"Huu! Huu!"
"Yang Jian terengah-engah, fisiknya dalam mimpi tidak sebaik yang dibayangkan, setelah mengejar dengan mempertaruhkan nyawa sebentar, dia mulai tidak tahan."
"Dan berbeda dengan mimpi buruk kemarin."
"Jarak di desa tidak mengalami perubahan apa pun, jika bukan karena bangunan yang berbeda, ini adalah Desa Meishan, sama persis dengan belasan tahun lalu, sama sekali tidak bisa dibedakan mana yang sebenarnya dan mana yang mimpi."
"Dia cepat menemukan Xiao Yuan."
"Xiao Yuan justru berdiri di area kosong sambil sedikit melamun."
"'Kau berhasil mengejar hantu tidak?' Yang Jian tidak mendekat, masih menjaga kewaspadaan."
"Xiao Yuan terdiam sejenak sebelum menoleh, tatapannya menunjukkan kebingungan; 'Sepertinya tidak di sini, aku salah mencari.'"
"Salah mencari?"
"Ekspresi Yang Jian berubah, bagaimana mungkin."
"Bukankah hantu itu menyerbu ke arah Xiao Yuan?"
"Jika dugaan benar, saat ini hantu seharusnya berada di sekitar, mencari cara untuk menyerang Xiao Yuan, tapi dia tidak menerima serangan apa pun."
"Ini membuktikan penilaiannya sebelumnya salah."
"'Jika bukan menargetkan Xiao Yuan, lalu hantu itu mengejar siapa?' Saat itu Yang Jian terdiam seketika."
“Dia menemukan penilaiannya dalam mimpi buruk itu semua salah, tidak pernah benar sekali pun, selama ini berhubungan dengan hantu gentayangan dalam mimpi, selamanya tidak bisa menebak aksi hantu. Sebelumnya seperti ini, sekarang juga begitu. Jangan-jangan hantu tahu semua pemikiran saya?”
Tidak, ini tidak mungkin benar.
Jika hantu bisa mengetahui pikiran orang lain, maka hantu dalam mimpi tidak mungkin bisa dibunuh.
“Bagaimanapun, saya yakin satu hal: hantu pasti ada di desa ini, tidak pergi keluar desa.” Yang Jian tiba-tiba menoleh ke Xiao Yuan, bertanya dengan serius.
“Xiao Yuan, terakhir kali kau menarik saya keluar desa, tidak ingin hantu meretas masuk. Jika hantu benar-benar meretas masuk ke desa, apa yang akan terjadi?”
“Apa aku pernah bilang? Tidak ingat.” Xiao Yuan mengusap-usap kepalanya, tampak bingung.
“…Lupa ya?” Yang Jian memandanginya, merasa dia tidak berbohong, mungkin memorinya bermasalah.
Atau mungkin, ada rahasia yang belum terungkap di tubuhnya.
“Lupakan dulu. Mencari cara mengakhiri mimpi buruk ini adalah prioritas utama sekarang. Kalau tidak, hantu akan terus membunuh sampai banyak orang mati.” Kata Yang Jian.
Tempat lain tidak bisa dia urus, tapi desa ini harus dia selamatkan.
Tiba-tiba, Xiao Yuan menoleh ke arah datangnya bau.
Yang Jian juga menciumnya.
Bau darah yang sangat menyengat, seolah muncul tiba-tiba.
Seketika.
Yang Jian menyadari sesuatu, dengan cepat kembali ke tempatnya tadi berdiri.
“Di area kosong desa yang sebelumnya dipenuhi banyak penduduk, sekarang sudah kosong melompong. Di tanah tergeletak beberapa mayat segar yang sepertinya baru saja mati. Cara kematian mereka sama: tenggorokan tertusuk oleh sesuatu. Tapi kali ini tidak ada senjata pembunuh yang tertinggal di luka, hanya ada luka berdarah yang hancur.
Dan ini masih yang terlihat.
Di sudut-sudut gelap yang tak terlihat, masih ada bekas darah. Hanya dalam waktu sekejap saat orang-orang menghilang tadi, entah berapa banyak yang sudah tewas di sini.
"Tadi hantu itu ada di tengah kerumunan, sama sekali tidak pergi. Jejak kaki berdarah di tanah itu hanyalah penyesatan, penyesatan yang sangat naif." Yang Jian menarik napas pendek, dia mulai merasakan betapa mengerikannya situasi kali ini.
Tak lama setelah mimpi buruk dimulai, korban pertama sudah muncul.
