"Sampai kapan kau berniat memelukku seperti ini?"
Setelah beberapa lama, Yang Jian yang masih ditindih tubuh Jiang Yan akhirnya tidak tahan bertanya. Suaranya tetap datar, seolah tidak ada perubahan sejak tadi.
"Tidak mau! Aku akan memelukmu semauku!" Jiang Yan malah semakin mengencangkan pelukannya di leher Yang Jian, seolah semua perasaan yang terpendam selama ini meledak dalam seketika.
Meski pengaruh hantu telah membuat perasaan Yang Jian menjadi dingin setelah melalui berbagai pengalaman, tidak demikian dengan Jiang Yan.
Perempuan ini adalah manusia biasa yang sehat secara fisik. Perasaannya terhadap Yang Jian membara seperti api, hanya saja berbagai alasan membuatnya tidak bisa terus mendampingi pria itu.
"Tapi setidaknya jangan menggesek-gesekkan ingusmu di bajuku," protes Yang Jian.
“Siapa yang suruh kau mengabaikan saya.” Jiang Yan mendengus pelan, sengaja mengusap hidungnya.
“……” Yang Jian.
Jiang Yan kali ini berbisik diam-diam: “Hei, Yang Jian, di sebelah kantor ada ruang aman kan.”
“Ya, peninggalan CEO Paul yang sebelumnya.” Yang Jian berkata; “Kenapa kau tanya itu?”
“Aku, hari ini aku tak ingin bekerja, lelah, ingin kau menemani istirahat sebentar.” Jiang Yan agak malu-malu: “Dan bukan cuma hari ini, ke depannya aku bisa selalu menemanimu, aku yakin pasti lebih baik daripada Kak Qin itu, setelah ada aku kau tak butuh dia lagi.”
Yang Jian terdiam sejenak, hendak berkata sesuatu, lalu mendengar gerakan tiba-tiba menoleh ke pintu gerbang perusahaan.
Saat itu Zhang Liqin seperti biasa mendorong gerobak sarapan mendekat, wajahnya tersenyum canggung, sedikit menunduk tak tahu memikirkan apa.
“Direktur Zhang, sarapan Yang Mulia sudah sampai.”
Jiang Yan seketika menengadah, memandangnya bak menghadapi musuh, meski sehari-hari hubungan mereka berdua baik, rukun bekerja sama, pulang-pergi bersama, dulu juga pernah mengalami peristiwa gaib bersama.
Tapi dalam masalah perasaan, dia tak akan memberi toleransi sedikit pun.
“Kau sudah berdiri di luar pintu cukup lama.” Yang Jian membuka pembicaraan: “Tadi kau dengar semua ucapan itu.”
“Tidak, saya tak dengar apa-apa, baru saja keluar dari lift.” Zhang Liqin cepat-cepat menggelengkan kepala, terlihat panik.
“Jiang Yan memandangi Zhang Liqin cukup lama, akhirnya tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu Zhang Liqin juga tidak mudah, juga ingin mengandalkan Yang Jian. Lagipula mereka semua adalah yang selamat dari peristiwa supranatural. Perasaan seperti ini bisa dia pahami. Selain itu, selama ini dirinya juga sering mendapat perlakuan baik dari Zhang Liqin.”
“Dan sekarang dengan ulahnya ini, sepertinya agak meminta maaf padanya.”
Di hati, Jiang Yan menghela napas getir. Dia tidak mau memikirkan urusan Kak Qin lagi. Biarkan Yang Jian yang menangani situasi ini. Dirinya hanya perlu melakukan bagiannya saja.
“Kau bawa dulu Jiang Yan mandi dan ganti baju. Dia terkena angin dingin sejak pagi, berkeringat dingin ketakutan. Mungkin sekarang sudah mulai masuk angin.” Perintah Yang Jian.
“Baik.” Zhang Liqin mengangguk, lalu menoleh ke Jiang Yan.
Baru saja dia samar-samar melihat Jiang Yan benar-benar terjun dari lantai atas. Saat itu dirinya langsung panik. Jika beberapa detik kemudian Jiang Yan tiba-tiba kembali ke kantor, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Tanggung jawab ini tidak bisa dia pikul, nanti juga tidak bisa menghadapi Yang Jian.
“Aku tidak mau pergi. Kalau harus pergi, kau yang menemani aku.” Kali ini Jiang Yan bertingkah manja seperti gadis kecil.
