"Apakah seluruh penduduk desa masuk ke dalam mimpi buruk ini?"
"Pada saat ini Yang Jian menyadari gravitasi situasi. Dia tidak menyangka peristiwa supranatural yang awalnya tidak parah, tiba-tiba bisa berkembang menjadi seperti ini. Dan belum pasti apakah area yang terdampak hanya satu desa - mungkin desa sekitar dan kota kabupaten juga dalam pengaruh hantu gentayangan."
"Aduh!"
"Jiang Yan di sampingnya menjerit kesakitan. Dia tertegun melihat bekas gigitan di lengannya yang ramping."
"Tidak berguna, mimpi buruk ini tidak bisa dipecahkan dengan rasa sakit. Jangankan menggigit diri sendiri, menusukmu dengan pedang pun tidak akan membuatmu terbangun. Dan jika mati dalam mimpi, kau benar-benar akan mati di dunia nyata. Masih ingat gadis bernama Lin Xiaoxi di siang hari tadi?"
Yang Jian menatapnya dan berkata; "Dia terbunuh oleh hantu dalam mimpi, lalu di bawah pengaruh kekuatan gaib, dia sendiri yang memenggal kepalanya."
"Begitu rupanya." Jiang Yan tak bisa menahan tubuhnya yang mulai gemetar.
"Lalu bagaimana caranya? Bagaimana kita bisa terbebas dari mimpi buruk ini dan tersadar?"
Meski cemas, dia masih cukup tenang. Lagipula Jiang Yan adalah orang biasa yang telah mengalami dua peristiwa supranatural, mentalnya sudah tergolong cukup baik.
"Di dalam mimpi ada seekor hantu. Makhluk ini menyamar di antara kerumunan orang. Temukan hantunya dan habisi, maka mimpi buruk ini akan berakhir."
Yang Jian berkata dengan tenang: "Tapi tugas ini akan kukerjakan sendiri. Jangan ikut campur. Kembalilah ke kamarmu dengan patuh, kunci pintu dari dalam. Setelah hantu itu kuhabisi, kau akan secara alami terbangun dari mimpi."
Setelah berkata demikian, dia segera bersiap turun dari rumah tua untuk mencari hantu di desa.
"Tunggu, tunggu dulu."
Jiang Yan buru-buru menarik lengan Yang Jian, dengan wajah yang memilukan: "Aku takut jika kau tidak di sampingku. Bagaimana kalau kau bawa aku bersama? Aku janji tidak akan merepotkan, aku akan patuh."
"Tidak bisa, karena aku tidak bisa memastikan apakah kau adalah hantu dalam mimpi ini."
Yang Jian berwajah dingin berkata: "Jadi cara terbaik adalah mengisolasi dirimu. Jika kau adalah Hantu, pasti akan meninggalkan ruangan ini dan keluar. Jika bukan, tetap di dalam ruangan dan jangan bergerak sembarangan."
Ucapannya sangat langsung, kecurigaan terhadap Jiang Yan tidak hilang.
"Bagaimana mungkin aku Hantu? Kau terlalu banyak berpikir. Aku hanya ingin mengikutimu saja." Jiang Yan seketika mengembungkan pipinya, menunjukkan ekspresi kekesalan.
"Kau tidak punya pilihan."
Yang Jian dengan keras berkata: "Masuk ke dalam ruangan sekarang! Ingat, jangan percaya siapa pun. Siapapun yang menyuruhmu keluar, jangan ikuti. Jika ada yang masuk, pasti bukan manusia. Jangan ragu, bunuh saja atau cari cara kabur."
"Jika meninggalkanku sendirian, aku pasti akan mati ketakutan." Jiang Yan menolak tinggal sendiri, menurutnya mengikuti Yang Jian adalah yang paling aman.
Ini adalah bentuk ketergantungan buta.
"Omong kosong! Saat pertama kali mengenalmu, kau bersembunyi di toilet selama beberapa hari bukan? Tapi tetap bisa melompat-lompat hidup. Daya tahan mentalmu tidak seburuk itu." Kata Yang Jian.
Meski Jiang Yan pengecut, tapi daya tahan mentalnya masih ada. Jika tidak, pasti sudah tidak waras sejak lama.
