Ding dong! Ding dong!
Seorang anak kecil ganjil yang mengenakan jubah Shou orang mati, berdiri di depan rumah kayu dua lantai, mengangkat lengannya yang hitam kebiruan untuk menekan bel pintu di samping gerbang.
Di tengah Kota Kobe yang sunyi hingga tidak normal ini, suara bel yang tidak terlalu keras terdengar hampa, bergema pelan di jalanan, menyebar sampai ke tempat yang jauh.
Suara bel terus berbunyi tanpa henti.
Seperti sebuah lelucon jahat, tapi di kota ini sekarang, tidak ada orang yang cukup bosan untuk melakukan lelucon seperti itu. Jika ada, pasti pemilik rumah yang belnya ditekan akan segera menghentikannya.
Namun, meski bel terus berbunyi, pemilik rumah itu tidak kunjung muncul.
Sepertinya itu adalah rumah kosong yang tidak berpenghuni, atau mungkin sebelumnya pernah ada orang yang tinggal, tapi sekarang sudah meninggal.
Anak Hantu itu sangat sabar, ia memperlakukan bel pintu seperti mainan, menekannya berulang-ulang.
Yang Jian yang berdiri tidak jauh menyaksikan tidak menghalangi perilaku ini. Wajahnya tenang, satu mata hantunya mengintai segala sesuatu di dalam rumah itu.
Mata Hantu itu tidak bisa menembus rumah yang diselimuti kegelapan tersebut.
"Sebuah kekuatan gaib menghalangi pandangan mata hantunya. Lagipula ini berada dalam Wilayah Hantu si Hantu Ketuk Pintu. Yang Jian tidak tahu apakah ini karena terhalang kekuatan wilayah hantu, ataukah rumah kayu dua lantai ini sendiri memiliki masalah."
"Yang Jian tidak memaksa untuk mengintai, juga tidak menggunakan wilayah hantu. Karena jika melakukannya, dia mungkin akan terlempar dari sini, seperti saat di Sekolah Menengah 7 dulu ketika dia menggunakan wilayah hantu untuk menahan wilayah hantu si Hantu Ketuk Pintu, hasilnya malah dirinya sendiri membawa teman sekelas yang selamat meninggalkan sekolah."
"Jangan tekan bel pintu lagi, pasti tidak ada orang di dalam. Masuk dan jelajahi, jika menemukan hantu segera kabur keluar."
"Yang Jian mengeluarkan perintah, sekaligus menyuruh anak hantu maju mengintai. Dirinya sendiri mengamati dari kejauhan, tidak mendekati tempat berbahaya."
"Anak hantu berhenti bergerak. Ia mulai aktif lagi, mondar-mandir di sekitar rumah, lalu menemukan jendela yang terbuka dan langsung menyelusup masuk. Tak lama kemudian menghilang dari pandangan, masuk ke dalam rumah yang gelap gulita itu."
"Hati-hati memang tidak salah. Anak hantu memakai jubah Shou, umumnya sangat sulit bagi hantu biasa untuk menghabisi dia."
"Yang Jian melanjutkan untuk menunggu, melihat reaksi anak hantu selanjutnya."
"Kuharap persepsimu benar-benar berguna, bukan sekadar ketakutan yang membuatmu sengaja bicara begitu. Jika tidak, aku akan sangat marah." Setelah itu, dia menoleh memandang wanita bernama Midori itu.
"Keiko cepat-cepat menerjemahkan, memastikan informasi tersampaikan dengan benar."
"Wanita bernama Měidǎo itu buru-buru berkata; 'Aku tidak berbohong, yang kukatakan benar, kumohon percayalah padaku. Aku sudah berusaha keras merasakan posisi hantu, tapi tempat ini terlalu berbahaya. Aku merasa setiap saat bisa mati di sini, karena ada beberapa tempat berbahaya. Barang di rumah ini yang paling dekat dengan kita.'"
Sambil berbicara, raut wajahnya perlahan menunjukkan ketakutan.
Jelas baginya, di rumah ini ada hantu. Saat berjalan tadi dia merasakannya, makanya takut sampai memperlambat langkah.
"Apakah yang kau rasakan bukan hanya satu hantu?"
Mata Yang Jian berkedip, wajahnya terlihat tegas, lalu melanjutkan: "Kau hanya perlu melakukan pekerjaanmu. Sisanya akan kuhandle. Ini satu-satunya gunamu di sini. Tak peduli seberapa takut, kau harus patuh melakukan perintahku."