Yang Jian terus menatapnya: “Kau tidak mau dengar kata? Atau ingin kuulangi perkataanku? Cukup sekali saja kau bertingkah.”
“Mengerti. Aku akan menuruti perintahmu.”
Jiang Yan mencium pipi Yang Jian, lalu tersenyum girang sambil berdiri bersiap mandi dan ganti baju.
Zhang Liqin pada saat ini berkata: "Ngomong-ngomong, Bos Yang, tadi Bibi menelepon, saya yang mengangkat. Bibi menyuruhmu segera membalas."
"Ibu menelpon mencari saya?" Ekspresi Yang Jian berubah: "Apa dia menyebutkan sesuatu?"
"Tidak." Zhang Liqin menggelengkan kepala.
"Baik, saya paham. Kalian bisa melanjutkan pekerjaan dulu." Yang Jian melambaikan tangan memberi isyarat, kemudian mengambil ponselnya dan memutar nomor balik.
Sebenarnya ibu kandungnya tidak mengetahui nomor ponselnya. Mengingat situasi khusus, sangat sedikit orang yang bisa tersambung ke nomornya. Selain itu, nomor ini juga dilindungi markas besar, bahkan tidak ada satu pun SMS spam yang masuk sehari-hari.
Setelah bertelepon sekitar lebih dari setengah jam, Yang Jian akhirnya mengerti situasinya.
Sebenarnya bukan hal yang terlalu penting, hanya menyuruhnya pulang ke kampung halaman menyambut tahun baru dalam beberapa hari ke depan. Yang lebih mengikat adalah perintah tegas untuk membawa pacar perempuan pulang.
Dalam telepon, ibu Zhang Fen terkesan sangat menyukai Zhang Liqin. Terus-menerus memujinya rajin, serius, sekaligus membujuknya agar tidak menyia-nyiakan kesempatan.
"Baik Bu, nanti sore saya akan datang." Setelah menyetujui, Yang Jian menutup telepon dan mulai merenung.
Sebenarnya dia enggan membuang waktu untuk hal ini. Bukan karena tidak peduli keluarga, tapi situasi saat ini membuatnya tidak bisa fokus pada urusan duniawi. Alasan cepat menyetujui karena masih mengingat perkataan Pak Qin dulu.
Ayah kandungnya diduga terkait dengan peristiwa supranatural.
“Jika benar, apakah hantu koran bernoda darah yang muncul di keluarga mereka dulu juga ada hubungannya dengan Ayah?”
“Selain itu, jika Ayah benar-benar ditabrak hingga tewas oleh bus gaib, berarti Ayah sudah lama terlibat dalam peristiwa supranatural. Selama ini apa yang dialami dan ditemukannya?”
Semua ini adalah sebuah misteri.
Tentu saja.
Bisa juga semua ini hanya imajinasi berlebihan Yang Jian. Ayahnya mungkin orang biasa, kecelakaan itu insiden normal tanpa keterkaitan rumit.
Untuk membuktikan kebenarannya, Yang Jian perlu pulang ke kampung halaman dan mencari bukti khusus.
Saat sedang merenung, Zhang Liqin dan Jiang Yan kembali ke kantor.
Setelah berpikir sejenak, Yang Jian berdiri dan berkata: “Jiang Yan, ada rencana apa dalam beberapa hari ini? Atau ada jadwal khusus?”
“Tidak ada. Keluarga sudah pindah ke kompleks perumahan. Aktivitas saya hanya pulang-pergi kerja, itu pun tanpa urusan penting,” jawab Jiang Yan.
“Temani saya dinas luar siang ini, mungkin butuh beberapa hari,” kata Yang Jian.
Mata Jiang Yan langsung berbinar: “Dinas luar? Ke mana? Kita pergi bersama?”
“Tidak jauh. Saya mau pulang kampung,” ujar Yang Jian.
Pulang kampung?
Pikiran Jiang Yan langsung kacau. Apakah ini ajakan tahun baru? Atau perkenalan dengan kerabat? Berarti statusnya sebagai pacar resmi sudah diakui!
Hei, hehe.
Hatinya dipenuhi suara tawa gembira.
“Baik! Tentu saya akan menemani kau pergi.”
Jiang Yan tersenyum dengan mata yang menyipit, terlihat sangat gembira.
"Bagus, kalau begitu kita sudah sepakat. Setelah makan siang, kendarai mobil dan tunggu saya di lantai bawah." Setelah berkata demikian, Yang Jian langsung keluar dari kantor.
Jiang Yan buru-buru mengikutinya: "Lalu sekarang kau mau ke mana?"
