Lantai teratas Gedung Shangtong.
Dengan kebiasaannya, Yang Jian berdiri di depan jendela besar dari lantai ke langit-langit kantornya, memandang metropolis modern di bawah. Sorot matanya berkilau, seolah sedang merenungkan sesuatu.
“Kira-kira waktunya, batas transaksi saya dengan lemari hantu tinggal dua hari. Jika benar-benar ingin menyetujui permintaan Wang Xin itu untuk menangani insiden hantu mengetuk pintu, saya cuma punya waktu satu hari saja untuk bertindak. Ini adalah masa perlindungan saya.”
“Waktunya masih cukup. Kalau benar-benar menghadapi peristiwa supranatural, hasilnya bisa terlihat dalam satu dua jam.”
Dia masih ragu-ragu, lagipula keputusan seperti ini mengandung risiko besar. Bisa saja sekali ke luar negeri langsung mati di sana, tidak bisa pulang.
“Bos Yang, saya menyeduhkan kopi untukmu.” Zhang Liqin masuk sambil membawa cangkir kopi. Pekerjaannya santai tanpa urusan penting, dia selalu ingin mencari kesempatan untuk menunjukkan kontribusi agar tidak merasa tak berharga.
Yang Jian sedikit tersadar: “Sekarang jam berapa?”
“Jam tiga sore,” jawab Zhang Liqin.
Yang Jian mengangguk, lalu berbalik dan duduk di depan meja kerjanya sambil menyeruput kopi: “Oh ya, aku hampir lupa. Hari ini aku ke kantor tapi tidak melihat Zhang Wei. Ke mana dia?”
Zhang Wei?
“Saya tidak tahu pasti, tidak terlalu memperhatikan Zhang Wei.” Zhang Liqin menggelengkan kepala pelan.
Dia tidak mengenal Zhang Wei, wajar saja tidak memperhatikan.
Yang Jian berpikir sejenak, mengeluarkan ponsel dan menelepon Zhang Wei. Namun nomornya tidak bisa dihubungi, dalam kondisi mati. Setelah memeriksa akun live streaming-nya, siaran terakhir masih lima hari yang lalu, artinya belakangan ini dia tidak siaran.
“Turunlah ke lantai bawah tanya Jiang Yan dan Wang Bin, cari tahu ke mana Zhang Wei. Malam ini aku akan mentraktirnya makan.”
Zhang Liqin mengangguk patuh: “Baik, segera saya tanyakan.”
“Setelah beberapa saat, dia kembali lagi. Bersamanya ada seorang pria dewasa berusia lebih dari empat puluh tahun. Dia adalah ayah Zhang Wei yang bernama Zhang Xiangui, seorang pengusaha kaya ternama di Kota Dachang.”
“Paman Zhang, kenapa kau datang?” tanya Yang Jian sambil berdiri dengan wajah penuh keheranan.
Wajah Zhang Xiangui terlihat muram. Dia berkata, “Aku sebelumnya tidak tahu kalau kamu sudah kembali. Barusan Zhang Liqin pergi menemui Wang Bin, dan Wang Bin yang memberitahuku. Tentang masalah Zhang Wei, aku ingin minta bantuanmu. Hanya kamu yang bisa membantu dalam hal ini. Sebelumnya karena melihatmu belum kembali, aku tidak menghubungimu.”
“Apakah Zhang Wei bermasalah?” Alis Yang Jian berkerut.
“Tidak ada masalah besar. Dia baik-baik saja, hanya saja... dikendalikan orang lain.” Zhang Xiangui menjawab dengan wajah suram.
“Dikendalikan orang lain?” Yang Jian langsung merasa heran.
Di zaman sekarang masih ada orang yang tertarik pada Zhang Wei?
“Sudah melapor ke polisi?”
