Setelah mengalami mimpi buruk, Yang Jian tak berani tidur lagi. Dia menyimpan bayangan hantu tanpa kepala kembali ke dalam tubuhnya.
Tanpa bayangan, kini dia sengaja menanggung pengaruh hantu gentayangan.
Dalam kondisi ini, Yang Jian sangat rasional, tak kenal lelah, sementara emosi manusianya ditekan sampai level terendah - hampir seperti tidak ada, dingin bagai bukan manusia hidup normal.
Biasanya, dia tidak seperti ini.
Tapi Yang Jian tidak berani memastikan, apakah di tengah malam ini dirinya tanpa sengaja akan masuk kembali ke dalam mimpi buruk itu.
Semalam telah berlalu.
Di pagi hari, ayam jantan peliharaan warga desa berkokok.
Yang Jian duduk diam di ranjang sepanjang malam, bahkan matanya sama sekali tidak terpejam.
Di sebelahnya, Jiang Yan sudah lama tak tahan dan tertidur lelap, bahkan mendengkur, lagipula dia hanyalah orang biasa yang tidak terpengaruh hal gaib, wajar saja tak bisa bertahan dan tertidur saat waktunya tidur.
Terpancing oleh suara kokok ayam dari desa.
Melihat langit di luar yang sudah terang, Yang Jian segera bangkit dan keluar dari ruangan.
Dia berencana turun ke bawah untuk berkeliling sekitar desa, memeriksa tiga tempat yang diduga bermasalah kemarin, serta mengeksplorasi situasinya.
Namun saat Yang Jian hendak pergi, tiba-tiba memperhatikan pintu ruangan sebelah yang terbuka.
Pintu kayu yang agak pudar itu tidak terbuka sepenuhnya, melainkan setengah terkunci.
Wajah Yang Jian berubah muram, ia mendekat dan melihat-lihat, lalu mengintip ke dalam ruangan.
Masih sama seperti sebelumnya.
Ruangan itu sunyi sepi tanpa apa-apa, hanya ada meja kayu sederhana dan ruang duka yang menampilkan potret jenazah ayahnya. Potret hitam-putih itu memperlihatkan sosok yang mirip wajahnya, hanya saja aura wajah almarhum lebih cerah dan aktif, tidak sekelam dan sedingin dirinya.
“Kemarin saya yang menutup pintu, meski tidak dikunci, tapi dalam kondisi seperti ini mustahil terbuka karena angin malam, juga tidak mungkin tertabrak tikus, kucing atau anjing. Pasti ada yang membukanya.”
“Sejak tersadar dari mimpi buruk hingga sekarang, saya sama sekali belum tidur. Artinya tidak mungkin ada yang naik ke lantai atas di tengah jalan.”
“Maka satu-satunya kemungkinan adalah... ada sesuatu di dalam ruangan.”
Tatapan Yang Jian berkelip-kelip. Dengan akal sehatnya, ia segera menyingkirkan berbagai kemungkinan dan langsung menentukan sumber masalah.
Ia kembali memasuki ruangan ini.
Mungkin pemeriksaan kemarin kurang detail, jadi hari ini wajib diperiksa ulang.
Saat ini, Yang Jian bahkan tak segan-segan langsung mengaktifkan mata hantu.
Wilayah Hantu diaktifkan, mentah-mentah menutupi seluruh desa.
Seketika.
Langit memerah, suara kokok ayam dan gonggongan anjing di desa menghilang, seluruh dunia seolah diliputi kesunyian.
Orang biasa tak menyadari diri mereka sudah berada dalam Wilayah Hantu, kondisi mereka tak berbeda dengan realitas.
Karena Yang Jian tidak mengubah realitas, mereka tak bisa merasakannya.
Tapi ruangan ini...
“Masih juga tak ada masalah?” Wajah Yang Jian menjadi muram.
