Desa yang diselimuti kegelapan mulai menjadi berbahaya.
Yang Jian berkeliaran di desa, sepanjang jalan tidak melihat seorang pun, tidak mendengar gerakan apa pun, sangat sepi tanpa suara sama sekali, bahkan tidak ada jeritan mengerikan sebelum kematian.
Tapi di desa yang sunyi ini, berkeliaran seekor hantu tak dikenal.
Dalam kondisi mengetahui hal ini, orang biasa bahkan hanya berdiri 1-2 menit saja sudah ketakutan sampai tidak bisa bergerak.
Tapi Yang Jian seperti tidak apa-apa, tidak hanya tidak takut malah terburu-buru ingin segera menemukan jejak hantu.
"Ada cahaya di sana."
Tiba-tiba.
Setelah berputar-putar, Yang Jian akhirnya menemukan tempat yang agak spesial - sebuah rumah dengan lentera menyala di pintu, satu-satunya bangunan bercahaya di desa yang gelap gulita ini.
Saat mendekat, dia menyadari tempat bercahaya itu adalah kuil leluhur desa.
Dari kejauhan, tampak seperti ada orang berdiri di pintu kuil, tapi karena pencahayaan yang buruk hanya terlihat kontur kabur yang mondar-mandir di bawah lentera, sepertinya gelisah.
"Masih ada orang yang berjalan-jalan di luar saat seperti ini?"
"Apakah itu Hantu?"
Yang Jian mengerutkan keningnya dan memutuskan untuk mendekat melihat situasi.
Ia menatap siluet yang mondar-mandir di depan kuil leluhur itu, mendekat dengan cepat sambil berencana mengakhiri mimpi buruk ini secepat mungkin.
Tapi tepat di tengah perjalanannya, suara panik tiba-tiba muncul dari sebuah gang sempit di samping: "Yang, Yang Jian, apakah itu kau?"
Hm?
Langkah Yang Jian terhenti mendadak.
Ia segera menoleh ke arah sumber suara, bola matanya menyempit tajam.
Terlihat dari gang, Jiang Yan dengan tubuh ternoda darah, rambut acak-acakan, dan wajah panik perlahan keluar.
"Jiang Yan? Kenapa kau di sini? Bukannya kudiamkan untuk tetap di ruangan?" Secara refleks Yang Jian menggenggam erat senjata di tangannya, siaga untuk menyerang kapan saja.
Dalam mimpi buruk ini, siapa pun bisa jadi Hantu.
Setelah berpisah dengan Jiang Yan, pertemuan kembali ini mungkin Hantu yang menyamar.
"A-Aku diserang, hampir mati, lalu kabur dari rumah." Suara Jiang Yan bergetar menahan tangis, ia menunduk melihat perutnya yang masih mengucurkan darah.
Darah di tubuhnya adalah darahnya sendiri.
"Siapa yang menyerangmu?" tanya Yang Jian.
Jiang Yan masih gemetar: "Itu...itu kau, tapi aku tahu pasti bukan kau yang asli. Pasti Hantu! Hantu itu menemukanku. Begitu ada ketukan pintu dan teriak namaku, aku langsung tahu ada yang tidak beres. Aku kabur mempertaruhkan nyawa, tidak tahu harus ke mana akhirnya sembunyi di suatu tempat."
“Apakah kau pikir aku harus percaya padamu?” Yang Jian berkata.
“Aku juga sangat takut, tidak tahu apakah kau benar-benar Yang Jian atau bukan, tapi aku melihatmu pergi ke arah kuil leluhur. Aku khawatir padamu, jadi tidak ingin kau mengambil risiko ke sana. Di sana ada hantu, banyak sekali. Baru saja aku melihat banyak orang mati di sana.” Jiang Yan berkata sambil menangis.
Dia menutupi perutnya yang terluka, wajahnya pucat. Lukanya terus memburuk.