Zhang Xiangui menggeleng pelan, “Tidak terlalu berguna. Terlalu banyak orang yang hilang akhir-akhir ini. Pihak berwajib tidak bisa menyelidiki semuanya. Lagipula... ini ada hubungannya denganmu.”
“Ada hubungannya denganku?” Yang Jian tampak bingung.
Zhang Xiangui menjelaskan, “Masih ingat teman sekelas bernama Sun Ren?”
“Sun Ren?”
Yang Jian mengernyitkan dahi mencoba mengingat, “Ada sedikit kesan. Dia teman SMA-ku dan Zhang Wei, satu kelas. Setelah kejadian di sekolah setengah tahun lalu, hanya tujuh orang yang selamat. Sun Ren salah satunya. Tapi hubunganku dengannya biasa saja, jarang berkomunikasi.”
Dulu waktu sekolah, setiap siswa punya lingkaran pertemanannya masing-masing.
"Wang Shanshan, Miao Xiaoshan, dan Su Lei yang sudah meninggal itu termasuk dalam lingkaran dewi-dewi berprestasi akademik baik dan cantik. Sedangkan dia bersama Zhang Wei dan Zhao Lei benar-benar bagian dari lingkaran pecundang resmi. Adapun Sun Ren, itu lingkaran lain lagi, mereka tidak bisa bermain bersama."
"Beberapa hari lalu Zhang Wei pergi menemuinya, lalu hilang kontak. Saya hanya menerima beberapa video yang menunjukkan Zhang Wei masih hidup."
Zhang Xiangui mengeluarkan sebuah ponsel sambil berkata: "Sun Ren bilang jika kamu kembali, gunakan ponsel ini untuk menghubunginya. Dia punya beberapa hal yang ingin dibicarakan. Saya rasa dia ingin menemukanmu melalui hubungan dengan Zhang Wei, tapi alasannya apa, saya tidak tahu."
"Tapi bagaimanapun juga, saya berharap Zhang Wei kembali selamat dan sehat. Yang Jian, tolong bantu kami. Apa pun syaratnya akan saya terima."
"Tidak perlu syarat. Masalah ini terkait dengan beberapa hal di masa lalu yang berhubungan denganku. Aku yang akan bertanggung jawab menyelesaikannya. Tenang saja Paman Zhang, dalam beberapa hari Zhang Wei pasti kembali dengan selamat." Kata Yang Jian.
Dia tidak menyangka setelah beberapa hari tidak bertemu, Zhang Wei malah pergi bertemu langsung. Sekarang jadi bermasalah.
"Aku akan coba menghubungi si Sun Ren itu." Yang Jian mengambil ponsel dari tangan Zhang Xiangui. Setelah dibuka, di dalamnya hanya menyimpan satu nomor.
Dia menekan nomor tersebut.
Tak lama kemudian, telepon terhubung.
"Direktur Zhang, saya sudah jelaskan. Kecuali Yang Jian yang mengangkat telepon, saya tidak akan bicara apa-apa." Suara rendah terdengar dari telepon, sama sekali tidak mirip dengan Sun Ren sebelumnya.
Yang Jian langsung menyela: "Sun Ren, ini aku, Yang Jian. Zhang Wei ada di situ?"
“Yang Jian？Hei, benar-benar kau. Menghubungimu memang tidak mudah. Tanpa strategi khusus, bahkan kompleks perumahan tempatmu tinggal pun sulit dimasuki. Kariermu cukup sukses ya. Zhang Wei memang ada di sini, sekarang dia makan enak, tinggal nyaman, hanya gerak-geriknya agak terbatas.” Sun Ren berkata sambil tertawa, namun amarahnya tampak sedikit tidak wajar.
“Zhang Wei sengaja mencarimu untuk bermain, beginikah caramu memperlakukan teman sekelas? Apa kau sadar sedang melakukan apa.” Suara Yang Jian tiba-tiba menjadi dingin.
