"Setelah membawa keluar Anak Hantu, Yang Jian bersiap untuk mundur dari rumah redup dan ganjil ini. Dia tak ingin terus melawan hantu tak dikenal di sini, mengingat hantu ini bahkan bisa mengendalikan Anak Hantu. Tingkat bahayanya sangat tinggi, bukan tidak mungkin dia bisa tumbang di rumah kecil ini jika lengah."
"Namun ketika dia cepat-cepat kembali ke lantai satu dan menyusuri lorong untuk meninggalkan rumah itu,"
"suara langkah kaki terburu-buru menuruni tangga bergema di dalam rumah gelap gulita yang penuh bau mayat, seolah ada seseorang yang sedang mengejarnya dengan cepat."
"Langkah Yang Jian tak berhenti. Mendengar gerakan di belakangnya, malah mempercepat langkah."
"Hantu yang mengikuti berarti aku sudah memenuhi aturan membunuhnya. Ia akan menyerangku. Dugaan sebelumnya benar - Anak Hantu yang dimasukkan hantu ke dalam lemari sebenarnya mempertahankan keseimbangan cerdik, membuat hantu tak sempat menghadapiku. Karena itu aku bisa leluasa menuju ruangan di lantai dua."
"Sekarang setelah Anak Hantu kubawa keluar, benda yang mengendalikan hantu itu sudah tidak ada. Jadi hantu kembali aktif."
"Hanya dalam sekejap, Yang Jian sudah menganalisa alasan di balik situasi ini secara garis besar."
"Ini adalah hantu gentayangan dengan tingkat keganasan setara Anak Hantu, bahkan mungkin lebih mengerikan."
"Langkah Yang Jian semakin cepat, tapi lorong di depannya seolah memanjang tak terbatas. Jalan pulangnya lebih ganjil dari saat datang. Tak peduli seberapa jauh melangkah, pintu gerbang tetap tak terlihat. Selalu saja berada di dalam rumah ini."
“Seluruh bangunan ini telah dipengaruhi hantu. Siapapun yang masuk ke dalamnya akan tersesat di sini, seolah berada di wilayah hantu alternatif. Padahal mata hantu saya jelas bisa melihat jalan yang benar, namun tubuh tak bisa keluar... Apa yang dilihat mata hantu adalah adegan nyata, tapi tubuh saya masih terjebak dalam rumah yang dipengaruhi hantu ini.”
“Apa yang terlihat oleh mata dan apa yang disentuh tubuh ternyata tidak sinkron. Situasi seperti ini baru pertama kali saya alami.”
Tiba-tiba langkah Yang Jian terhenti.
Tak ada gunanya melanjutkan perjalanan. Kecuali jika dia menggunakan wilayah hantu mata hantu untuk memaksa keluar dari pengaruh rumah ini. Tapi jika begitu, dia juga harus meninggalkan Kota Kobe, lalu meretas kembali wilayah hantu Hantu Ketuk Pintu, dan mencari rekan-rekan yang tertinggal di luar.
Lagipula tanpa orang bernama Mishima, cukup sulit bagi Yang Jian untuk menemukan Hantu Ketuk Pintu dalam waktu singkat di sini.
Bolak-balik ditambah mencari orang, terlalu menyita waktu. Yang Jian tak ingin melakukannya, mengingat dia masih terbebani kutukan transaksi dengan Lemari Hantu. Lebih baik melanjutkan momentum saat ini.
“Saya akan lawan serangan hantu ini. Dengan Tangan Hantu dan kepala manusia membusuk di tangan Anak Hantu, tak mungkin saya tak bisa mengendalikan hantu ini. Dua lawan satu, peluang menang saya masih besar.”
Tatapan Yang Jian memancarkan aura dingin saat memutuskan untuk menghadapi serangan hantu ini.
Tak ada alasan. Sudah sampai di tahap ini, masak iya setiap ketemu peristiwa supranatural harus kabur seperti tikus? Masa tak bisa berani sekali saja?
