Dua patung dewa di kuil ini sangat tinggi, setidaknya empat meter. Entah bagaimana dulu dipindahkan ke sini dengan susah payah.
Yang Jian tidak percaya takhayul, juga tak berniat membakar hio atau bersembahyang pada patung tanah liat ini.
Tanpa sungkan, dia berbalik dan memanjat podium patung, lalu menyusuri badan patung hingga duduk di bahunya. Dengan tangan hantu hitamnya yang baru melepas sarung tangan, dia meraba kepala patung.
Tangannya secara ganjil menyusup ke dalam patung.
Kombinasi Wilayah Hantu dan tangan hantu. Dulu dia pernah mengeluarkan bayi hantu dari perut Zhang Liqin melalui kulit, sekarang sudah sangat mahir.
Tak lama kemudian.
Telapak tangan Yang Jian yang terulur meraih gumpalan rambut lebat seperti rambut mayat, dingin yang sangat menusuk, tertanam kuat dalam patung tanah liat.
Lagi-lagi sebuah kepala manusia.
Bahkan jarinya merasakan lekuk fitur wajah yang masih utuh, tidak membusuk, terawetkan sempurna - persis seperti dua potong mayat yang digali sebelumnya.
“Berusaha mengeluarkan kepala manusia ini, tapi kemudian wajah Yang Jian berubah drastis, dengan cepat menarik kembali tangannya.”
Yang Jian melihat tangannya, di atasnya muncul sebaris bekas gigitan dangkal.
Baru saja tergigit.
“Lelucon apa ini, kepala hantu itu sekalipun di bawah kendali tangan hantu seharusnya tidak bisa bergerak, mana mungkin bisa menggigit.” Yang Jian merasakan nuansa mengerikan, karena situasi ini agak melebihi pemahamannya, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik saat berhadapan dengan manusia maupun hantu.
“Sangat tidak lazim, tapi bekas gigitan ini tidak bermasalah, juga tidak melukai saya.”
Tatapannya bergetar lemah, dia tidak lagi meraba benda itu, melainkan langsung menepak kepala tersebut hingga terpental keluar.
Plooong!
Sebuah kepala manusia berat jatuh dari patung dewa, menghantam keras meja persembahan di depan sebelum berguling-guling ke lantai, bahkan menjatuhkan beberapa mangkuk lentera minyak.
Mertua yang sedang berjemur di pintu sepertinya agak tuli, tidak mendengar gerakan di dalam, bahkan tidak menoleh sekalipun.
Yang Jian melompat turun, mendekati kepala yang masih berguling di lantai.
Kepala ini berbeda dengan kepala manusia mati membusuk yang dipeluk anak hantu sebelumnya. Kepala ini fiturnya jelas, kulitnya pucat tak wajar, tidak ada tanda-tanda kerusakan atau pembusukan, rambutnya lebat, persis seperti mayat yang baru mati kemarin. Sama sekali tidak terlihat bahwa benda ini telah disimpan di dalam patung selama belasan tahun.
“Ayah saya benar-benar pandai menyembunyikan barang. Kaki mayat disembunyikan di kolam ikan, badan di hutan, kepala manusia di kuil ini. Dia membagi tubuh seseorang yang ganjil menjadi tiga bagian dan menempatkannya di lokasi berbeda. Hanya saja saya masih punya beberapa pertanyaan.”
Yang Jian mengerutkan kening.
Kalau mau menyembunyikan sesuatu, kenapa memilih kolam ikan, hutan beranjing, dan kuil ini?
Bukankah lebih baik menggali lubang dalam, menanam pohon sebagai penanda, atau memilih lokasi yang mudah dikenali untuk dikubur?
Untuk sementara tak perlu memikirkan ini.
Yang Jian mendekati kepala pucat bermata tertutup itu dan mengamatinya dari dekat.
Wajahnya tak dikenalnya.
Ada ketidakselarasan yang tak terucapkan dalam keasingannya, seolah seluruh wajah ini bukan bawaan lahir. Agak mirip... sesuatu yang disusun dari potongan berbeda. Sekilas biasa saja, tapi kalau diamati baik-baik, mata dengan alis, hidung dengan mulut, sama sekali tak serasi.
Tapi tak ada jejak perakitan yang terlihat.
"Persis seperti hantu gentayangan yang tertidur pulas," penilaian Yang Jian dalam hati.
Setelah mengamati sebentar, dia menemukan kepala ini sama sekali tak bergerak, tanpa tanda-tanda kebangkitan maupun bukti akan membuka mata.
Untuk berjaga-jaga, dia membiarkan kepala itu tetap di tanah tanpa disentuh.
Kemudian Yang Jian menuju patung dewa kedua. Seperti sebelumnya, dia mengeluarkan isinya.
Yang mengejutkan, benda yang keluar ternyata kepala manusia lain yang berguling-guling.
Ini bukan lelucon.
Dua patung dewa di sini masing-masing menyimpan sebuah kepala manusia!
Yang Jian dengan cepat berjalan mendekat, ia ingin melihat seperti apa kepala manusia kedua ini. Apa perbedaannya dengan kepala yang sebelumnya? Mengapa ayahnya sengaja menaruh dua kepala di sini, padahal tubuh yang ada hanya satu, mustahil bisa memasang dua kepala sekaligus.