Lalu dia dan Xiao Yuan sempat tersesatkan untuk pergi sebentar. Setelah itu, hantu mulai bertindak seenaknya. Dalam waktu singkat, makhluk itu sudah membunuh setidaknya belasan orang tanpa suara.
Jika tidak segera dicarikan cara, besok pagi seluruh desa mungkin sudah hancur.
"Kan sudah kukatakan, kalau kita tidak membunuh mereka, mereka tetap akan mati. Andai tadi Kakak tidak menghalangiku, semakin cepat mereka mati semakin besar kesempatan kita untuk sukses." Xiao Yuan berkata dengan ekspresi penuh penyesalan.
"Dari perspektif ini memang benar," tatapan Yang Jian menjadi serius, "Tapi membunuh orang dan hantu membunuh orang itu berbeda. Hantu bisa seenaknya, kami tidak. Lagipula saat kami membunuh, hantu juga ikut membunuh. Kau pikir malam ini belum cukup kacau?"
"Dengan begitu banyak yang sudah mati, yang tersisa pasti sudah menyadari sesuatu tidak beres. Sekarang kemungkinan besar mereka sudah pulang dan bersembunyi. Situasi ini semakin merugikan karena kita sendiri tidak tahu apakah mereka bertemu hantu atau sudah mati. Untuk menemukan hantu di sini, kita harus menunggu sampai hantu itu muncul sendiri."
"Tapi target utama hantu bukan kita. Saat giliran kita tiba, mungkin sudah hampir subuh. Menghadapi hantu tepat sebelum fajar, peluang menang kita mungkin tidak besar."
Kepala sakit.
Saat ini Yang Jian hanya bisa merasakan sakit kepala. Meski sudah mengetahui keberadaan hantu ini dan aturan membunuhnya secara garis besar, tetap tidak ada cara untuk menghadapinya.
Kesulitannya terletak pada ketidakmampuan menentukan identitas hantu.
Terakhir kali dia mengatasi ketakutannya, mencoba terus membunuh, tapi malah diserang diam-diam oleh hantu sejati yang hampir membuatnya mati.
Meski ancaman dari hantu itu sendiri tidak terlalu besar, dalam mimpi buruk ini kehadirannya terasa sangat mengerikan. Selain itu, tidak ada buti langsung yang menunjukkan bahwa setelah melewati satu mimpi buruk tidak akan masuk ke mimpi buruk kedua.
Frekuensi Xiao Yuan masuk ke dalam mimpi buruk mungkin sudah melebihi perkiraannya.
"Tap, tap-tap."
Namun pada saat itu, tiba-tiba terdengar langkah kaki di jalan desa terdekat. Suara sepatu kulit yang menapak lantai itu bergema di antara rumah-rumah di sepanjang jalan kecil, terdengar sangat jelas.
"Ada orang?" Xiao Yuan segera mengacungkan pedang buah di tangannya sambil menoleh ke arah sumber suara.
Langkah kaki ini adalah...?
Yang Jian tersentak kaget. Suara langkah kaki ini sangat mirip dengan suara aneh yang terdengar dari lantai atas saat dirinya sedang mengobrak-abrik barang antik di rumah pada siang hari.
Tidak.
Setelah mendengarkan dengan seksama dan mengidentifikasi dengan cermat, dia bisa memastikan.
Kedua langkah kaki itu berasal dari orang yang sama.
Tapi, benarkah ini manusia?
"Xiao Yuan, jangan gegabah. Benda ini tidak biasa," kata Yang Jian dengan ekspresi serius.
Xiao Yuan sepertinya juga merasakan keanehan. Dia hanya menatap jalan kecil itu dengan mata bulatnya, tanpa bergegas menyergap.
Gema sepatu kulit di lantai berlangsung sejenak sebelum siluet manusia terpantul di dinding samping, memasuki pandangan Yang Jian. Namun tiba-tiba langkah kaki itu berhenti, sosok di gang itu diam mematung.
"Berhenti? Mengapa? Apakah dia tahu kita sudah waspada, atau ada alasan lain?" Yang Jian tak berkedip memandangi jalan kecil itu, menanti perubahan selanjutnya.
Dalam mimpinya dia bukan Pengendali Hantu, jadi tidak punya margin untuk trial and error.
Satu langkah salah bisa membuatnya tewas di tangan hantu.
Siluet di jalan kecil itu diam selama puluhan detik sebelum akhirnya mulai bergerak lagi.
Suara sepatu kulit menginjak lantai beton kembali bergema, namun kali ini siluet orang itu tidak melanjutkan langkah ke depan, malah berbalik badan hendak pergi.