Sun Ren menjawab: “Sejujurnya, jika bukan karena terjepit, aku pun tak ingin berinteraksi denganmu. Lagipula kau sudah menjadi Pengendali Hantu selama setengah tahun. Seberapa berbahayanya dirimu, hatiku pun tak yakin. Jadi terpaksa mengganggu Zhang Wei. Jangan salahkan aku, untuk bertahan hidup lebih baik, risiko harus diambil.”
“Tampaknya kau juga mengalami banyak hal dan tahu banyak informasi. Seandainya dulu tahu akan berubah seperti ini, seharusnya kau mati saja di sekolah.” Kata Yang Jian.
Ternyata dari enam teman sekelas yang diselamatkannya dulu, tak semuanya normal. Sesekali muncul juga satu dua sampah masyarakat.
“Sekarang sudah terlambat untuk membicarakan itu, Yang Jian. Aku juga tak ingin berdebat. Zhang Wei bisa kukembalikan, bagaimanapun tujuanku bukan dia. Tapi ada syaratnya.” Sun Ren berkata.
“Bicarakan.” Wajah Yang Jian tetap tenang.
Sun Ren menyahut: “Hehe, aku perlu seekor hantu. Hantu yang sudah terkurung.”
Yang Jian mengerutkan kening. Ternyata, dia ini juga mulai merambah lingkaran gaib. Mengincar Zhang Wei bukan untuk uang, tapi menggunakan Zhang Wei sebagai benang untuk menjeratku. Rupanya pengaruh insiden hantu mengetuk pintu dulu sangat membekas padanya, sampai mulai tertarik dengan peristiwa supranatural.
Benda itu memang mengerikan dan berakibat fatal.
“Apakah dia ingin secara aktif menjadi Pengendali Hantu? Atau mungkin dia sudah menjadi Pengendali Hantu……”
“Kau sedang bermain api, Sun Ren. Demi pertemanan sekelas kita, masih ada waktu untuk menghentikan ini.” Kata Yang Jian dengan suara berat; “Barang itu bukan untukmu.”
Suara Sun Ren terus terdengar melalui telepon; “Apa yang kulakukan bukan urusanmu. Berikan jawaban tegas: penuhi permintaanku atau tunggu saja jenazah Zhang Wei. Hidupku sudah hancur, aku tak peduli lagi.”
“Perubahanmu memang drastis.” Dari nada suara Sun Ren, Yang Jian menangkap kegilaan.
Dia sudah mencapai titik ekstrim, bahkan tak peduli nyawanya sendiri. Jelas dia mengalami trauma berat.
“Orang memang berubah, kau juga begitu.” Ujar Sun Ren.
Yang Jian berkata tegas: “Baik, kuterima permintaanmu. Seekor hantu, kan? Aku berikan. Tapi aku harus video call dengan Zhang Wei.”
“Kau tetap langsung pada intinya. Tak masalah, tunggu beberapa menit ya.” Sun Ren menutup telepon lagi.
Memandangi ponsel yang sudah diputus, Yang Jian berbalik: “Paman Zhang, ambil salah satu koper emas dari ruang aman. Hati-hati, jangan sampai jatuh. Itu berisi hantu tak dikenal, dan jangan sentuh barang lain di sana—sangat berbahaya.”
“Baik, segera kulakukan.” Zhang Xiangui menarik napas lalu buru-buru pergi.
“Suruh Zhang Hua datang. Katakan ada pekerjaan.” Tambah Yang Jian.
Zhang Liqin mengangguk dan segera meninggalkan kantor.
Di sebuah kota kecil, terdapat sebuah rumah sewa tua.
Zhang Wei terkunci di sebuah ruangan kecil dengan pintu besi yang dilas rapat, jendela dan pintu yang ditutup rapat-rapat. Di atas kepalanya hanya ada bohlam redup yang memancarkan cahaya samar.