Langkah kaki yang tergesa-gesa dari hantu di belakang semakin mendekat, bau busuk mayat di udara pun semakin pekat.
Dalam kegelapan tak terlihat di depan, sepertinya ada mayat yang dengan cepat mendekatinya.
Yang Jian berbalik badan, Mata Hantu-nya menyorot ke depan dengan tatapan ganjil, telapak tangannya yang kehitaman dan dingin seperti milik hantu gentayangan sudah siap meluncur. Di sampingnya, anak hantu yang memeluk kepala manusia mati juga menatap ke kejauhan dengan kepala miring.
Tercipta kesan seperti ayah dan anak yang maju ke medan perang.
Waktu terus berlahan detik demi detik.
Setelah sekitar lima detik, hantu yang mondar-mandir di rumah ini akhirnya menampakkan wujudnya.
Yang pertama tertangkap pandangan Mata Hantu Yang Jian adalah sepasang kaki. Ia tak tahu apakah itu kaki manusia, hanya melihat bentuk kaki manusia yang dibungkus berbagai baju kotor dan usang - seolah-olah diambil dari mayat, karena sebagian besar pakaian itu ternoda darah.
Bagian atas tubuhnya adalah mayat membusuk yang dingin dan berbau busuk, tapi juga mengenakan beberapa lapis pakaian berbeda: ada kemeja, ada mantel, membungkus tubuhnya dengan rapat.
"Hantu yang mengenakan berbagai pakaian?"
Hati Yang Jian mendadak dingin: "Lalu apa cara serangan hantu ini..."
Saat ini ia tak tertarik lagi mengetahui aturan membunuhnya, toh rencananya adalah menghadapi langsung serangan hantu. Ia hanya penasaran bagaimana persisnya hantu ini membunuh.
Sesaat kemudian.
Yang Jian merasakan keanehan pada dirinya sendiri. Ia menemukan hawa dingin dan menyeramkan yang tidak biasa menyelimuti pakaiannya, meski tidak merasuki tubuhnya. Saat ini, baju tersebut seolah terkena kutukan tertentu, berubah menjadi sangat aneh - seakan-akan... hidup.
Kemudian, baju yang terkontaminasi kekuatan gaib itu mulai retak dengan sendirinya, seperti sedang dirobek paksa oleh sesuatu.
Yang retak ternyata bukan hanya bajunya, tapi juga nyawa Yang Jian.
Rasa sakit luar biasa muncul di tubuhnya. Meski tak ada luka terlihat, kulit, daging, bahkan tulangnya terasa terkoyak. Jika dibiarkan, ia pasti akan mati terkoyak. Namun pengaruh bayangan hantu membatasi rasa terkoyak ini, menghentikannya setelah mencapai tingkat tertentu.
Tingkat kerusakan baju tersebut juga terpengaruh.
Saat ini.
Yang Jian akhirnya paham: Jika bajunya robek, nyawanya pasti melayang. Kehidupannya telah terikat dengan pakaian yang dikenakannya.
"Apa melepas baju ini bisa membantu?"
Ia mencoba melepas jaket yang terkontaminasi kekuatan gaib itu, namun proses perobekan tetap berlanjut. Sensasi baju yang terkoyak masih menyertainya. Meski bayangan hantu melawan, dengan jelas terasa dua kekuatan supernatural sedang bertarung.
Jelas, untuk terbebas dari hantu gentayangan, tidak bisa dilakukan dengan cara licik seperti melepas jas.
Artinya, begitu hantu ini mengawasimu, serangannya sudah dimulai. Baju di tubuh bukan lagi kunci utama. Satu-satunya cara adalah menggunakan kekuatan hantu lain untuk menahan serangan ini, atau sejak awal menghindari pengawasan hantu... Lalu cara menghindari hantu sejak awal mungkin dengan tidak memakai baju?
Tanpa media pemicu, tidak memenuhi aturan membunuh hantu, secara alami akan baik-baik saja.