"Kalau begitu kita sepakat. Aku pergi."
Yang Jian tidak berlama-lama. Dia meninggalkan Jiang Yan sendirian dan langsung turun ke lantai bawah.
Jiang Yan ingin menahan, tapi tidak bisa mengatakannya. Dia tahu tidak bisa menghalangi tindakan Yang Jian. Dengan pasrah, dia mundur ke ruangan, mengunci pintu, dan bersembunyi.
"Yang Jian tidak mau membawa Jiang Yan karena situasi dalam mimpi buruk berbeda dengan dunia nyata, semakin banyak orang di sekitar semakin berbahaya."
Setelah turun tangga, dia menengok ke ruangan lain.
Pintu rumah terkunci rapat, tidak ada tanda-tanda dibuka.
Itu kamar ibu Yang Jian, adegan dalam mimpi buruk sangat mirip dengan desa dalam dunia nyata.
"Apakah ibuku juga mengalami mimpi buruk?" Dia ragu-ragu, tapi tidak berani memastikan, akhirnya memutuskan untuk memeriksa.
Tata ruang di dalam berubah seperti belasan tahun lalu - ranjang kayu kuno, meja rias, beberapa lemari kayu besar... Ruangan itu bersih tapi kosong.
Fenomena ini membuatnya tidak yakin apakah ibunya benar-benar masuk ke dalam mimpi buruk ini.
Dia menjelajahi dapur mencari sesuatu.
Ternyata.
Yang Jian tidak menemukan pedang dapur, gunting, atau senjata lainnya. Dalam mimpi buruk ini, senjata sangat langka. Hantu dalam mimpi tidak akan memberi banyak kesempatan membalas dendam.
Jika ada kesempatan mendapatkan senjata, kemungkinan besar itu jebakan - perangkap yang dipersiapkan hantu gentayangan khusus untukmu.
Setelah keluar dari rumah tua, Yang Jian menatap langit kelam dan menyapu pandangan ke sekeliling.
Sudah pasti: Ini bukan mimpinya sendiri.
Karena semua ini terasa asing, tidak ada sedikitpun keakraban. Ini hal baik sekaligus buruk - setidaknya pengalaman peristiwa supranatural yang pernah dialaminya di kedalaman mimpi tidak akan muncul, kalau tidak mimpi yang sudah berbahaya ini akan menjadi semakin ganjil.
“Bukan mimpiku sendiri, lalu milik siapa mimpi ini?”
Yang Jian merenung, tetapi langkahnya tidak berhenti, berjalan menuju area kosong di tengah desa.
Di sini telah berkumpul banyak orang.
Semuanya adalah penduduk desa.
Sebagian dari mereka gelisah, sebagian tak bisa memahami situasi sambil mengerutkan kening, ada juga yang berteriak histeris tentang kemungkinan tempat ini angker.
"Jumlah orang di desa ini cukup banyak, mayoritas memang penduduk asli. Tapi aku hampir tidak mengenal mereka, jadi setiap orang berpotensi menjadi Hantu. Jika benar demikian, ini akan menyulitkan karena Hantu yang bersembunyi mustahil terdeteksi."
Saat ini, Yang Jian mulai merasakan sakit kepala.
Namun tepat ketika Yang Jian hendak mendekat, tiba-tiba-
Di sebuah gang sempit sebelahnya, ia melihat siluet terselubung bayangan. Sosok itu mengenakan jas hujan dengan pedang buah berkilauan di tangan, memantulkan cahaya dingin.
"Itu Bibi Xiao Yuan? Dia juga ada dalam mimpi?" Yang Jian tertegun.
Tapi seketika, Xiao Yuan menyerbu keluar dari gang, bersiap menghabisi penduduk desa terdekat.
Korban yang tak sadar bahaya itu masih jongkok di tanah kosong, asyik berbincang dengan warga lain tentang penyebab kejadian aneh hari ini.
Hantu belum mulai membunuh. Mereka belum menyadari mengerimnya mimpi buruk ini, sehingga belum merasakan ketakutan.
Wajah Yang Jian berubah drastis. Ia langsung menyambar lengan Xiao Yuan tepat sebelum pedang itu menyentuh leher korban.