"Zhang Wei, kau hampir bisa bebas. Aku baru saja menghubungi Yang Jian dan dia menyetujui permintaanku. Hei, Yang Jian memang teman sejati, menangkapmu ternyata keputusan yang benar."
Saat itu, seorang pemuda dengan wajah lesu dan ekspresi suram berjalan mendekat sambil memegang ponsel.
Sun Ren menepuk pintu besi: "Sudah kukatakan teknik getar pistolmu palsu, palsu! Kau masih berlatih? Cepat ke sini, Yang Jian mau video call denganmu."
Di dalam ruangan, Zhang Wei berdiri tenang sambil memainkan posisi aneh.
Mendengar ini, Zhang Wei langsung berhenti bergerak, menutup mulutnya, dan mendekat tanpa sepatah kata.
Sun Ren berkata: "Tunggu sebentar, aku akan menghubunginya sekarang..."
Tapi sebelum sempat menyelesaikan kalimat, Zhang Wei tiba-tiba mengulurkan kepala dan menyemburkan dahak kental ke wajah Sun Ren, lalu mengacungkan jari tengah: "Dasar Sun Ren, berani menipu aku! Dahak ini akan membunuhmu!"
Sun Ren mengusap wajahnya yang basah seperti disiram ember air: "Dari mana kau dapatkan begitu banyak air liur?"
"Kukumpulkan selama setengah jam khusus untuk ini." Zhang Wei terkekeh sinis.
"Kau benar-benar punya kesabaran luar biasa."
Sun Ren menatapnya tajam sambil menyambungkan video call: "Maksimal dua menit untukmu."
Layar ponsel menampilkan gambaran Yang Jian yang mulai terhubung.
"Yo, Kakak Kaki! Sudah makan?" Zhang Wei langsung menyapa.
Yang Jian berkata; "Bagaimana kau bisa jatuh ke tangan Sun Ren? Di mana pistolmu? Kenapa tidak langsung tembak saja dia?"
"Jangan ditanya, aku terjebak tipu muslihat anjing itu."
Zhang Wei marah-marah: "Dia mentraktirku makan, menaruh obat di minumanku. Setelah sadar sudah begini keadaannya. Sampai sekarang pantatku masih agak sakit, entah kenapa."
"Inilah akibatnya kalau ketemu base-an offline."
Yang Jian berkata: "Aku baru bicara dengan Sun Ren. Dia akan melepaskanmu. Ayahmu sedang menunggumu di rumah. Jangan sembarangan keluar lagi. Kalau mau janjian, suruh mereka datang ke Kota Dachang. Di sini wilayah kekuasaanku. Aku yang berkuasa. Tempat lain aku tidak bisa ikut campur."
"Masuk akal. Kasihan para penggemar perempuanku. Sudah beberapa hari tidak live streaming, pasti mereka sudah pindah ke pelukan orang lain. Terakhir ada selebriti wanita memberiku hadiah, lain kali aku janjian dengannya ke Kota Dachang."
Zhang Wei bersedih, sama sekali tidak menunjukkan kesadaran bahwa dirinya sedang dikurung.
"Ngomong-ngomong, aku meninggalkan hadiah untukmu di ruang komputer, di PC-mu. Hati-hati, jangan sampai Jiang Yan di rumahmu menemukannya. Dia sering membongkar komputermu." Zhang Wei tertawa hehe.
"......" Yang Jian tidak tahu harus berkata apa.
"Di jaman sekarang, orang kompeten sepertimu sudah langka."
"Sudah, kalian pikir ini obrolan santai?" Sun Ren segera merebut ponsel, lalu menatap Yang Jian: "Begitu saja. Aku akan kirim alamatnya. Antarkan barang itu, setelah sampai aku akan mengambilnya. Jangan main licik, atau Zhang Wei kubunuh."
"Tenang, tidak akan main-main. Di sini saya sangat sibuk, tak punya waktu untuk mengurusmu. Seekor hantu yang sudah terkurung ini saya hadiahkan untukmu. Tapi saat bertemu lagi nanti, sebaiknya kau lebih berhati-hati." Kata Yang Jian dengan tenang.