Namun ketika ia melihat jelas kepala manusia mati kedua itu, seluruh tubuh Yang Jian langsung terpaku. Seolah menyaksikan sesuatu yang tak terbayangkan, ia diam membeku di tempat.
Kepala kedua ini mirip dengan yang sebelumnya - kulit pucat, rampendek, mata terpejam, fitur wajah jelas terlihat tanpa tanda-tanda pembusukan atau kerusakan.
Tapi wajah itu... sangat mirip dengan wajah Yang Jian sendiri. Bukan, bukan Yang Jian. Wajah itu lebih menyerupai ayahnya dalam foto almarhum di peti mati.
Benar.
Ini memang wajah ayahnya, tak ada keraguan sedikitpun. Jadi apakah kepala ini adalah bagian dari jasad ayahnya?
"Bagaimana mungkin, ini tidak mungkin." Yang Jian merasakan hawa dingin aneh menyelinap di tulang punggungnya.
Jika kepala ini milik ayahnya, maka garis waktu ini sama sekali tidak masuk akal. Saat itu ayahnya masih hidup, belum meninggal. Masih menggali kolam ikan di desa, memelihara anjing di hutan, menganggur, hanya sesekali bekerja serabutan... Mustahil ia sendiri yang memasukkan kepalanya ke dalam patung dewa ini.
Sebuah misteri.
Fenomena ganjil yang tak bisa dijelaskan.
Yang Jian mengira bisa menyelidiki hal-hal ini, tapi justru merasa seluruh peristiwa semakin ganjil. Semakin dalam dia menggali, semakin gelisah dan penuh tanya. Alih-alih mendapat jawaban, malah mendapatkan informasi yang lebih mengerikan.
Mungkin, ayahnya sudah lama tewas. Orang yang melakukan semua ini bukan ayahnya, melainkan orang lain.
Atau mungkin, ingatan banyak orang yang bermasalah.
Tiba-tiba Yang Jian teringat pada koran usang bernoda darah itu. Jika menggunakan barang itu untuk mengubah memori, semua ketidaklogisan ini bisa dijelaskan.
Bukan dunia nyata yang bermasalah, tapi dirinya sendiri yang bermasalah.
Kepala sakit.
Benar-benar kepala sakit.
Yang Jian merasa lebih baik tidak melakukan perjalanan ini. Setidaknya dia tidak perlu mempertimbangkan banyak hal, tinggal bekerja dengan patuh di Kota Dachang. Kini setelah menggali semua ini, dia merasa tubuhnya seperti diselimuti bayang-bayang.
Mungkin.
Dirinya bukan orang normal.
Pertemuan sebelumnya dengan hantu korban surat kabar di kamar sewaan juga bukan kebetulan.
Setelah merenung sejenak.
Yang Jian menatap kepala yang diduga ayahnya itu, lalu melihat tas mayat di tangannya.
Dia berpikir, jika kepala ini disatukan kembali, apakah orang yang diduga ayahnya ini akan bangun?
"Tindakan ini bodoh. Orang yang sudah mati belasan tahun bagaimana mungkin bangkit. Jika bisa hidup kembali, kemungkinan besar bukan ayahku, tapi seekor hantu yang hanya berwajah mirip ayahku, sama seperti Pengendali Hantu lain yang tewas di tangan kebangkitan hantu gentayangan."
Yang Jian segera menggelengkan kepala, merasa dirinya sangat konyol, tidak menyangka bisa muncul pemikiran seperti ini.
Tampaknya, masih ada ikatan keluarga yang tak bisa diputuskan dalam dirinya, sekalipun ayah ini belum pernah dilihatnya sama sekali, jika memungkinkan, mungkin dia akan tanpa ragu mencoba menghidupkannya kembali.
Tapi.
Di sini ada dua kepala manusia, satu milik ayahnya sendiri, satu lagi milik orang asing yang terlihat ganjil.
Tapi tubuh yang tersusun hanya satu.
Sekilas, kedua kepala itu sama-sama cocok untuk disambungkan.
Ini adalah soal pilihan ganda.
Yang Jian tidak langsung memilih, melainkan menyimpan semua barang ini, lalu mulai pergi dari tempat ini.
Sudah tidak ada lagi yang layak dikenang di sini.
Semua yang perlu dicari seharusnya sudah ditemukan, kecuali beberapa pertanyaan yang masih belum terjawab.
Tapi mungkin ini seharusnya tidak penting.
Yang Jian membawa mayat yang terbagi tiga bagian ini kembali ke desa.
Namun yang masih tidak dia sadari adalah, di setiap genangan air yang dilewatinya, bayangannya dalam air tetap memandanginya dengan ekspresi ganjil, meski tanpa gerakan mencurigakan, tapi juga tidak pernah meninggalkan sisinya, terus mengikuti diam-diam.
Karena bisa dipastikan, bayangan ini sama sekali bukan milik Yang Jian sendiri, sudah dirasuki oleh sesuatu yang gaib, bahkan mungkin bisa dikatakan ini adalah seekor hantu.
Mimpi buruk di malam hari, mayat yang terpotong-potong, kepala manusia yang diduga ayahnya, dan bayangan aneh dalam air.
Desa Meishan yang tampak tenang ternyata tidak sesunyi dan seharmonis yang dibayangkan.
Desa ini sejak lama telah menyimpan keanehan yang tak terpahami, hanya saja entah mengapa fenomena gaib yang potensial ini belum menampakkan diri.