Dalam Wilayah Hantu, ia mengubah beberapa hal bahkan melakukan percobaan, bahkan foto almarhum ayahnya pun ia periksa dengan mengabaikan pantangan, tetap tak menemukan titik mencurigakan.
“Jika ruangan tak bermasalah, maka hanya ada satu kemungkinan: selama saya mengalami mimpi buruk, terjadi sesuatu di rumah tua ini. Hanya saja saat itu kesadaran saya belum pulih sepenuhnya sehingga tidak tahu.”
Ia merenung sejenak.
Yang Jian tidak membuang waktu lagi. Meski tidak ada tanda-tanda kebangkitan setelah wilayah hantu diaktifkan, dia berusaha menghindari penggunaan kekuatan hantu gentayangan sebisa mungkin. Ini bukan kemampuan super, melainkan pengorbanan nyawa yang harus dibayar.
Sebelum mata hantu dimatikan, dia menghilang dari dalam rumah.
Sesaat kemudian.
Yang Jian tiba di sisi selatan desa.
Area selatan desa adalah sebuah kolam ikan. Dulunya kolam ini terhubung dengan sungai di sekitarnya, kemudian dimodifikasi secara buatan hingga terbentuklah kolam ini. Tentu saja yang merenovasinya adalah ayah Yang Jian.
Air kolam itu sangat jernih, merupakan aliran air hidup.
Dulu saat mengairi sawah-sawah sekitar, sumber airnya berasal dari sini. Sebagai waduk alami, mungkin di zaman sekarang ini biasa saja, tapi di era dulu kolam semacam ini pasti jadi incaran banyak orang.
Kemarin Yang Jian sudah bertanya pada ibunya.
Setelah kolam ini selesai dibangun oleh ayahnya, sempat digunakan untuk budidaya ikan beberapa waktu. Tapi karena tidak menghasilkan pemasukan ekonomi, akhirnya ditinggalkan begitu saja. Kerabat dan penduduk desa pun bebas meminjamnya.
Sekilas terdengar seperti tindakan anak muda pemboros yang tak bertanggung jawab.
Saat ini Yang Jian berdiri di tepi kolam itu.
Waktu telah mengubah banyak hal. Di masa kecilnya, area ini dipenuhi rumput liar dengan pemandangan hijau asri. Sekarang kolamnya menyusut, airnya pun tak lagi sejernih dulu, agak keruh.
Dia memeriksa kolam peninggalan ayahnya ini.
Biasa-biasa saja, tak ada bedanya dengan kolam ikan di desa lain. Tidak terlihat barang-barang aneh berbentuk ganjil.
“Ikan sangat sedikit, kolamnya terlalu tenang.”
Yang Jian hanya berdiri sebentar, sudah menarik kesimpulan ini.
Karena di pagi hari, kolam berikan pasti akan ada gelembung atau bahkan ikan melompat ke permukaan. Tapi kolam di depannya sunyi secara mencurigakan, tanpa riak, seperti kubangan air mati - padahal jelas mustahil.
Kolam ikan yang tidak ditebari benih pun akan penuh kehidupan setelah belasan tahun.
Yang Jian berjongkok, memasukkan tangan ke dalam air kolam. Hawa dingin menusuk meresap melalui kulitnya.
Seketika wajahnya berubah, cepat menarik kembali tangannya.
“Suhu air kolam ini terlalu dingin dan menusuk. Ikan tidak bisa bertahan di lingkungan bersuhu rendah seperti ini. Kalaupun bisa hidup, perkembangbiakannya lambat. Jadi suhu inilah penyebab tempat ini tak bisa dijadikan tambak, akhirnya ditinggalkan jadi waduk penampungan.”
“Aneh, kan?”
Yang Jian merenung sejenak, lalu membelalakkan satu mata merah yang ganjil untuk mengintip ke dalam kolam.
Tak perlu menggunakan Wilayah Hantu, pandangan mata hantu memang sudah unik sejak awal.