Yang Jian melalui ujian kecil ini sudah memahami banyak informasi intelijen tentang hantu ini. Meski terlihat mudah mendapatkan informasinya, sebenarnya dia mempertaruhkan nyawa dengan membiarkan hantu menyerang sekali. Jika orang biasa, pada serangan pertama mungkin bajunya sudah terkoyak dan mati di sini.
Jika dia tidak bisa melakukan pembelaan diri selanjutnya, nasibnya akan sama seperti orang lain yang masuk rumah ini - dibunuh. Karena bayangan hantu meski melawan, seiring waktu mulai kewalahan, dikendalikan... Sensasi terkoyak di tubuh semakin parah.
Tapi Yang Jian tak mungkin pasrah menunggu kematian. Sebelumnya dia hanya berhati-hati menguji metode serangan hantu.
Berikutnya.
Tangan hantu Yang Jian langsung memungut jas di lantai. Tekanan khas tangan hantu segera terbentuk.
Jas yang terkikis hantu langsung pulih normal. Fungsi baju sebagai perantara hilang total. Sensasi tubuh terkoyak juga lenyap bersamaan.
Serangan hantu berhasil dinetralisir dengan mudah oleh Yang Jian.
"Inilah kemampuan Pengendali Hantu termasyhur. Tidak hanya mampu dengan mudah menahan serangan Hantu, tetapi juga cepat merespons dengan strategi, mengubah situasi terpojok menjadi unggul."
"Bertindak."
Yang Jian memberi perintah pada Anak Hantu.
Seketika.
Kepala manusia mati yang membusuk di tangan Anak Hantu segera berbalik, sepasang mata keabu-abuan milik mayat itu menatap dengan cara ganjil ke lorong gelap di seberang.
Semakin lama diamati oleh kepala mati ini, efek pengendaliannya semakin nyata.
Yang Jian langsung menyaksikan mayat berpakaian compang-camping itu membeku di tempat, pakaiannya berjatuhan tak henti-hentinya. Kegelapan di lorong mulai menyusut drastis, bahkan cahaya dari pintu gerbang di belakangnya kini mulai menyinari area tersebut, tak lagi gelap gulita seperti sebelumnya.
"Hah, pintu gerbangnya kembali normal?"
Di luar, Nagasawa yang sebelumnya terjepit pintu dan hampir tewas kini merasakan lenyapnya kekuatan ganjil dari pintu tersebut, tubuhnya langsung terasa ringan.
Sakai, pria paruh baya itu, ikut membantu menarik pintu gerbang. Karena pengaruh Hantu di dalam ruangan telah dikendalikan, pintu pun terbuka dengan mudah membuatnya nyaris terjatuh.
"Tuan Sakai, kau baik-baik saja?" Teriak Mijima cemas dari kejauhan.
"Heh, sepertinya kita selamat."
Nagasawa duduk lemas di tanah, dia melirik ke dalam rumah. Di lorong yang mulai terang kembali, terlihat sosok Yang Jian dan punggung anak hantu yang sedang pergi.
"A-Aku...aku rasa kalau terus begini pasti harus pakai kemampuan hantu. Untung berhenti, kalau tidak..." kata pria paruh baya bernama Sakai dengan lega.
Dia hanyalah Pengendali Hantu biasa. Jika benar harus berlama-lama melawan hantu di sini, pasti dialah yang akan mati.
Orang yang mengendalikan satu hantu hanya punya toleransi kesalahan beberapa kali singkat dalam peristiwa gaib. Mereka tak punya modal untuk melawan arwah gentayangan, karena jika dipaksakan, hantunya akan bangkit dan yang mati pasti diri sendiri.
Tak lama kemudian.
Yang Jian melihat mayat berpakaian compang-camping di depan mulai bergerak aneh setelah ditekan oleh kepala manusia membusuk. Hantu itu seperti orang hidup, perlahan duduk di tanah lalu berbaring telentang.