Keiko menerjemahkan: "Nona Měidǎo, perkataan Tuan Yang sangat logis. Hanya dengan menunjukkan nilai cukup dan mendapat pengakuannya, kita bisa dapat bantuan. Jika tidak, pasti akan dibuang."
"Semangat, Nona Měidǎo! Pasti kita bisa keluar hidup-hidup dari sini."
Sungguh perhatian, meski dia orang biasa dan jauh lebih muda dari Měidǎo, justru menghibur orang lain di saat seperti ini.
"A-aku... aku paham. Akan kukerja keras." Měidǎo mengangguk.
"Dia menyuruh hantu kecil itu menyelidiki situasi di rumah. Cara yang hati-hati, tapi tidak tahu bagaimana mengontrol hantu itu... Kemampuan seperti itu benar-benar membuat iri." Nagasawa bergumam pelan.
"Pria paruh baya di sampingnya justru khawatir: "Ketua klub memanggil kita ke sini pasti juga ada gunanya. Jika Midao hanya bertugas menunjukkan posisi Hantu, maka misi kita pasti juga tidak ringan. Bukankah sekarang kita seharusnya lebih mengkhawatirkan diri sendiri? Jika benar-benar bertemu Hantu, kita tidak bisa kabur.""
""Memang begitu, setiap orang punya saatnya menunjukkan nilai diri. Hanya saja belum giliran kita. Lebih baik menyesuaikan pola pikir dan berusaha mengalahkan ketakutan sendiri. Jangan sampai mati di sini karena kesalahan kecil di akhir, itu akan sangat disayangkan. Bagaimana menurutmu, Senior?"" Nagasawa tersenyum berkata.
Namun percakapan santai ini tetap diterjemahkan oleh Keiko untuk Yang Jian di sebelahnya setelah mendengarnya.
Yang Jian tidak menghiraukan, malah mengerutkan alutnya sambil menatap rumah di depan.
Rumah itu tidak terlalu besar. Anak Hantu sudah masuk cukup lama, tapi sampai sekarang belum keluar.
Perintah sebelumnya adalah segera kabur jika menemukan Hantu. Karena Anak Hantu belum keluar, apakah ini menunjukkan tidak ada Hantu di rumah itu?
Atau mungkin Anak Hantu belum bertemu Hantu?
""Tunggu tiga menit lagi."" Yang Jian melihat jam, menghitung dalam hati.
Rumah itu tidak besar. Dengan kemampuan gerak Anak Hantu, seluruh bangunan bisa dijelajahi dalam beberapa menit.
Tiga menit berlalu dengan cepat.
Rumah yang diselimuti kegelapan itu terlihat sangat tenang. Tidak ada keanehan terjadi, juga tidak ada gerakan terdengar.
“Belum bertemu hantu? Kalau begitu, tidak perlu menunggu lagi. Suruh Hantu Anak keluar, hindari tempat ini. Apapun yang terjadi di dalam rumah ini, yang pasti Hantu Ketuk Pintu tidak ada di sini.”
Yang Jian tidak berniat membuang waktu lagi. Dari luar, ia berteriak memberi perintah agar Hantu Anak segera keluar.
Perintah baru bisa menimpa perintah lama.
Namun setelah teriakan Yang Jian, rumah itu masih sepi. Hantu Anak bagai menguap dari dunia manusia, menghilang tanpa bekas tanpa tanda-tanda akan keluar.
"Ada masalah..."
Wajah Yang Jian langsung berubah muram.
Persepsi Meidao sebelumnya tidak salah. Rumah ini memang bermasalah besar. Keberadaan hantu, fakta bahwa Hantu Anak tidak keluar setelah masuk sudah cukup membuktikan keistimewaannya.
"Aku akan masuk ke dalam. Kalian tunggu di sini. Nagasawa, ikut aku." Yang Jian melirik sekilas lalu bergegas maju.
Setelah diterjemahkan Keiko, pemuda bernama Nagasawa itu mengubah ekspresi, mengangkat bahu, dan terpaksa mengikuti.
Sampai di depan pintu gerbang, tangan mayatnya yang menghitam dan dingin menggengam gagang pintu. Dengan tarikan ringan, pintu terbuka.
