Pikiran Yang Jian sangat rumit.
Kini dia bisa memastikan, perkataan Pak Qin sebelumnya benar - ayahnya memang memiliki masalah tertentu. Tapi setelah menemukan masalah ini, kecemasannya justru bertambah. Sebab di dalam tas mayat yang dibawanya, mungkin terkandung jasad ayahnya yang misterius itu.
Jenazah seseorang yang telah meninggal belasan tahun, tetap utuh meski terpisah-pisah.
Yang paling membingungkan adalah, saat pemisahan dan penyegelan jenazah ini dilakukan, ayahnya ternyata masih hidup.
Memisahkan tubuhnya sendiri?
Mana mungkin hal seperti itu dilakukan?
Dengan pemikiran ganjil ini, Yang Jian memutuskan untuk kembali ke desa terlebih dahulu. Jika hari ini tak ada halangan, dia berencana membawa barang ini ke Kota Dachang untuk ditangani, tak ingin kehadirannya mengganggu ketenangan desa.
Setelah meninggalkan kuil, dia tiba di jalan raya di pinggiran desa, berniat berputar mengelilingi jalan raya untuk kembali.
Sepanjang jalan, Yang Jian berjalan sambil merenung.
Pikirannya melayang-layang.
Baru ketika sebuah mobil melintas di belakangnya, memperlambat laju saat melewatinya dan membunyikan klakson, dia tersentak sadar.
"Saudara, boleh tanya sesuatu?" Di dalam jeep berjendela terbuka, seorang pria berusia sekitar 30 tahun mengenakan jaket tebal yang membuatnya terlihat gemuk sedang menyetir.
Di dalam mobil terlihat tiga orang lain, lelaki dan perempuan yang wajahnya tak jelas terlihat.
Yang Jian mengerutkan kening ke arah mereka: "Ada perlu apa?"
“Tidak ada masalah besar, hanya ingin bertanya apakah di depan ini Desa Meishan.” Pria yang mengemudi itu tersenyum ramah sambil menyodorkan sebatang rokok.
Yang Jian tidak menerimanya, malah bertanya: “Dari luar kota?”
“Benar, kami datang dari luar kota, mencari seseorang di sini.” Ujar pria pengemudi itu.
“Cari orang? Saya sendiri warga Desa Meishan. Kalian kerabat keluarga mana? Cari siapa? Bisa saya beri tahu.” Kata Yang Jian sambil melirik ke dalam mobil jeep.
Di dalam mobil terlihat beberapa orang sedang menatapnya tajam, seolah mengamati atau memberi peringatan.
Tatapan mata mereka terasa aneh, tidak seperti pandangan orang biasa.
Wajah pria pengemudi berkerut sesaat sebelum dia kembali tersenyum: “Bukan, sebenarnya kami mencari suatu lokasi. Karena Adik adalah warga sini, mungkin tahu tempat ini?”
Dia mengeluarkan sebuah foto.
Foto hitam-putig yang sudah usang namun masih terawat baik.
Tampak hutan dengan latar belakang suram, di tengahnya berdiri gubuk kayu kecil. Sekitarnya gelap ganjil dengan bayang-bayang samar, bernuansa mencekam yang membuat tidak nyaman.
Hati Yang Jian berdesir.
Pemandangan di foto itu persis hutan yang pernah dikunjunginya. Gubuk itu adalah bangunan yang dulu dibangun ayahnya, kini sudah rusak. Foto ini jelas diambil belasan tahun lalu saat kondisi hutan masih relatif terjaga.
Tapi... mengapa orang ini memegang foto tersebut dan sedang mencari lokasi itu?
“Kau tahu tempat ini?” Pria yang mengemudi terus bertanya: “Jika kau bisa mengantarku ke sini, akan kuberikan seribu yuan sebagai balasan.”
Dia mengira Yang Jian hanyalah orang lewat biasa.
“Apa tujuanmu mencari tempat ini? Ini hanyalah hutan yang jarang dikunjungi orang.” Yang Jian bertanya.
Pria pengemudi tersenyum menjawab: “Ada alasan pribadi yang tidak bisa kuceritakan.”
Namun melihat tatapan curiga Yang Jian, dia menambahkan tawa kecil: “Sebenarnya tidak ada yang tidak bisa dikatakan. Dulu ada anggota keluargaku yang dikubur di hutan ini, sekarang ingin kuambil kembali.”
Tapi dari raut wajah Yang Jian, pria itu tahu bahwa ia tidak percaya.
Namun percaya atau tidak, yang penting dirinya sendiri yakin.
“Bagaimana, Adik, maukah kau menunjukkan jalan?”
Yang Jian mengembalikan foto itu sambil berkata: “Jangan pergi ke sana. Tidak ada makam lagi, sudah rata. Kini hanya tersisa hutan. Lebih baik kalian pergi. Tahun baru sebentar lagi, desa ini tidak menyambut orang asing.”
“Kami tidak akan lama, selesai urusan langsung pergi. Tolong tunjukkan arahnya saja, ya?” Pria itu terus membujuk, lalu dengan kemurahan hati mengeluarkan uang seribu yuan.
Tatapan Yang Jian berkedip halus.
Uang itu ternyata edisi lama.
Mata uang lama sudah dihentikan bertahun-tahun lalu, tidak beredar lagi. Sekarang hanya jadi koleksi, tidak digunakan resmi. Tapi uang di tangan pria ini masih baru, seolah baru diambil dari bank.
Seharusnya bukan palsu.