Akhirnya diam membatu seperti jenazah biasa.
"Penekanan berhasil."
Yang Jian memandang kepala busuk di tangan anak hantu itu.
Benda ini memang tak mengecewakan. Hantu yang bahkan Wilayah Hantu lima lapisan tak bisa usir memang mengerikan. Sayangnya, hantu ini tak utuh—tinggal seonggok kepala. Bayangkan jika mainan ini menyusun potongan lengkapnya, sampai seganas apa jadinya.
"Hanya saja...dalam kondisi ini aku tak punya syarat untuk mengurung hantu ini. Lagipula tak ingin membuang sumber daya untuk benda ini. Jadi terpaksa kutinggalkan..."
Meski Yang Jian merasa sayang, dia tidak memasukkan hantu ini ke dalam tas mayat untuk dibawa pergi.
Pertama, membawanya berisiko lepas kendali. Kedua, target utamanya adalah Hantu Ketuk Pintu, bukan benda ini.
"Ikut aku keluar dari sini."
Saat ini Yang Jian dengan cepat membawa anak hantu itu mundur.
Tanpa pengaruh kekuatan gaib, rumah ini kembali normal sesaat. Hanya beberapa langkah sudah melewati pintu gerbang, berhasil dievakuasi.
Tapi tepat saat Yang Jian pergi membawa anak hantu, efek pengendaliannya menghilang.
Hantu itu kembali leluasa bergerak.
Mayat yang terbaring di lorong tiba-tiba bangkit dengan jentikan, sementara baju compang-campingnya terlepas hingga menampakkan pakaian aslinya.
Tampak setelan jas hitam kotor berbau busuk dengan model khas Organisasi Exorsis.
Artinya, ini adalah anggota Organisasi Exorsis yang tewas, lalu arwah penasarannya bangkit menciptakan peristiwa supernatural.
"Braak!"
Seketika kegelapan kembali menyelimuti rumah ini. Pintu gerbang yang terbuka tiba-tiba terhempas ditutup paksa oleh kekuatan dahsyat.
Hantu itu terus mondar-mandir di dalam rumah.
Tapi karena tidak ada target yang memenuhi syarat pembunuhan hantu, tidak ada korban lagi.
"Kalian tidak kabur? Lumayan bagus." Yang Jian yang baru keluar memuji langkah Tsuchiya dan pria paruh baya bernama Sakai.
Nagasawa mengusap-usap keringat dingin di alut, tersenyum berkata: "Lagipula ini urusan yang sudah diamanatkan senior, mana berani saya melanggarnya?"
"Kalau begitu pertahankan, harapannya kalian tetap punya keberanian dan ketegasan seperti ini ke depannya." Yang Jian berkata: "Hantu di rumah ini tidak saya minati untuk ditangani, biarkan tetap di sini. Saya harus mencari sumber peristiwa ini, jadi mari lanjutkan perjalanan."
"Baik, baiklah."
Nagasawa dan pria paruh baya bernama Sakai mengiyakan.
Namun saat hendak pergi, Nagasawa tak bisa menahan diri untuk menoleh melihat rumah mengerikan yang terselimuti bayang-bayang itu, dalam hati berbisik: "Baru masuk sebentar saja? Peristiwa supranatural di dalam sudah diselesaikan? Sungguh kekuatan yang luar biasa dominan. Kalau bukan karena intervensi target, pasti hantu itu sudah terkungkung, mengingat sudah mencapai tahap penyelesaian akhir seperti itu."
Memikirkan ini, ia merasa sangat menyesal.
Sebab Nagasawa yakin jika hantu di rumah ini ditangani oleh dirinya, Sakai, dan Yoshima sekalipun, mungkin malah akan dihabisi semua tanpa bisa menyelesaikan.
Sampai di jalan raya, tiba-tiba Yoshiko berlari terburu-buru mendekat. Ekspresi cemas dan takut di wajahnya langsung berubah menjadi senyuman gembira: "Tuan Yang, lega melihat Anda selamat! Pasti tadi situasinya sangat berbahya, kan?"