"Sepupu, apa maumu menghalangiku?" Xiao Yuan memiringkan kepalanya sambil memandanginya dengan ekspresi penuh tanya.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Yang Jian bertanya.
Xiao Yuan berkata: "Tentu saja membunuhnya, dengan banyak orang seperti ini, hantu seharusnya ada di sini."
"Seluruh penduduk desa sudah masuk, hantu hanya ada satu. Jika kau terus membunuh seperti ini, hantu belum mati malah orang-orang sudah habis terbunuh. Jika jumlah orang sedikit, cara ini mungkin bisa. Tapi dengan banyak orang seperti sekarang, cara ini tidak akan berhasil." Yang Jian menjelaskan dengan sangat serius.
Karena jika Xiao Yuan terus membunuh, seluruh penduduk desa akan mati besok.
Jika hanya untuk menyelesaikan sebuah mimpi buruk, pengorbanannya terlalu besar.
Karena meski hantu sudah terbunuh, mimpi buruk hari ini hanya akan berakhir. Besok semuanya akan berlanjut lagi.
"Jika kita tidak membunuh, hantu juga akan membunuh mereka. Lagipula mereka akan mengulur waktu kita, membuat hantu muncul lebih malam." Xiao Yuan berkata, pemikirannya sangat unik.
Yang Jian langsung tercekat.
Jika dipikirkan, penjelasannya masuk akal. Karena dalam mimpi setiap orang akan diserang hantu, dan semakin malam serangannya, bahayanya akan semakin besar.
Jadi secara tegas, semakin sedikit orang yang mengalami mimpi buruk, waktu kemunculan hantu akan semakin awal, dan persentase keyakinan untuk mengakhiri mimpi buruk juga semakin besar.
"Begitu kau mulai membunuh, kekacauan akan muncul. Saat itu situasi akan menjadi lebih merepotkan. Lagipula dengan banyak orang seperti ini, mustahil kau membantai semuanya. Pasti ada yang melawan. Nanti kau harus waspada terhadap hantu sekaligus manusia. Jika begini, mimpi buruk ini mungkin akan berlanjut sampai subuh tanpa akhir."
Yang Jian tidak setuju dengan cara Xiao Yuan ini.
Karena ini tergantung situasi, ada kondisi yang cocok untuk ditembus dengan membunuh, tapi situasi sekarang tidak cocok.
Lagipula, sebagian besar orang di desa ini punya kerabat yang peduli, mungkin orangtua Xiao Yuan juga ada dalam mimpi buruk ini.
"Kalau begitu, sepupu punya ide apa?" tanya Xiao Yuan penuh rasa ingin tahu.
Yang Jian terdiam.
Dia memang tidak memikirkan ide bagus, di mimpi buruk sebelumnya dia sudah tumbang.
"Jika kita terus menunggu, kita semua akan mati lho." Xiao Yuan mengingatkan.
"......" Wajah Yang Jian memerah gelap.
Ini tidak perlu diingatkan, dia sudah punya pengalaman tumbang sekali.
Tapi tepat saat itu, dari desa yang sunyi terdengar jeritan penuh ketakutan dan kepedihan.
Suara itu tidak jauh dari sini, bahkan sangat dekat, kira-kira terpisah empat lima rumah.
"Hm?" Yang Jian segera menoleh ke arah sumber jeritan.
"Pasti di sana!" Xiao Yuan lebih cepat bergerak. Dengan masih memakai jas hujan, dia berlari cepat sambil menggenggam pedang buah di tangannya.
"Apa Hantu sudah mulai membunuh?"
Yang Jian tak ragu lagi, segera menyusul.
Jika bisa menemukan Hantu dengan lancar, kebuntuan ini bisa dipecahkan dan tidak terus-terusan terpojok.
Tak lama kemudian.
Yang Jian tiba di lokasi tujuan.
Di depan pintu rumah tua itu, seseorang tergeletak di genangan darah dengan mata membelalak, wajahnya masih menyisakan keputusasaan dan ketakutan.
Mati.
"Luka fatal ada di leher, tertusuk oleh batang besi seukuran jari, dengan beberapa luka lain di tubuhnya."