Meski terluka, Jiang Yan tidak langsung mati. Tapi jika lukanya terus seperti ini, sulit baginya bertahan sampai besok pagi.
Saat itu Yang Jian mulai ragu.
Dia tidak bisa menentukan apakah Jiang Yan di depannya adalah hantu atau bukan, kecuali segera kembali ke tempat tinggalnya di kampung halaman untuk membandingkan.
Tapi tindakan seperti itu justru akan menyita waktu.
“Jika masih bisa berjalan, ikutlah denganku sekarang. Jangan pedulikan luka. Jika mimpi buruk ini berakhir, semua luka akan hilang. Tapi jika mimpi ini terus berlanjut, hantu akan datang membunuhmu. Kau tidak akan hidup sampai subuh.”
Yang Jian berkata dengan wajah dingin.
Jiang Yan mengangguk sambil menggigit giginya.
“Jaga jarak denganku. Jika mencoba kabur atau terlalu dekat, aku akan bertindak.” Yang Jian menambahkan.
Dia tak berani melakukan percobaan berulang kali.
Karena jika membunuh Jiang Yan di sini dan ternyata salah, Jiang Yan di dunia nyata pasti mati.
“Bisakah kita tidak ke kuil leluhur? Tempat itu sangat berbahaya.” Jiang Yan yang mengikuti dari belakang berkata dengan ketakutan.
Yang Jian tidak menjawab, hanya terus berjalan maju.
Tetapi ketika dia terus berjalan maju beberapa langkah, wajahnya perlahan menjadi muram karena saat itu dia mulai bisa melihat sosok yang mondar-mandir di depan pintu kuil leluhur. Meski belum sepenuhnya jelas, dari pakaian dan postur tubuh, orang itu sangat mirip... Jiang Yan.
Awalnya belum berani memastikan sepenuhnya, tapi sekarang dia mulai yakin.
Orang yang tadi berdiri di bawah penerangan pintu kuil leluhur itu adalah Jiang Yan.
Namun ketika Yang Jian melihat Jiang Yan di depan kuil, Jiang Yan juga melihatnya.
"Halo, Yang Jian, ke sini, cepat ke sini! Desa sudah tidak aman, kami semua mengungsi ke sini!" seru Jiang Yan di depan kuil sambil melambaikan tangan dengan gesit, mendesak Yang Jian untuk segera mendekat.
"Dua Jiang Yan?" Tiba-tiba Yang Jian menoleh ke belakang.
Jiang Yan di belakangnya wajah pucat, entah karena kehilangan darah berlebihan. Dia memandangi Yang Jian dan sosok di depan kuil dengan ekspresi panik.
Dan saat ini...
Jiang Yan di depan kuil justru sedang berlari ke arah mereka.
"Kali ini hantu mengejarku?" Mata Yang Jian melirik ke kiri-kanan, wajahnya langsung berubah.
Strategi hantu kali ini lebih kejam daripada mimpi buruk pertama, bahkan dalam satu mimpi muncul dua orang identik. Ini jelas-jelas memberi tahu bahwa salah satunya adalah hantu.
Tapi sekarang, mana yang hantu?
Jiang Yan yang berdiri di belakang dengan luka bernoda darah, atau Jiang Yan yang berlari dari bawah lentera kuil leluhur?
“Dia baru saja meninggalkan desa sebentar, jadi situasi seperti ini sama sekali tidak bisa dibedakan.”
“Selain itu, dalam mimpi sepertinya Hantu bisa mengetahui ingatan orang lain, sehingga penyamaran seperti ini mustahil memiliki kelemahan. Satu-satunya kelemahan adalah Hantu akan mencari cara untuk membunuh dirinya sendiri, sedangkan orang lain dalam mimpi buruk ini tidak akan melakukannya.”
Saat ini.
Yang Jian masih memiliki satu pilihan lagi, yaitu penarikan diri sementara.