"Barang itu ingin kabur? Jangan biarkan pergi, yang ada di jalan kecil kemungkinan besar adalah hantu yang tertinggal di sekitar, mustahil ini orang hidup."
Wajah Yang Jian berubah drastis, tanpa ragu langsung mengejarnya.
Meski ada bahaya, kesempatan ini tak boleh disia-siakan. Kalau tidak, entah berapa banyak korban lagi jika hantu itu mulai membunuh berikutnya.
Kecepatannya luar biasa, aksinya pun gesit.
Setelah menyusuri jalan kecil itu, Yang Jian melihat siluet orang di tikungan, sementara di lantai masih tersisa beberapa jejak kaki berlapis lumpur kuning, seolah baru saja melintasi sawah.
"Kecepatan orang ini tidak normal. Langkah kakinya tidak cepat, tapi kecepatan perginya luar biasa." Ekspresi Yang Jian berubah halus. Ia mempercepat langkah namun tetap tak bisa menyusul.
Setiap kali hanya selisih sedikit, tapi selalu terasa seperti sebentar lagi bisa mengejar.
Keduanya mempertahankan jarak yang, dari kejauhan terlihat seperti sedang memancing, hantu ini ingin mengalihkan Yang Jian, atau membawanya ke tempat tertentu.
Yang Jian segera menyadari hal ini, namun memilih untuk tidak berhenti.
Bahaya hantu dalam mimpi buruk ini relatif kecil. Xiao Yuan punya pengalaman sukses keluar dari mimpi buruk, artinya dia pernah membunuh hantu. Dirinya seharusnya juga bisa melakukannya.
Dalam pertarungan satu lawan satu, Yang Jian yakin masih ada peluang menang.
“Ini menuju ke luar desa.” Seketika, dia menyadari dirinya telah mengejar sosok itu sampai ke luar desa.
Di tengah jalan, ketika menoleh ke belakang, Yang Jian tidak melihat Xiao Yuan mengikuti. Belakangnya kosong melompong.
Di depan, terhampar hutan gelap yang lebat.
Sebuah jalan tanah yang seharusnya tidak ada di desa itu berkelok-kelok masuk ke dalam hutan. Hutan tersebut memang ada di dunia nyata, yaitu hutan pasir tempat mayat setengah terkubur ditemukan di siang hari.
Hantu itu berjalan di jalan, sepatu kulitnya menginjak permukaan jalan yang berlumpur, meninggalkan jejak-jejak kaki sekaligus mengotori diri dengan tanah.
“Sengaja membawaku ke sini?” Yang Jian mengejar dari belakang, di tangannya menggenggam satu-satunya senjata - besi tulangan berkarat.
Asalkan senjata darurat ini menembus tubuh hantu itu, mimpi buruk hari ini akan berakhir.
Seketika.
Saat hampir memasuki hutan, hantu di depan tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Tatapan Yang Jian menyempit, tapi dia tidak berhenti.
Hanya duel satu lawan satu.
Tidak ada alasan baginya untuk gentar atau mundur.
Maka Yang Jian terus berlari ke depan.
Kali ini, jarak semakin drastis berkurang. Keanehan sebelumnya dimana dia tak bisa mengejar sama sekali tidak terulang.
“Bisa mulai bertindak.” Yang Jian mengamati situasi sekitar.
Tak ada gangguan benda asing yang tiba-tiba muncul. Ini kesempatan baik untuk pertarungan satu lawan satu sekaligus memiliki keyakinan akan kemenangan.
Namun tepat saat mendekat, sosok di depan itu tiba-tiba berbalik badan menghadap Yang Jian.
Yang Jian yang seharusnya sudah bisa bertindak tiba-tiba terdiam seketika, langkahnya berhenti mendadak, ekspresi wajahnya tidak tahu apakah terkejut atau tertegun.
Hantu di depan matanya ini ternyata memiliki wajah yang sangat familiar.
Wajah ini sedikit mirip dengan Yang Jian, tapi yang lebih mirip justru gambar almarhum ayahnya di rumah tua... Tidak, mungkin seharusnya tidak dikatakan mirip, melainkan persis seperti wajah di gambar almarhum itu.
"Lelucon apa ini?" Mata Yang Jian menyempit tiba-tiba setelah menyadari hal ini.
Mungkinkah ayahnya yang sudah meninggal adalah hantu ini?
Apakah sumber peristiwa supranatural ini adalah kebangkitan Hantu Gentayangan setelah kematian ayahnya?