Di dalam hati, Yang Jian bisa menilai dengan cukup akurat.
“Karena orang yang paling bodoh pun tak mungkin menggunakan uang palsu edisi lama senilai seribu yuan untuk menipu orang. Tindakan seperti itu terlalu merendahkan IQ seseorang.”
“Baik, saya bisa memberitahu arahnya.”
Yang Jian langsung menerima uang seribu yuan itu, lalu memberi tahu pengemudi tersebut cara menuju hutan pinus yang tadi.
“Tidak bisa dilewati mobil, harus jalan kaki. Itu adalah hutan kecil di tengah sawah. Kalian bisa melihatnya dari sana, tidak sulit ditemukan.”
“Terima kasih banyak, Adik.”
Pria itu seketika tersenyum, lalu melanjutkan perjalanan dengan mobilnya.
Alis Yang Jian berkerut. Meski tak tahu apa yang direncanakan orang-orang ini, rombongan mereka terlihat aneh dan tujuan mereka pun tak biasa.
Tapi dia tetap menunjukkan arahnya.
Karena tempat itu mudah ditemukan. Jika dia tidak memberitahu, orang lain pasti akan melakukannya. Lambat laun mereka tetap akan menemukannya.
Memandangi setumpuk uang di tangannya, Yang Jian mengusap-usapnya lalu dengan acak mendorongnya ke dalam tas mayat, kemudian mengikuti mobil tersebut.
Saat ini.
Di dalam Jeep yang telah menjauh, senyum pengemudi tadi telah menghilang. Wajahnya muram dan dingin, bertolak belakang dengan sikap ramah sebelumnya, seolah-olah berganti wajah.
Tidak, inilah penampilan aslinya yang seharusnya.
“Mengapa harus bersikap sungkan pada pria tadi? Dengan sedikit ancaman pasti dia akan bicara. Lihat sikap arogannya, seolah-olah dia tuan tanah kaya raya di sini,” seorang wanita di dalam mobil mendengus dingin, merasa waktu mereka terbuang percuma.
“Sangat berbahaya.” Pria yang sedang mengemudi tiba-tiba berkata seperti itu.
“Li Yue, apa yang berbahaya?” Di kursi penumpang depan, pria lain bertanya.
Pria pengemudi bernama Li Yue itu berbicara perlahan: “Orang tadi sangat berbahaya, tidak, lebih tepatnya mengerikan, sama sekali tidak seperti manusia hidup... Sejujurnya awalnya aku tidak terlalu memperhatikan, tapi saat pertama kali membuka mulut, langsung tahu ada yang tidak beres dengan orang itu. Awalnya ingin pergi, tapi takut sudah menarik perhatiannya, jadi terpaksa memberanikan diri melanjutkan pembicaraan.”
“Kau perhatikan benda di tangannya?”
“Tas barang?” Pria di kursi penumpang depan berkata.
Li Yue berwajah dingin: “Bukan, itu tas mayat. Di dalamnya pasti ada mayat. Aku bahkan bisa mencium aroma mayat.”
“Di siang hari bolong, membawa mayat dengan wajah datar di jalanan, saat disapa sama sekali tidak terkejut, bahkan tidak ada fluktuasi emosi sama sekali. Ini benar-benar tidak bisa dipikirkan lebih jauh. Selain itu, tadi saat memberikan uang juga merupakan bentuk ujian.”
“Tangannya dingin yang mengerikan, sama sekali tidak ada kehangatan. Cara berpakaiannya juga aneh, cuaca seperti ini malah memakai lengan panjang dan jaket.”
“Apa dia Pengendali Hantu...?” Pria di kursi penumpang depan menurunkan suaranya.
“Kemungkinan besar.”
“Siapa penanggung jawab Kota Dachang saat ini?” Dari kursi belakang, seorang wanita bertanya.
“Sepertinya seseorang bernama... Yang Jian. Tapi aku tidak tahu situasinya. Lagipula kita kurang memahami lingkaran sosial saat ini. Jalan kita berbeda dengan mereka.”
Pria bernama Li Yue yang mengemudi itu berkata: "Jangan hiraukan, sampai di tujuan dulu baru bicara. Kita harus menyelesaikan urusan di tangan kita terlebih dahulu, yang lain tidak penting. Meski orang itu mengerikan, seharusnya tidak mengancam kita. Sekarang semuanya sudah kacau balau, peristiwa supranatural pasti tak bisa disembunyikan lagi. Manusia dan hantu bercampur, segala sesuatu yang luar biasa mungkin muncul."
"Lebih baik hindari orang semacam itu jika bertemu lagi."
Saat berbicara, mereka segera melihat hutan di luar desa sesuai petunjuk Yang Jian.
Rombongan segera turun dari mobil, membawa barang bawaan, lalu tanpa ragu langsung menginjak sawah menuju hutan itu.
Yang tidak mereka tahu, Yang Jian terus mengawasi setiap gerakan mereka dari belakang.
Hanya saja Yang Jian berada jauh, sehingga mereka tidak menyadari pengintaian ini.
"Bukan Pengendali Hantu, tidak ada jejak hantu, tapi ada sesuatu yang menggelisahkan di sini."
Yang Jian mengusap-usap mata hantunya, mengerutkan alut: "Mengejar pondok kayu itu, apakah untuk mayat itu? Atau ada tujuan lain? Tapi seharusnya sudah tidak ada rahasia di hutan itu."
Sebelumnya dia pernah menyelidiki.
Menggunakan Wilayah Hantu, jadi pemeriksaannya sangat detail.