Gelap gulita menyambut di dalam. Bau busuk mayat menusuk hidung, seolah ada jasad yang telah membusuk bertahun-tahun, membuat ingin muntah.
"Jaga pintu ini tetap terbuka. Apapun caranya!"
Yang Jian melirik; "Jika tidak bisa, setelah keluar kau akan dihabisi, ini perintah."
Keiko terkejut mendengar ini, lalu dengan hati-hati menerjemahkan pada pria bernama Nagasawa.
"Sungguh perintah yang tidak mempertimbangkan orang lain, tapi dibanding Tuan Yang yang menyelidiki rumah sendirian, ini mungkin masih bisa disebut belas kasihan."
Nagasawa tersenyum; "Kalau begitu, Tuan Yang bisa tenang pergi. Jalan mundurmu saya yang jamin, pasti tidak akan mengecewakan."
Yang Jian diam. Dengan tas barang di tangan dan wajah tenang, ia memasuki rumah gelap gulita di hadapannya.
Ia ingin mencari anak hantu, memastikan apa yang terjadi padanya.
Juga ingin memverifikasi kondisi rumah ini - apakah hantu ketuk pintu ada di dalam? Jika tidak, mengapa tempat ini seperti ini.
"Dinas luar kali ini lebih sial dari sebelumnya, langsung dapat masalah sejak awal."
Yang Jian merasakan sekeliling telah dikelilingi oleh kegelapan. Hanya koridor kabur di kedua sisi yang terlihat, penglihatannya sangat terbatas. Padahal ia punya mata hantu. Jika mata itu ditutup, mungkin ia akan buta total, terpaksa meraba dinding untuk berjalan.
Beberapa langkah kemudian, hawa dingin menusuk membuatnya tegang. Tiba-tiba ia berhenti dan menengok ke belakang.
Seberapa panjang lorong sebuah rumah?
Menurut penilaian Yang Jian sebelumnya terhadap rumah ini, jaraknya paling banter hanya sekitar enam hingga tujuh meter. Tapi sekarang, dari kejauhan dia melihat samar-samar cahaya redup dari pintu gerbang di belakangnya. Jaraknya... sangat jauh, seolah terpisah dua puluh hingga tiga puluh meter.
Jarak telah terpengaruh.
Ekspresi Yang Jian berubah samar. Situasi seperti ini pernah dia alami sebelumnya, yaitu di dunia Lukisan Hantu.
Namun dia tidak mundur, malah melanjutkan perjalanannya.
Tak lama kemudian.
Yang Jian melewati lorong dan tiba di depan pintu geser pertama. Diperkirakan ini adalah posisi ruang tamu rumah.
Di pintu geser terdapat bekas darah yang telah mengering, membentuk jejak cap telapak tangan. Sepertinya ditinggalkan oleh [seseorang], dengan arah telapak tangan mengarah keluar. Artinya, di suatu momen dahulu ada orang dengan tangan berlumuran darah yang membuka pintu geser ini dan berusaha kabur dari dalam.
Tapi orang yang berusaha kabur itu mungkin gagal.
Sepanjang perjalanan Yang Jian tidak menemukan mayat, hanya mencium bau mayat yang terkunci di dalam rumah ini, terasa sangat menyengat.
"Ruang tamunya sangat rapi, tidak berantakan sama sekali. Anak hantu pun tidak ada di sini."
Setiba di ruang tamu, Yang Jian melihat sekeliling secara garis besar. Dia tidak menemukan area yang ganjil, tidak melihat sumber bau mayat, apalagi menemukan jenazah korban.
“Sangat aneh, jika ada orang yang menjadi korban di ruang tamu, itu berarti hantu sebelumnya pernah muncul di sana. Jadi setelah membunuh, seharusnya ada jejak yang tertinggal. Meski ada hal mencurigakan, kita sudah bisa memastikan sepenuhnya bahwa rumah ini tidak ada hubungannya dengan hantu ketuk pintu.”
Dia tahu metode pembunuhan hantu ketuk pintu: begitu pintu gerbangmu diketuk, target yang diawasi hantu akan langsung tewas tanpa kesempatan melawan.
Termasuk jenis serangan pasti mematikan.
Bahkan Yang Jian sendiri tidak yakin apakah dirinya sekarang bisa bertahan dari tiga ketukan orang tua itu.
Brak! Brak! Brak!
Tiba-tiba.