Yang Jian tidak bicara, wajahnya tetap tenang seolah kejadian tadi hanya hidangan pembuka dalam jamuan, sama sekali tidak sebanding. Tatapannya beralih ke wanita tiga puluhan yang bersembunyi di kejauhan.
"Kemarilah kau."
"Keiko segera bereaksi: 'Nona Mishima, Tuan Yang menyuruh kau datang.'"
"Ya, ya." Meski ketakutan, Mishima sangat gentar terhadap Yang Jian. Dia pun mendekat.
Yang Jian berkata: "Lanjutkan memimpin jalan ke area berikutnya yang terdeteksi hantu. Kuharap inderamu kali ini lebih akurat. Jangan buang-buang waktu kita. Jika terus mencari dengan cara begini, banyak orang akan tewas di sini. Kau juga ingin keluar hidup-hidup, bukan?"
"S-saya mengerti. Saya akan berusaha keras memimpin jalan untuk Tuan Yang. Tolong jangan tinggalkan kami." Mishima buru-buru menjawab.
"Lalu tunggu apa lagi?" kata Yang Jian.
Mishima menahan ketakutan, memejamkan mata perlahan. Dia berusaha merasakan aura mengerikan di sekitar.
Tak lama kemudian, Mishima kembali menunjuk ke depan: "Di... di sana..."
"Lanjutkan perjalanan."
Tanpa menunda, Yang Jian langsung bergegas menuju arah yang ditunjuk Mishima. Meski tak bisa mengidentifikasi wujud hantu di area itu, kemampuan mendeteksi bahayanya tetap berguna. Terutama dalam peristiwa gaib berskala besar seperti ini, dibutuhkan orang seperti dia untuk memastikan lokasi hantu.
"Tuan Yang, tunggu Keiko!"
Keiko buru-buru berlari kecil menyusul. Sebagai orang biasa, dia semakin tak ingin menjadi beban. Hanya dengan tetap di belakang Yang Jian, dia bisa bertahan hidup dengan aman.
"Benar-benar tak istirahat sedetik pun. Tapi dengan mengikuti sosok seperti ini, mungkin kita benar-benar bisa menyelesaikan masalah dengan mudah."
Nagasawa berdecak kagum, tersenyum tipis, lalu menyusul bersama pria paruh baya bernama Sakai.
"Meski kali ini tidak bertemu hantu ketuk pintu, sikap Yang Jian yang dengan mudah masuk-keluar rumah hantu yang dihuni makhluk halus itu, lalu keluar dengan tenang dan santai, benar-benar menarik perhatian."
"Setidaknya, otoritas Yang Jian di antara anggota kelompok ini telah terbentuk."
"Bukti paling nyata adalah Mi Dao yang ketakutan sampai tidak berani melanjutkan perjalanan tadi, kini telah mempercepat langkahnya dan mengikuti erat di belakang."
"Tapi seiring perjalanan yang berlanjut, Yang Jian juga mulai menyadari perubahan tidak biasa di sekitar mereka."
"Bangunan-bangunan di sekitarnya tiba-tiba terlihat menua, menjadi kusam dan lapuk, sangat berbeda dengan rumah-rumah bersih nan baru sebelumnya. Seolah kawasan ini berubah menjadi kawasan tua sebuah kota, dipenuhi jejak-jejak masa lalu di setiap sudutnya."
"Perubahan pada rumah-rumah ini dipengaruhi oleh hantu ketuk pintu. Artinya, makhluk itu pernah datang ke sini dan mengetuk pintu... Bahkan mungkin masih berkeliaran di sekitar." Tatapan Yang Jian menyapu pintu-pintu rumah itu.
"Pintu gerbang tetap tertutup, karena hantu ketuk pintu membunuh orang tanpa perlu kau membukakan pintu."
"Mendengar suara ketukannya saja sudah cukup untuk membuatmu mati."
