tampaknya mulai mengerti.
Setiap lukisan di sini berkorespondensi dengan lokasi tertentu di tempat ini, baik ruangan maupun tangga - semuanya bisa ditemukan di sini. Perbedaannya hanya lukisan-lukisan ini menunjukkan situasi sebenarnya di luar, termasuk hantu-hantu yang tersembunyi.
Setelah memikirkan ini, dia tak bisa menahan diri untuk maju beberapa langkah, berusaha melihat lebih jelas lukisan-lukisan lainnya.
Tak berapa lama.
Sebuah lukisan khusus muncul di hadapannya.
Terpampang lukisan langit kelabu dengan desa di tengah sawah yang samar-samar terlihat di bawahnya.
Desa itu dilukis dengan pewarna hitam, tampak buram hanya dengan lekuk garis besar, namun Yang Jian melihatnya dengan jelas: banyak rumah di desa itu yang lekuknya tersambung, dari kejauhan membentuk bayangan peti mati.
Di bagian paling mencolok lukisan itu terdapat plakat bertuliskan tiga huruf, namun tulisan yang buram itu hanya bisa dikenali sebagai "Desa XX".
Ini mungkin nama sebuah desa.
"Tempat itu adalah... Guicha." Ekspresi Yang Jian berubah tegang.
Desa ini sangat familier baginya, wilayah hantu berbentuk peti mati itu semakin ia kenal - ini adalah Guicha yang menghilang dalam Lukisan Hantu.
Hantu gentayangan Tingkat S ini pun terjebak dalam Lukisan Hantu.
Selain Guicha, Yang Jian juga melihat lukisan lain: latarnya menampilkan rumah petak tua pedesaan, di pintu gerbangnya berdiri seorang pria tua berpenampilan rapi. Meski fitur wajahnya tidak jelas, terlihat ia sedang tersenyum ganjil ke arah sini.
Kombinasi lukisan dengan latar tersebut dan pria tua bermuka ganjil itu seketika memberi kesan sedang menghadapi gambar almarhum.
Lukisan ini terasa lebih menyeramkan daripada hantu di tangga sebelumnya.
Yang Jian tak berani menatapnya lama. Ia tahu hantu dalam Lukisan Hantu ini jumlahnya melebihi perkiraan. Mungkin sejak lama lukisan ini telah menjebak banyak hantu, bukan hanya tim Pengendali Hantu dari luar negeri yang mati.
“Jika di kemudian hari menemui tempat yang dideskripsikan dalam lukisan, wajib menghindarinya. Tempat-tempat ini pasti ada Hantu, sama sekali tidak boleh bertemu.”
Setelah mengingat beberapa tempat berbahaya, Yang Jian melangkah beberapa kali ke depan.
Meskipun ruangan ini dipenuhi lukisan, namun lukisan memakan banyak ruang dimensi. Setelah masuk, ia hanya sempat melihat beberapa karya. Lukisan di depan tidak bisa dilihat jelas karena jarak dan sudut, hanya terlihat bingkai lukisan menggantung di dinding. Kontennya tidak bisa ditampilkan di hadapan, jadi untuk melihat lebih banyak wajib melanjutkan penjelajahan ke dalam ruangan.
Untungnya, tidak ada keanehan yang muncul di sekitar.
Meski setiap lukisan mengandung Hantu, namun tidak ada yang muncul di hadapan Yang Jian.
Tak lama kemudian.
Langkah Yang Jian terhenti. Tatapannya tertancap pada sebuah lukisan yang menempati area cukup besar.
Lukisan ini sangat panjang, membentang dari atap hingga ke kaki.
Latar belakang lukisan adalah gedung pencakar langit, namun subjek utama sebenarnya adalah satu gedung.
Sebuah gedung yang diselimuti dunia redup.
Gedung ini memiliki tujuh lantai... persis sama dengan gedung tempat Yang Jian berada.
"Lukisan ini menggambarkan situasi gedung ini." Langsung Yang Jian mengamati lukisan ini dari atas ke bawah dengan cepat.
Namun tak lama, bola matanya menyempit.
Karena di depan pintu lantai dasar gedung ini berdiri seekor Hantu.
Hantu ini terlihat familiar, mengenakan baju merah. Meski fitur wajahnya buram, kemungkinan seorang wanita. Tangan putih bersih, memancarkan keganjilan yang tak terucapkan.
Setelah sekian lama mencari, ternyata Hantu itu berdiri di lantai bawah.