Kegelapan tak bisa menghalangi, bahkan bisa menembus tembok untuk melihat orang atau benda. Jika karakteristik ini dikembangkan lebih jauh, jadilah Wilayah Hantu.
Yang Jian mengabaikan air kolam, fokus mencari keberadaan benda-benda aneh yang mungkin ada.
Air semakin keruh ke bawah, bahkan keruhnya sudah tidak wajar, karena dalam kekeruhan itu terungkap sesuatu yang ganjil. Meski sangat dalam dan samar, mata hantu Yang Jian bisa melihatnya karena kekeruhan ini mengganggu pandangan mata hantunya.
"Di bawah kolam ada sesuatu."
Yang Jian menatap gumpalan lumpur di kedalaman, tak tahu apa benda itu, hanya melihat sesuatu yang hitam legam.
"Ternyata memang ada barang. Apa ayahku ini mikir apa sih, bikin kolam ikan cuma buat ngubur barang ini? Kalau mau mengubur sedalam itu kenapa tidak langsung menggali lubang saja, harus ribet begini? Atau mungkin dia merasa lebih amam kalau dibuang di kolam?"
Tidak bisa dipahami.
Tapi secara naluriah ia curiga, di dalam bungkusan lumpur itu pasti ada hubungannya dengan hal gaib.
Soal berbahaya atau tidak, Yang Jian tidak bisa memastikan.
Kemungkinan besar tingkat bahayanya tidak tinggi.
Lagipula kolam ini sudah ada belasan tahun, kalau bermasalah pasti sudah terjadi sejak dulu, tidak mungkin menunggu sampai hari ini.
Penduduk kampung halaman semua hidup sehat, itu sudah membuktikan segalanya.
Setelah merenung sejenak dan mata hantu tetap tidak bisa menembus, Yang Jian akhirnya mencari cara untuk mengangkatnya.
Daripada menggunakan Wilayah Hantu, ia melepas sarung tangan dan mencelupkan telapak tangan menghitam yang kaku ke dalam air kolam.
Di kolam yang agak keruh, mulai mengambang telapak-telapak tangan mayat yang bergelombang padat, membuat bulu kuduk merinding. Namun setelah beberapa saat, tangan-tangan mayat yang muncul itu perlahan tenggelam kembali ke dalam air dan segera menghilang dari pandangan.
Lumpur di dasar kolam teraduk, telapak tangan mayat bergerak-gerak gila di bawah air.
Segumpal lumpur perlahan terbawa ke atas.
Tak lama kemudian, gumpalan lumpur itu muncul ke permukaan. Setelah tersapu air, bentuk aslinya perlahan terlihat.
Sebuah kotak kayu tua.
Terendam hingga menghitam dan membusuk, namun masih tetap utuh tanpa kerusakan. Entah karena bahan kayunya yang khusus, atau karena isi di dalamnya yang menyebabkan hasil seperti ini.
"Inikah rahasia yang ditinggalkan ayah saya?"
Tatapan Yang Jian sedikit mengerut.
Alasan menggunakan tangan hantu untuk menaikkannya tadi adalah karena kehati-hatian, lagipula tangan hantu memiliki kemampuan menekan hantu lain, jika terjadi sesuatu yang tak terduga, saya masih bisa menghadapinya.
Tapi setelah benda ini diangkat, permukaan kolam ikan tiba-tiba turun setengah meter, membuat orang tak percaya.
"Haruskah dibuka?" Yang Jian tidak menemukan keanehan, ia mengangkat kotak itu.
Terasa agak berat, dipastikan ada sesuatu di dalamnya.
Namun yang tidak dia perhatikan adalah, saat mengambil kotak kayu ini, bayangan Yang Jian di kolam tiba-tiba menolehkan kepala, lalu terus menatapnya dengan tatapan kosong dan ganjil, bagaikan hantu gentayangan yang berdiam diri di bawah permukaan air.