Dari langit-langit di atasnya terdengar suara berat seperti langkah kaki di lantai. Rumah kayu ini kedap suaranya buruk, sehingga Yang Jian mendengar dengan jelas.
Dari suara gerakan itu bisa dinilai, kemungkinan berat badannya setara orang dewasa. Bukan anak hantu yang berjalan tanpa alas kaki dengan langkah ringan.
"Brak, brak!"
Suara terus berbunyi. Yang Jian menengadah ke atas, sangat yakin ada sesuatu melintas di atas kepalanya menuju kamar sebelah, lalu berhenti.
Kegelapan rumah kembali menyelimuti keheningan.
"Hantu itu ada di sana?" Mata hantu Yang Jian menatap tajam ke arah itu seakan mengunci sumbernya.
"Ke lantai atas."
“Yang Jian merasa anak hantu mungkin juga berada di lantai atas, menghilangnya pasti terkait dengan hantu di rumah ini. Namun dia hanya ingin membawa anak hantu pergi, tak ingin membuang terlalu banyak stamina pada seekor hantu tak dikenal.”
“Seketika, dia mempercepat langkahnya, menyusuri lebih dalam ke dalam rumah ini.”
“Setelah berjalan beberapa langkah ke depan, Yang Jian melihat tangga menuju lantai dua.”
“Tangganya agak sempit, tapi tidak ada bahaya, setidaknya tidak seperti terakhir kali ada seekor hantu berdiri di tangga menunggunya, sehingga Yang Jian dengan mulus sampai di lantai dua rumah ini.”
“Melalui posisi yang sudah dipastikan sebelumnya, Yang Jian mendekati tempat asal suara gerakan di lantai dua itu.”
“Tak lama kemudian.”
“Dia berdiri di depan pintu geser yang tidak tertutup rapat, menyisakan celah di tengah, seolah pintu geser ini baru saja dibuka tadi.”
“BAB Keenam Ratus Lima Puluh Tiga Mayat dalam Lemari”
“‘Menurut kalian, apakah Yang Jian bisa keluar dari rumah ini dengan mudah?’”
“Beberapa saat setelah Yang Jian pergi, Nagasawa yang masih berdiri di pintu rumah, bersandar di pintu gerbang, tiba-tiba bertanya sambil tersenyum: ‘Barusan kulihat dia masuk lalu menghilang dari pandangan tak lama kemudian. Persepsi Midō kali ini seharusnya akurat, memang ada hantu gentayangan berkeliaran di rumah ini.’”
“‘Kemungkinan besar dia akan menghadapi bahaya.’”
“Pria paruh baya itu menggerakkan mulutnya ingin bicara, tapi tak berani mengatakannya, hanya jongkok di pinggir jalan dengan wajah berkerut sambil menghisap rokok.”
“‘Tolong jangan membuat dugaan seperti itu, Tuan Yang pasti akan kembali dengan selamat,’ kata Keiko.”
“Daripada menganggur, mari kita berdiskusi. Bukankah Nona Keiko terlalu memperhatikan keselamatan Tuan Yang? Tidakkah sebaiknya kau lebih memikirkan posisimu sendiri? Orang biasa yang muncul di sini sangat mudah menemui kematian. Sedangkan Tuan Yang-mu itu terlihat begitu dingin hingga tidak manusiawi.” Nagasawa melanjutkan.
“Sebenarnya, aku justru berharap Tuan Yang ini mengalami kecelakaan. Setidaknya itu bisa mempercepat penyelesaian misi kita. Jika terus begini, orang-orang dengan kemampuan sepertiku pasti akan mati di sini.”
Sambil berkata demikian, Nagasawa menatap langit redup di atas.
Sepertinya ada lagi kepala manusia yang sudah benar-benar membusuk jatuh, mendarat di suatu sudut kota ini. Namun di saat bersamaan, di tempat lain muncul kepala manusia dengan wajah pucat pasi yang melayang-layang.
Jelas terlihat, masih banyak korban selamat di dalam kota. Ini adalah nasib sial seorang yang baru saja dibunuh oleh hantu gentayangan.
“Nagasawa, menurutku kita harus bertanggung jawab. Ini adalah Kota Kobe, wilayah kita. Ketua klub sudah berusaha keras mendatangkan bantuan dari luar negeri. Pemikiranmu seperti ini benar-benar memalukan.” Pria paruh baya yang sedang jongkok menghisap rokok di sebelah membantahnya.