Sun Ren tertawa; "Masalah itu kita bicarakan saja saat bertemu nanti."
Setelah berkata, dia mengakhiri panggilan video.
"Kronologi kejadiannya kurang lebih seperti ini. Zhang Hua, segera atur personel untuk pergi ke sana." Ujar Yang Jian dengan wajah datar sambil meletakkan ponsel.
Zhang Hua yang baru naik ke lantai atas merenung sejenak: "Tak masalah. Nanti saya akan ambil dokumen Sun Ren dan lacak posisinya. Satu hari cukup untuk menyelesaikan."
"Tidak perlu. Selesaikan dulu transaksi dengannya. Pastikan Zhang Wei kembali dengan selamat baru terbitkan surat pencarian. Begitu menemukan posisinya, segera habisi. Jangan coba menangkap. Dia terlibat peristiwa supranatural, termasuk orang berbahaya. Bukan penjahat biasa lagi." Pandang Yang Jian tajam.
"Kau mengerti maksud saya?"
"Baik, saya tahu harus bagaimana." Kata Zhang Hua, tak membantah arahan Yang Jian.
Menyangkut hal seperti ini, memang harus ditangani serius.
"Kerjakan investigasi tentang Sun Ren itu. Urusan ini saya percayakan padamu. Mengenai barangnya, Zhang Xiangui akan mengantarkan nanti. Saya harap dalam beberapa hari mendengar kabar kematian Sun Ren." Perintah Yang Jian.
Zhang Hua mengangguk khidmat.
Ini misi pertamanya. Jika gagal, diperkirakan akan sulit bertahan di perusahaan ini.
Di sebuah kota kecil.
Sun Ren merenung lama, akhirnya mengirimkan sebuah alamat. Meski tahu Yang Jian mungkin akan membalas dendam, dia tak bisa peduli lagi.
Setelah melakukan semua ini, dia mematikan ponselnya dan langsung membuangnya, lalu merebahkan diri di ranjang dengan wajah lelah.
Dia sedang mengalami siksaan mengerikan. Sun Ren pernah mencoba memasuki lingkaran gaib untuk mencari solusi, namun karena bukan Pengendali Hantu, tak ada yang peduli padanya. Ia tetap tak bisa menyentuh anggota inti lingkaran sosial itu.
Pernah terpikir untuk meminta bantuan Yang Jian.
Tapi nyaris kehilangan nyawa di sana... Sejak itu, ia mengubah pemikirannya.
Manusia tetap harus mengandalkan diri sendiri.
Sun Ren mengangkat tangannya perlahan. Beberapa jarinya hilang, seolah digigit hidup-hidup oleh sesuatu.
Saat pikirannya kacau, ia mulai tertidur lelap.
Namun di ambang tidur, pintu ruangan tiba-tiba berderit terbuka sendiri dengan cara ganjil.
Siluet manusia pucat tampak memasuki ruangan dari balik pintu.
Mayat dingin berwarna keputihan itu - dari postur tubuhnya jelas jenazah perempuan - muncul tiba-tiba tanpa tanda-tanda sebelumnya.
Mayat perempuan itu mendekati ranjang Sun Ren, lalu rebah berat di sebelahnya. Tangan kaku nan dingin menyambar tubuh Sun Ren.
Sun Ren merasakan sesak napas dan dingin yang menusuk. Jari-jarinya bahkan menyentuh rambut mayat yang melilit, teksturnya terasa jelas.
Seketika.
Matanya membelalak. Tubuhnya melonjak bangkit dari ranjang dalam keterkejutan.
Di ruangan yang terang hanya ada dia seorang, tidak ada yang menindih, tidak ada mayat pucat yang samar-samar, tidak ada rambut melilit di tangan, seolah semua yang tadi hanyalah mimpi buruk.
