Melihat kepala pria paruh baya bernama Sakai terlepas dan melayang pergi, kerumunan akhirnya menyadari kengerian sejati telah tiba. Mungkin hantunya belum muncul, tapi aksi pembunuhannya sudah dimulai.
Tanpa suara.
Tidak memberi salam, juga tidak ada pertanda.
Benar-benar membuat orang merinding.
Yang Jian sendiri meragukan, jika serangan tadi ditujukan padanya, mampukah dia menahan serangan semacam itu?
Mayat di tanah yang sudah kehilangan leher mulai mengeluarkan darah dari luka potongan, segera menggenang di lantai. Namun kondisi tubuh Sakai ini jelas tidak baik, darahnya sangat pekat, tidak seperti darah orang hidup normal, lebih mirip pasien yang sakit parah.
Setelah kehilangan kepala, mayat Sakai tidak mati, malah menunjukkan tanda-tanda tetap bergerak.
Setelah Pengendali Hantu mati, hantu akan dibangkitkan di mayat tersebut, dan tanpa kendali orang hidup, proses kebangkitannya akan sangat cepat.
Saat ini.
Orang-orang yang tersisa semuanya menatap Yang Jian.
Krisis telah muncul, hanya ada satu orang yang bisa menangani situasi ini - Pengendali Hantu papan atas yang didatangkan dari luar negeri dengan biaya besar oleh Ketua Mitsushima.
Yang Jian mengerutkan alis, mendekat tanpa bicara. Dengan satu tangan mengangkat mayat Sakai, menyeretnya ke samping sebuah rumah lalu membuka pintu dan melemparkannya ke dalam.
Mengingat ini tentang kebangkitan hantu gentayangan, lebih baik menjauhkan benda ini, minimal agar tidak mempengaruhi aksi selanjutnya.
Orang lain memandangi mayat Sakai yang dibuang sembarangan ke rumah tak jauh dengan diam seribu bahasa. Mereka tahu ini cara terbaik, karena jika Sakai mati saat ini pasti akan membawa masalah besar bagi kita semua, membuat situasi yang sudah berbahaya menjadi semakin mengerikan.
"Masih bisa merasakan posisi hantu?" Yang Jian kembali sambil bertanya lagi.
Kondisi mental Mishima tidak stabil. Dia menanggung tekanan besar karena sejak awal terus memantau lokasi hantu. Namun saat merasakan keberadaan hantu, dia juga merasa diawasi, seolah-olah ada seseorang yang selalu berdiri di belakangnya dan sesuatu yang mengintai diam-diam.
Dia menggelengkan kepala, lalu berkata: "Aku... aku hanya bisa memastikan itu ada di sini. Barang itu bisa muncul kapan saja, tapi aku tidak tahu posisinya sekarang."
Yang Jian mengalihkan tatapan darinya. Dia tahu Mishima sudah berusaha maksimal. Lagipula bukan Pengendali Hantu sejati, kemampuan merasanya hanya bisa menentukan lokasi kasar. Begitu ada hal gaib di sekitarnya, persepsinya langsung terpengaruh seolah hantu ada di dekatnya, tidak bisa membedakan sumbernya dengan akurat.
Namun Yang Jian tidak memaksakan. Saat ini perhatian utamanya tertuju pada kepala-kepala manusia mati yang melayang di langit.
Ini sepenuhnya hantu tak dikenal. Begitu diawasi, akibatnya benar-benar tidak bisa diprediksi.
"Dulu saya sengaja memancing hantu ketuk pintu masuk ke Hotel Caesar, secara tidak langsung menyelesaikan peristiwa balon kepala manusia. Sekarang setelah berputar, masalah ini kembali menjadi tanggungan saya." Tatapan Yang Jian berkedip, memutuskan untuk mengubah strategi aksi.
"Semua ikut saya."
Dia mulai bergerak lagi, kali ini dengan penuh ketegasan dan kecepatan.
Yang lain bingung, terpaksa buru-buru mengikuti.
Yang Jian tidak pergi jauh. Dia tahu hantu masih di area ini, namun rumah-rumah di Kota Kobe yang padat dan jalan sempit membuat situasi rumit. Dia tak bisa memastikan sudut mana hantu bersembunyi, sementara kemampuan persepsi Kashima sudah tidak berfungsi sementara.
Tapi dia punya satu metode lagi.
Tak lama kemudian.
Yang Jian muncul di persimpangan jalan yang relatif lapang. Dengan pandangan yang cukup jelas, dia segera membuka tas barang dan mengeluarkan lilin putih.
Ini adalah Lilin Hantu.
Lilin hantu putih bisa memancing arwah gentayangan di sekitarnya.
"Ini..."
Nagasawa melihat lilin putih itu, langsung merasa tak beres. Dia menyadari Yang Jian mungkin akan melakukan tindakan sangat berbahaya.
"Begitu lilin ini dinyalakan, semua hantu sekitar akan tertarik. Tak ada waktu untuk berlama-lama di sini. Hantu dari peristiwa balon kepala manusia sudah mulai membunuh. Artinya sejak kematian Sakai tadi, kita semua terus terpapar bahaya. Korban berikutnya hampir pasti ada di antara kita."
Yang Jian berbicara sambil menyuruh anak hantu berlari mendekat.
Jika harus menyalakan Lilin Hantu untuk memancing hantu, dirinya pasti tidak sanggup bertahan. Bahkan Pengendali Hantu termasyhur pun tak berani membawa lilin hantu berwarna putih ini dengan mencolok di depan umum.
Anak hantu adalah target yang sangat baik.
Dengan memakai jubah Shou, ia bisa menahan serangan hantu gentayangan. Ditambah keistimewaan alaminya yang sulit mati, tidak ada yang lebih cocok dari dirinya.