Nagasawa tetap tersenyum, tidak menggubris sikapnya. Namun tepat saat hendak berbicara, tiba-tiba tubuhnya merasakan dorongan dahsyat dari belakang.
Pintu gerbang besar di belakang mereka tiba-tiba hendak menutup kembali. Seolah ada kekuatan gaib tak kasat mata di dalam rumah yang mempengaruhi segalanya.
“Hm?”
Nagasawa segera menyadari reaksinya, dia langsung menyesuaikan posisi dan menahan pintu gerbang di belakangnya, namun kekuatan dahsyat terus mendorong tubuhnya maju.
"Kekuatan ini..."
Wajahnya berubah pucat. Kekuatan seperti ini tak bisa dilawannya. Jika tidak segera melepaskan pegangan dan pergi, mungkin dia akan terjepit mati oleh pintu gerbang yang menyala ini.
"Apa yang terjadi?"
Yang lain juga melihat situasi Nagasawa dan langsung panik. Mereka menyadari rumah ini mulai menunjukkan keanehan, hampir secara refleks mundur ketakutan.
Sebagai orang biasa, Keiko benar-benar bingung. Wanita bernama Mishima itu bahkan lebih parah reaksinya. Dia merasakan arwah gentayangan yang berkeliaran di rumah ini, dengan panik menjauh dan sama sekali tidak berani mendekat. Jika bukan karena batasan tertentu, pasti dia sudah kabur sekarang.
Pada momen ini.
Di lantai dua rumah.
Yang Jian telah membuka pintu geser dan memasuki ruangan yang sebelumnya menimbulkan suara mencurigakan.
Ini seharusnya kamar utama pemilik rumah. Ruangannya cukup luas dan terlihat rapi tanpa tanda-tanda kerusakan, seolah-olah pemilik rumah sengaja membereskannya sebelum pergi. Tapi bau busuk mayat yang berkeliaran di sini jauh lebih tajam dibanding area lain.
Seolah-olah inilah sumbernya, semua aroma menyengat di rumah ini berasal dari tempat ini.
"Ada yang tidak beres dengan ruangan ini."
Yang Jian menambah jumlah mata hantunya. Tatapannya sekarang bisa mengamati setiap sudut ruangan, mendeteksi sedikit pun keanehan yang ada.
Akhirnya, dia mengalihkan pandangannya ke lemari di dalam ruangan.
Karena Mata Hantu tidak bisa mengintai area tersebut dan juga merasakan bahaya mengerikan, perasaan ini membuat Yang Jian sedikit ragu.
Dalam situasi normal, dia sama sekali tidak akan menyentuh lemari itu.
Tapi Anak Hantu telah menghilang di rumah ini. Jika ada tempat terakhir yang mungkin didiaminya, tidak diragukan lagi itu adalah lemari ini.
"Buka lihat."
Setelah ragu sejenak, Yang Jian membuat keputusan. Dia beranggapan jika memang ada hantu di rumah ini, pastinya berada dalam Wilayah Hantu dari hantu mengetuk pintu. Tingkat kengeriannya seharusnya tidak terlalu tinggi, dan dia yakin bisa menahannya.
Keyakinan dari dalam hati mulai mendominasi.
Dia segera mendekati lemari itu dan membuka pintunya dengan telapak tangan yang dingin dan menghitam.
"Plooong!"
Seketika, mayat pria dewasa jatuh dari lemari. Tubuhnya sudah membusuk dan berbau, terlihat telah disimpan selama beberapa hari hingga wajahnya tidak bisa dikenali. Anehnya, mayat ini sama sekali tidak mengenakan pakaian - seluruh tubuhnya telanjang bulat.
Bukan sekadar satu mayat biasa.
Seluruh lemari dipenuhi tumpukan mayat. Melalui anggota badan dan kepala manusia yang terlihat, Yang Jian memperkirakan setidaknya ada 6-7 mayat dengan jenis kelamin berbeda. Tingkat pembusukannya bervariasi - mayat termasuk tampak baru seolah meninggal kemarin, dengan kulit masih menunjukkan warna sehat.
Mayat-mayat terdistorsi dan tertekan seperti balok kayu, memenuhi lemari yang sempit tanpa menyisakan celah.
Selain itu, semua mayat sama seperti pria yang jatuh tadi - tidak mengenakan pakaian, dan tidak ditemukan pakaian korban di ruangan ini.