"Di dalam genangan darah terdapat sepasang jejak kaki yang jelas."
"Hantu sebelumnya berdiri di sini mengakhiri nyawa penduduk desa ini sebelum pergi."
"Arah kepergiannya menuju gang sempit gelap di depan."
"Xiao Yuan sudah mengejar, langkah kakinya bergema di gang itu. Dari suaranya, kecepatan hantu yang pergi itu sangat tinggi."
"Yang Jian tidak memilih untuk mengejar."
"Dia tahu jika Xiao Yuan benar-benar bertemu hantu, kemungkinan besar Xiao Yuan yang menang. Jadi tak perlu khawatir dengan ahli dalam mimpi buruk ini."
"Dia melihat mayat di sebelahnya."
"Yang Jian berjongkok dan mencabut batang besi yang menusuk leher mayat itu."
"Ini satu-satunya senjata yang dimilikinya dalam mimpi buruk ini."
"Untuk mencegah tangan licin oleh darah, dia merobek kain dari baju mayat dan melilitkannya di gagang besi."
""Yang Jian, kau... kau membunuh orang?" Seorang pria paruh baya yang mendengar suara itu datang dengan wajah penuh curiga."
"Yang Jian berdiri tanpa menoleh: 'Kalau matamu tak berguna, berikan ke yang buta! Kau buta? Saat aku datang orang ini sudah mati. Saat teriakan itu, aku masih bersama kalian!'"
""Tunggu...""
"Tiba-tiba dia memperhatikan luka di leher mayat."
"Teringat lagi teriakan sebelumnya."
"Dengan luka seperti ini dimana darah menyumbat tenggorokan, seharusnya korban tidak bisa berteriak."
"Lagipula darah di tanah sudah dingin, jelas korban sudah mati sejak lama."
"Berarti jeritan mengerikan tadi sama sekali tidak mungkin dikeluarkan oleh orang ini sebelum mati."
Yang Jian dengan cepat menoleh ke arah jejak kaki merah darah di sebelahnya, hatinya langsung dingin.
Suara yang berteriak tadi bukan manusia, melainkan Hantu.
Jejak kaki bernoda darah di jalan mungkin sengaja ditinggalkan Hantu untuk memancing Xiao Yuan mendekat?
"Bahaya, Xiao Yuan dalam ancaman?!"
Wajah Yang Jian berubah drastis. Dia curiga Xiao Yuan sudah diawasi Hantu, mungkin Hantu sudah lama mengetahui sosok merepotkan dalam mimpi ini, mengingap Xiao Yuan sudah beberapa kali berinteraksi dengan Hantu.
Jadi kali ini, Hantu ingin menghabisi Xiao Yuan lebih dulu?
Tidak berani ragu lagi.
Dia segera mengejar ke arah yang dituju Xiao Yuan tadi.
"Yang Jian, kau lari ke mana? Mau bukan kau yang membunuh, kau tidak boleh kabur! Masalah ini harus segera dilaporkan ke polisi!" teriak pria paruh baya itu, tampaknya belum menyadari gravitasi situasi.
Yang Jian mengejar mengikuti arah jejak kaki merah darah, tak lama kemudian menghilang di tikungan jalan.
Tapi tak lama setelah kepergiannya,
Di dalam rumah tua di depan mayat, sebuah pintu kayu tua sedikit terbuka menyisakan celah. Gelap gulita di dalamnya, namun di balik celah pintu terlihat samar-samar wajah pucat tanpa darah. Jelas ada sosok misterius yang tak bisa dipahami bersembunyi di sini. Meski jaraknya kurang dari sepuluh meter, tak ada yang menyadari kehadirannya.
"Greeeek!"
Saat ini juga, pintu gerbang terbuka. Sosok itu pun keluar.
"Tapi wajah pucat itu sudah berubah, menjadi biasa, berubah menjadi penduduk desa yang sangat biasa, tanpa keistimewaan apa pun."
"Sedangkan penduduk desa yang berkerumun melihat mayat itu tidak memperhatikan detail seperti ini."
"Maka, seekor hantu telah menyusup tanpa suara ke dalam kerumunan orang."