"Jadi, tak ada waktu untuk berlama-lagi. Aku akan aktif menyerang hantu."
Yang Jian tidak memberi waktu persiapan pada orang lain. Menurutnya, Ketua Mitsuo yang mengirim mereka kemari sudah siap mental untuk mati di sini. Sekalipun Keiko itu imut dan seksi, di luar mungkin termasuk cewek cantik, tapi di sini hanyalah eksistensi yang bisa dibuang kapan saja.
Dunia nyata memang kejam seperti itu. Nyawa siapa pun tak berharga, baik pria maupun wanita sama saja.
"Pegang lilin hantu ini, berdiri di sini jangan bergerak." Kata Yang Jian.
Tangan kebiruan anak hantu menggenggam erat lilin itu. Ia memiringkan kepala sambil memandangi barang di tangannya, seolah sedang memeriksanya dengan detail.
Tatapan Yang Jian berkedip. Tak lama kemudian ia mengeluarkan korek api dan menyalakan lilin hantu putih tersebut.
Seketika, nyala api berkobar.
"Cahaya lilin ini sangat ganjil, berwarna kehitaman. Seketika membuat sekeliling seolah tertutup lapisan bayangan yang lebih pekat, mengubah lingkungan yang sudah redup menjadi malam gelap gulita. Sebagai orang biasa, seseorang akan langsung menjadi buta mata. Bahkan Pengendali Hantu sekalipun akan sangat terbatas pandangannya dalam situasi seperti ini."
Sedangkan anak hantu di pusat kegelapan itu seolah telah meredup dalam kegelapan, menghilang sepenuhnya dari pandangan.
Mata Hantu Yang Jian berputar, mengabaikan penghalang kegelapan, mengintai semua ini.
"Tuan Yang, saya tidak bisa melihat. Bolehkah saya memegang tanganmu?" Kegelapan datang, keanehan bisa muncul kapan saja. Keiko di samping merasakan ketakutan, ia menggenggam ujung baju Yang Jian berusaha mengandalkan.
Dengan wajah tenang Yang Jian berkata: "Selama aku bisa melihatmu, cukup berdiri di sini tanpa bergerak. Kemungkinan besar tidak akan ada masalah. Tapi jika benar terjadi sesuatu, bisa melihat atau tidak, berada di mana pun akan sama saja. Nasib Sakurai yang tadi kau juga sudah lihat."
"Baik, saya paham." Keiko mengangguk.
Nagasawa dan Yoshida juga mendengar perkataan Yang Jian. Meski masuk akal, perubahan lingkungan yang tiba-tiba dan ketidakmampuan melihat anggota tim membuat mustahil tidak ada rasa takut dalam hati.
Mereka merasa seperti perahu kecil di tengah kegelapan, yang setiap saat bisa karam di sini.
Yang Jian diam. Ia berdiri di dekat persimpangan, menunggu dengan tenang segala sesuatu yang akan terjadi.
"Hantu itu ada di sekitar, ini pasti. Dia ingin anak hantu itu memancing hantu ketuk pintu datang, lalu bekerja sama dengan kepala manusia membusuk di tangan anak hantu, ditambah kontrol dari tangan hantu, untuk menyelesaikannya dalam sekejap."
"Jika bisa memanfaatkan kesempatan dengan baik, tanpa ada halangan, ini bisa dilakukan."
"Mengapa sebelumnya tidak menggunakan lilin hantu? Dia tidak bisa memastikan hantu ketuk pintu akan langsung datang. Bagaimana jika malah memancing hantu yang lebih mengerikan sebelum hantu ketuk pintu tiba?"
"Jadi lebih aman mendekat dan menyalakan lilin hantu putih."
"Sebenarnya, metode paling aman adalah mencari lokasi hantu ketuk pintu. Awalnya Yang Jian merencanakan ini, tapi balon kepala manusia mulai membunuh, jadi tidak bisa menunda lagi. Dia khawatir beberapa waktu lagi semua anggota yang dibawanya akan mati."
"Ini dia!"
Tiba-tiba, ekspresi Yang Jian berubah. Dia melihat pintu gerbang sebuah rumah di jalan dekat sana terbuka sendiri.
Efek lilin hantu putih dalam memancing hantu sangat jelas, langsung terlihat hasilnya.
Seorang mayat perempuan yang baru saja mati dengan wajah datar keluar dari balik pintu gerbang itu.
"Bukan hantu ketuk pintu, ini budak hantu." Tatapan Yang Jian beralih.
Dia juga melihat siluet orang di lantai tiga gedung dekat sana bergerak-gerak, mengintai dan mendekati lokasi ini.
Di saat bersamaan, mayat-mayat membusuk dari toko sekitar mulai merangkak ke arah sini. Tubuhnya sudah melengkung tak berbentuk sehingga tidak bisa berdiri.
Yang pertama kali tertarik oleh Lilin Hantu bukanlah hantu gentayangan sejati, melainkan orang-orang yang tewas dalam insiden hantu mengetuk pintu. Mereka telah menjadi budak hantu, biasanya bersembunyi di kota ini layaknya mayat, namun orang biasa yang bertemu akan langsung dihabisi dalam sekejap. Tingkat bahayanya tetap ada.
"Ada orang yang mendekat, dan tidak hanya satu." Nagasawa mendengar gerakan, wajahnya membeku.
Di belakang, jalanan yang awalnya sepi mulai terdengar langkah kaki. Toko-toko di sekitarnya juga menunjukkan gerakan ganjil. Tapi tanpa mata Yang Jian, dia tak bisa melihat jelas, hanya bisa menilai secara garis besar melalui suara.