Yang Jian memandangi lemari penuh mayat, ekspresi wajahnya berubah samar. Ia menyadari suara langkah yang didengarnya di lantai bawah berasal dari salah satu mayat ini.
Dengan kata lain, hantu gentayangan mungkin adalah salah satu mayat di lemari ini.
Mengenai mayat mana yang menjadi hantu, Yang Jian belum bisa mengidentifikasinya dalam waktu singkat karena semua jenazah di sini menunjukkan jejak invasi gaib, bukan kematian alami.
“Ditemukan.”
Tiba-tiba.
Mata hantu Yang Jian berputar, menangkap sudut pakaian di posisi mayat pria yang jatuh tadi.
Baju itu sangat familiar - jelas merupakan model jubah Shou. Mengingat baju kematian hantu selalu dikenakan anak hantu, berarti setelah masuk ke rumah ini, anak hantu diserang hantu gentayangan lalu ditarik ke dalam lemari ini dan terperangkap di antara mayat-mayat.
Pintu lemari terkunci, situasi kembali tenang, sementara anak hantu terjebak di dalam tanpa bisa keluar.
Ia mengevaluasi situasi sebelumnya dan menyimpulkan bahwa skenario inilah yang paling mungkin.
“Bahkan anak hantu yang mengenakan jubah Shou bisa diserang dan ditarik tanpa perlawanan ke dalam lemari, hantu di rumah ini... sangat ganas. Dari tampilannya, sepertinya bukan dibawa oleh Hantu Ketuk Pintu, melainkan peristiwa supranatural lokal Kota Kobe. Rumah ini adalah rumah angker, hanya saja kasus Hantu Ketuk Pintu kebetulan terjadi di sini, sehingga membawa serta rumah angker ini ke dalamnya.”
Yang Jian merasakan aura mengerikan yang tak terdefinisi.
Jika benar demikian, maka begitu hantu di sini berhenti menekan anak hantu, kemungkinan besar akan beralih menyerang dirinya sendiri.
"Anak hantu tidak boleh diabaikan. Masih ada banyak ruang berkembangnya. Tidak boleh membiarkan rumah angker ini mengurungnya di sini." Yang Jian tahu anak hantu belum mati, setidaknya hantu di rumah ini belum mencapai tingkat yang bisa menghabisi anak hantu.
Karena itu dia memutuskan untuk bertindak.
Kembali mengulurkan tangan untuk menarik mayat yang tersangkut di lemari dinding.
Tangan hantu Yang Jian memiliki kemampuan tak terpecahkan untuk mengendalikan seekor hantu, diperoleh dari peti mati hantu dengan mencuri sebagian puzzle Guicha. Kemampuan ini tidak melemah seiring waktu atau frekuensi penggunaan, menunjukkan kemajuan signifikan dibandingkan versi bajakan sebelumnya.
Mayat yang disentuh tangan hantu tidak menunjukkan fenomena ganjil, dengan mudah ditariknya ke bawah.
Saat mayat-mayat terus berjatuhan ke lantai, Yang Jian menemukan anak hantu yang terkubur di dalamnya.
Tubuh Anak Hantu terjepit di antara dua mayat, tangan hijau kehitamannya terus mendorong. Namun Anak Hantu tak kunjung bisa mendorong mayat yang menindihnya. Mayat itu bagaikan peti mati berat yang menekan Anak Hantu hingga tak bisa bergerak.
Bukan karena kekuatan Anak Hantu kurang, tapi mayat-mayat ini mengandung unsur gaib yang berbeda dengan mayat biasa. Tak mungkin dikalahkan hanya dengan mengandalkan tenaga fisik.
Area di sekitar Anak Hantu basah kuyup, cairan mayat terus menetes tanpa henti. Tingkat pembusukan mayat di sekitarnya semakin parah.
Meski tertekan, Anak Hantu menggunakan cairan mayat untuk membusukkan tubuh-tubuh ini.
Jika situasinya seperti ini, pada akhirnya Anak Hantu akan bisa bebas, hanya butuh waktu yang cukup lama.
"Apakah Hantu itu belum muncul?"
Yang Jian mengangkat mayat pria yang menindihnya, memulihkan sebagian gerakan Anak Hantu. Namun Mata Hantunya tetap waspada mengawasi setiap gerakan di sekitar.