"Saya hanya akan berkeliling di area perusahaan. Kau tidak perlu ikut, lebih baik siapkan barang-barang dulu karena kita akan tinggal beberapa hari. Beberapa persiapan bisa dilakukan lebih awal." Kata Yang Jian.
"Baik, kalau sudah siap saya akan menghubungimu lewat telepon." Jawab Jiang Yan.
Yang Jian mengiyakan tanpa menolak.
Dia menuju ke lantai bawah untuk menemui Zhang Hua dan mendengar laporan situasi terbaru.
"Kapten Yang, kedatanganmu tepat waktu. Barang itu sudah disimpan dengan aman di brankas sebuah bank. Saya yakin tidak akan ada masalah." Zhang Hua berbisik sambil menyebutkan alamat spesifik lokasi penyimpanan.
"Tadi saya melihat Zhang Wei di lantai bawah. Ini membuktikan operasi penyelamatan sebelumnya berhasil. Bagaimana dengan Sun Ren?" Tanya Yang Jian.
Wajah Zhang Hua berubah muram: "Kabur. Sama sekali tidak ditemukan jejaknya. Meski sudah dilacak, terjadi fenomena aneh yang tidak bisa dipahami di lokasi tersebut yang menyebabkan operasi gagal. Barang transaksimu juga diambil paksa... Seperti prediksimu, kemungkinan besar Sun Ren sudah menjadi Pengendali Hantu."
"Membunuh tipe orang seperti ini semakin sulit. Sesuai prosedur sebelumnya, kami sudah mengeluarkan surat buron untuknya. Ini memang kelalaian dalam tugas kami, jika tidak situasi tidak akan berkembang seperti ini."
Yang Jian dengan wajah tenang berkata: "Ini tidak ada hubungannya denganmu, aku hanya mencoba menangani Sun Ren dengan sikap mencoba-coba saja. Kalau dia kabur ya sudah, yang penting Zhang Wei baik-baik saja."
"Selain itu, alamat yang kemarin kuberikan sudah mulai diselidiki?"
"Sudah mulai kami kerjakan. Karena waktunya terlalu singkat, ditambah lokasinya di luar kota, jadi butuh sedikit waktu."
"Tidak masalah. Beberapa hari lagi setelah aku kembali lapor saja. Menyelidiki hal ini tidak perlu dipaksakan. Kalau situasinya tidak baik langsung tinggalkan, nanti aku yang akan pergi sendiri." Kata Yang Jian.
"Baik, aku paham. Kapten Yang akan dinas luar lagi?" Tanya Zhang Hua.
Yang Jian menggeleng: "Tidak, aku mau pulang ke kampung halaman sebentar. Jaraknya tidak jauh dari Kota Dachang, hanya tiga puluh li. Kalau ada keadaan darurat langsung hubungi aku."
Jarak sedekat ini jelas bukan dinas luar. Jika benar-benar ada masalah, dia bisa langsung datang menggunakan Wilayah Hantunya.
"Benar juga. Sekarang sudah mau Tahun Baru, wajar kalau pulang kampung." Kata Zhang Hua.
Setelah mengobrol sebentar dan memberikan beberapa instruksi, Yang Jian pun pergi.
Dia menemui manajer perusahaan, Wang Bin, untuk menanyakan kondisi Wang Shanshan.
Wang Shanshan masih seperti biasa, berdiam di rumah tanpa pernah keluar, jarang berhubungan dengan dunia luar. Meski tidak ada masalah besar, tapi kondisinya yang terus seperti ini memang membuat tidak tenang.
"Dia baik-baik saja, Paman Wang tidak perlu terlalu khawatir. Meski terdengar kasar, tapi kondisi Shanshan sekarang sudah bisa dianggap beruntung." Ujar Yang Jian dengan decak kagum.
Setelah mengalami insiden hantu mengetuk pintu dan diawasi mayat hidup, bisa bertahan hidup saja sudah cukup bagi Wang Shanshan. Sungguh tidak bisa menuntut lebih.
“Saya tahu.” Wang Bin menghela napas, menghisap rokoknya dengan wajah yang terlihat kesal.
Yang Jian berbincang dengannya tentang beberapa urusan pekerjaan, memahami situasi perusahaan secara garis besar, tidak menanyakan hal lain atau ikut campur, toh dia juga tidak mengerti.
Lagipula dia sangat percaya menyerahkan pengelolaan tempat ini kepada Wang Bin.