Tapi, Sun Ren melihat pintu rumah yang sebelumnya terkunci rapat, hatinya langsung ciut.
Lima enam kunci pintu semua rusak, pintu rumah terbuka setengah, seolah ada sesuatu yang baru saja memasuki kamarnya.
Mayat perempuan itu bukan mimpi buruk.
"Sialan, datang lagi, dia semakin mendekatiku... Tadi aku jelas merasakan tangan itu sudah menindih tubuhku, sebelumnya hanya berdiri di ujung ranjangku." Telapak tangan Sun Ren bergetar, dia mengingat kejadian mengerikan sebelumnya.
Saat itu, di suatu kali ketika dia tidur, dengan mata berkabut dia membuka mata dan melihat mayat perempuan pucat berdiri di ujung ranjang, menatapnya dengan cara ganjil. Saat itu pemandangan itu membuatnya merasakan kengerian yang luar biasa.
Tapi sekejap kemudian mayat perempuan itu menghilang tanpa bekas.
Dia curiga itu halusinasinya, tapi mimpi buruk itu terus berlanjut. Untuk membuktikan pengalamannya bukan mimpi, dia bahkan memasang CCTV.
Hasilnya membuat putus asa, CCTV-nya tidak merekam hantu, tapi merekam pintu rumahnya yang tiba-tiba terbuka sendiri di suatu saat, seolah pada saat itu hantu sudah memasuki kamarnya, hanya tak terlihat.
Setelah menonton video itu, Sun Ren paham bahwa dirinya sedang diawasi oleh hantu.
"Seperti peristiwa yang dialami di Sekolah Menengah 7 dulu, hanya saja hantu kali ini diganti, bukan lagi orang tua, melainkan mayat perempuan."
"Sejak itu, dia tak berani tidur lagi, karena setiap kali terbangun, mayat perempuan itu pasti datang."
"Semakin dekat setiap kali."
"Kali ini sudah muncul di sebelah bantal... Jika dibiarkan terus, Sun Ren merasa pasti akan hancur."
"Menjadi Pengendali Hantu dan mengusir hantu itu adalah satu-satunya metode Sun Ren untuk bertahan hidup."
"Tidak berani melanjutkan tidur."
"Sun Ren buru-buru bangun dan menuju toilet, dia ingin cuci muka untuk menenangkan diri."
"Sun Ren, mimpi buruk lagi? Cepat cerita, apakah mayat perempuan itu cantik? Tubuhnya bagus tidak? Kalau kau tidak mau, berikan padaku, aku bisa kok." Saat melewati ruangan lain, Zhang Wei langsung mengejar dengan pertanyaan.
"Selama beberapa hari terkunci, Sun Ren agak longgar menjaga rahasia dan memberi gambaran kasar tentang situasinya pada Zhang Wei."
"Diam, Zhang Wei."
"Sun Ren yang baru saja terbangun ketakutan masih dalam perasaan buruk, tak menghiraukan Zhang Wei dan pergi begitu saja."
"Aku benar-benar bisa, sungguh..." Zhang Wei terus berteriak.
"Sun Ren merasa sindiran Zhang Wei ini sangat berbahaya, membuatnya memiliki dorongan kuat untuk membunuh."
"Tadi hampir lupa, seharusnya aku memberitahu Kakak Kaki tentang hal ini, mungkin dia tertarik." Zhang Wei mulai merenung.
“Tunggu, Sun Ren, jangan pergi dulu. Barusan aku teringat sesuatu. Sesuai tata krama Kakak Kaki, setiap kali bertemu peristiwa supranatural harus punya kode nama. Aku sudah memikirkan nama untukmu—kau akan dipanggil Ketindihan Hantu. Bagaimana? Aku benar-benar iri, hantu yang kau temui selalu perempuan. Tidak seperti aku dan Kakak Kaki yang selalu bertemu monster.”