Tak lama kemudian, Anak Hantu mulai bisa bergerak.
Ia melompat keluar dari lemari, kembali merasakan kebebasan.
"Keluarkan kepala manusia itu," kata Yang Jian.
Ia merasa terlalu hati-hati. Andai saja mengeluarkan lebih cepat kepala manusia mati yang membusuk dalam tas punggung Anak Hantu, mungkin Anak Hantu tak akan terperosok dalam situasi ini. Kelemahan Anak Hantu memang kurangnya kemampuan untuk melawan hantu lain.
Ini juga kesengajaan Yang Jian, khawatir suatu hari nanti tak bisa dikendalikan.
Anak Hantu mulai mengeluarkan kepala manusia mati itu dari tas punggungnya dengan pelukan.
Namun pada saat ini, sepertinya karena terlepasnya anak hantu telah merusak keseimbangan tertentu dalam rumah ini, membuat perhatian hantu beralih.
Pada saat ini, pintu geser ruangan tempat Yang Jian berada ditutup dengan cepat, bersamaan dengan itu, mayat-mayat membusuk yang berserakan di lantai tiba-tiba membuka mata mereka. Selain itu, pintu lemari yang sebelumnya menampung banyak mayat sekarang menunjukkan tanda-tanda aktivitas.
Ada sesuatu yang akan muncul dari bawah tumpukan mayat-mayat itu.
Yang Jian menyadari perubahan anomali ini. Dia hanya melihat tumpukan baju compang-camping di bawah mayat-mayat itu, baju-baju ini penuh dengan bekas darah, mungkin hasil jarahan dari tubuh mayat-mayat tersebut.
"Pergi dari sini."
Yang Jian tidak ingin berurusan dengan hantu di sini. Dia segera membawa anak hantu dan bersiap untuk mundur.
Anak hantu memeluk kepala manusia mati di tangannya. Begitu kepala ini muncul, sepasang mata keabu-abuan yang mati rasa langsung menatap tajam ke arah lemari.
Aktivitas di lemari langsung mereda sesaat.
Kemudian anak hantu mengikuti Yang Jian berbalik badan untuk pergi.
Aktivitas di lemari kembali muncul, bahkan menunjukkan tanda-tanda semakin intens, namun sekarang arah pandangan kepala mayat telah berubah.
Pintu geser ruangan yang sebelumnya terkunci rapat, tiba-tiba terbuka kembali dengan suara braak setelah ditatap oleh kepala mayat.
Pengaruh gaib tertentu yang berasal dari rumah ini sedang dikendalikan.
"Yang Jian cepat-cepat mundur, tak lama kemudian keluar dari ruangan, lalu menyusuri tangga menuju lantai dua."
"Tapi begitu dia pergi, mayat-mayat yang tersisa di lemari pakaian berjatuhan satu per satu. Setiap mayat membelalakkan mata, seolah mata tak mau terpejam karena dendam."
"Namun di bagian terdalam lemari itu, di balik tumpukan baju compang-camping yang terkubur, sesosok mayat ganjil tiba-tiba duduk tegak sambil merapikan pinggangnya."
"Brak! Brak! Brak!"
"Sesampainya di lantai satu, Yang Jian kembali mendengar suara dari atas kepalanya - dentuman berat mayat yang menginjak papan kayu."
"Berbeda dengan sebelumnya, kali ini arah suara berubah, sepertinya... menyusuri tangga untuk mengejarnya."
"Mengawasiku sekarang?"
"Sorot mata Yang Jian meredup. Dengan membawa anak hantu, dia bergegas mundur menyusuri rute yang tadi dilalui."
"Hanya saja rumah ini terpengaruh oleh hantu, mengalami perubahan tak terduga. Meski tata ruang tampak sama, setelah benar-benar masuk ke dalam, terasa jelas rumah ini rumit dan ganjil. Padahal seharusnya beberapa langkah saja bisa sampai ke pintu, tapi Yang Jian terpaksa terus berjalan di lorong."
"Pintu gerbag seolah menghilang dari depan mata."
"Tapi ketika menoleh ke belakang, tata letaknya sama sekali tak berubah."
"Mayat-mayat dari lemari pakaian masih bergerak. Meski Yang Jian tak melihat wujud hantu pengejarnya, suara langkah menuruni tangga terdengar jelas, terus mendekat dengan kecepatan yang tak kalah cepat."