“Tapi ini pilihan terburuk, karena begitu mundur, Jiang Yan yang asli pasti akan diawasi Hantu, dan aku juga kehilangan kesempatan untuk membunuhnya.”
“Harus bertindak lebih dulu.”
Yang Jian menarik napas dalam-dalam, matanya menyapu sekeliling lagi, mengamati dengan cermat, lalu tiba-tiba berbalik badan dan menyerbu Jiang Yan yang berdiri di belakangnya.
Gerakannya terlalu cepat, hampir tanpa keraguan dalam tindakannya.
Sebatang besi tajam yang berkarat langsung menembus dadanya.
“Yang Jian, kau sedang apa...” Jiang Yan yang berlumuran darah dengan wajah pucat di belakangnya membelalakkan mata penuh ketidakpercayaan.
“Aku tidak yakin apakah kau Hantu atau tidak. Pilihan terbaik adalah membunuh kalian berdua. Jika ragu-ragu, mimpi buruk ini tidak akan berakhir.”
Wajah Yang Jian tetap tenang, tatapannya tak bergeming menancap padanya. Dia mencabut besi itu, lalu berbalik menyerbu Jiang Yan yang sedang berlari dari pintu kuil leluhur.
“Ah!”
Melihat ini, Jiang Yan yang mendekat langsung terdiam seketika, perlahan ekspresi wajahnya berubah.
Menjadi suram, menjadi kaku, lalu berbalik badan mulai mundur.
"Sekarang mau pergi? Sudah terlambat." Yang Jian saat ini sudah menyerbu ke sini, saat dia berbalik menusuk Jiang Yan tadi, dia sudah mempersiapkan segalanya. Mereka berdua harus tinggal bersama.
Jika itu adalah Hantu, maka Hantu pasti akan menunjukkan kelemahan.
Jadi selama hanya melukai tanpa membunuh, kita bisa mengakhiri mimpi buruk ini sebelum Jiang Yan yang asli tewas akibat luka parah.
Justru karena memikirkan hal ini, Yang Jian bertindak tanpa sedikit pun keraguan.
Orang yang berbalik pergi itu sudah bisa dipastikan adalah Hantu.
Hantu sedang pergi dengan cepat, mungkin dia merasakan bahaya, atau mungkin ritual Yang Jian ini langsung menghancurkan persiapannya, membuatnya kehilangan arah sehingga terpaksa mundur.
Terlihat bergerak lambat, tapi sebenarnya Hantu sedang menjaga jarak.
Perasaan ini sangat ganjil.
Ini pengaruh Hantu terhadap sekitarnya, bagian paling tidak adil dari mimpi buruk ini, terasa seperti menggunakan cheat.
Hantu sedang pergi, menuju ke dalam kuil leluhur.
Yang Jian mengejar dari belakang, sepertinya hanya selangkah lagi bisa menangkap Hantu, tapi jarak sekecil itu terus-menerus dijaga.
"Braak!"
Pintu gerbang ditabrak terbuka, Hantu berlari masuk ke kuil leluhur.
Yang Jian juga memasuki kuil leluhur.
Tapi pada saat ini, dia kehilangan pandangan terhadap Hantu, hanya satu dua detik, karena pandangannya terhalang setengah pintu.
Sesaat kemudian.
Wajah Yang Jian menjadi muram.
“Di kuil leluhur ada cukup banyak orang, berkumpul rapat setidaknya dua tiga puluh orang, semuanya adalah penduduk desa.”
Siluet Jiang Yan sudah tidak terlihat lagi.
Hantu kembali berhasil menyusup ke dalam kerumunan.
“Ini benar-benar mencari mati, kau pikir menyusup ke kerumunan akan aman?” Yang Jian menatap kerumunan, dia mengunci pintu gerbang di belakangnya lalu memasang palang.
Kalau hantu ini tidak ditebas, hari ini tak ada yang bisa pergi dari sini.
