Setelah menangani keributan di desa tadi, Yang Jian terus duduk tenang di bagasi mobil sambil menekan hantu ini agar tidak bisa membuka mata dan terbangun.
Meski prosesnya terlihat sederhana, tetap mengandung bahaya yang mengerikan.
Selama itu dia tidak boleh sembarangan menggunakan kemampuan hantu gentayangan.
Jadi selain memantau hantu, dia juga harus memperhatikan kondisi dirinya sendiri. Bagaimanapun, kuota mengendalikan hantu ini biasanya dipakai untuk dirinya sendiri. Menggunakannya untuk melawan hantu dalam waktu singkat tidak masalah, tapi efek jangka panjangnya belum pernah dia coba.
Kira-kira menjelang siang hari,
Hu Kai datang membawa amplop arsip dan menyerahkannya kepada Yang Jian. "Kapten Yang, ada yang aneh." katanya.
"Ada apa?" Yang Jian mengambil amplop itu dengan satu tangan sambil membukanya tanpa menengahkan kepala.
"Saya hanya menemukan arsip ayah Kapten Yang. Tapi dokumennya sudah sangat lama, informasinya tidak lengkap. Soal sepupu perempuan bernama Liang Yuan yang Kapten sebutkan, saya tidak menemukan arsipnya sama sekali." kata Hu Kai.
Gerakan Yang Jian terhenti. Dia menengadah sambil mengerutkan kening memandangi Hu Kai: "Tidak ketemu?"
“Ya, tidak ditemukan, sama sekali tidak ada arsip orang ini. Arsip semua warga Desa Meishan bisa ditemukan, hanya arsipnya yang hilang.” Hu Kai menekan suaranya; “Di arsip benar-benar tidak ada orang bernama Liang Yuan, tapi setelah saya tanya penduduk desa lain dan periksa, memang ada orang ini di desa.”
“Jadi saya hanya bisa menyimpulkan, Bibi sepupu Kapten Yang ini tidak tercatat dalam arsip, orang tanpa status. Tapi sebelumnya saya ambil inisiatif membantu mengurus KK untuknya. Ini buku rumah tangga baru keluarganya, dan KTP baru.”
Setelah berkata demikian, Hu Kai menyodorkan tas dokumen lagi.
Yang Jian melambaikan tangan: “Tunggu dulu, ini hal sepele. Saya ingin tahu kenapa arsip sepupu saya tidak ditemukan. Setiap orang pasti punya arsip sejak lahir. Asal tahu nama, dan urusan sekolah pasti butuh dokumen ini. Tidak mungkin tidak ada jejak.”
“Memang begitu, tapi namanya muncul tiba-tiba, tidak bisa diverifikasi. Tentang cara kelahiran dan pendidikannya, saya belum jelas, butuh waktu investigasi.” Jawab Hu Kai.
“Tidak, tidak usah. Kamu cek arsip masa lalu Desa Meishan. Data kelahiran dan kematian warga sebelumnya. Entah pakai pengenalan wajah atau pembandingan manual. Pokoknya penduduk desa tidak banyak, pasti ada jejak yang bisa ditemukan sebelum sore.” Yang Jian menatapnya tajam.
“Tidak masalah. Arsip warga desa memang mudah ditemukan.” Kata Hu Kai: “Saya segera kerjakan.”
Melihat kepergiannya, hati Yang Jian semakin tidak tenang.
Sepertinya dia kembali menggali keberadaan tersembunyi.
“Bibi yang lebih muda itu sama sekali tidak sesederhana yang dibayangkan orang-orang, orang dalam mimpi buruk itu pernah berkata, Xiao Yuan adalah sebuah kejutan tak terduga.”
“Tentang kejutan seperti apa itu, Yang Jian tidak tahu pasti, tapi itu tidak menghalanginya untuk melakukan investigasi.”
Setelah itu.
Jiang Yan kembali lagi, dia telah menyelesaikan kompensasi untuk keluarga-keluarga yang tersisa. Kali ini dia menghela napas lega: “Akhirnya selesai juga, Yang Jian. Uangmu habis banyak sekali, tepatnya puluhan juta! Aku baru selesai mentransfer semuanya. Tapi beberapa orang benar-benar beruntung, hanya ada orang tua di rumah, anak-anaknya tidak ada, dapat uang cuma-cuma. Saat aku hubungi, orang itu sama sekali tidak sedih, malah terlihat sangat gembira.”
“Sekarang orang lebih mementingkan uang daripada nyawa. Kalau dia ada di sini, pasti ikut membuat keributan.”
“Tidak apa, kau sudah melakukan yang terbaik.” Yang Jian mengangguk pelan. “Hanya puluhan juta, di kompleks perumahan ini nilainya setara dengan satu rumah. Tapi bagi mereka, ini adalah kesempatan mengubah takdir.”
“Hehe, kalau dipikir seperti itu, aku jadi tidak terlalu sedih.” Jiang Yan tertawa sambil berkata.
Meski yang mengeluarkan uang adalah Yang Jian, tapi yang merasa sakit hati adalah dirinya sendiri. Sebagai nyonya rumah Yang Jian, setiap rupiah yang keluar membuat hatinya perih.
“Kamu pulang dan istirahat dulu, temani ibuku ngobrol. Aku masih ada urusan.” Kali ini Yang Jian melambaikan tangan, memberi isyarat padanya untuk pergi.
Karena dia melihat Hu Kai yang pergi tadi telah kembali.
“Baiklah, nanti malam mau makan apa? Nanti kubawakan.” Jiang Yan berkedip-kedip matanya.
Yang Jian berkata: “Bebas saja, yang penting ada.”
“Kalau begitu saya pulang dulu.” Jiang Yan juga melihat Hu Kai, kali ini dia pergi dengan patuh.
Begitu perempuan itu pergi, Hu Kai langsung mengeluarkan sebuah arsip yang sudah cukup tua.
"Kapten Yang, memang ada temuan yang agak khusus. Lihatlah arsip ini, sudah bertahun-tahun seharusnya dimusnahkan. Karena beberapa tahun lalu muncul peristiwa supranatural, arsip-arsip lama ini diperintahkan untuk disimpan. Kalau tidak, pasti sudah tidak bisa ditemukan."
Sambil berbicara, dia membuka arsip tersebut lalu mengeluarkan selembar dokumen dan menyerahkannya kepada Yang Jian.
Yang Jian menerimanya dengan satu tangan, matanya langsung menyipit saat melihat isinya.
Arsip itu sangat kuno, dokumennya ditulis tangan bukan diketik, foto di atasnya hitam-putih dan sudah memudar, agak buram tapi masih bisa terlihat jelas wajah orang di dalam dokumen.
Itu adalah seorang wanita.
Sekitar tujuh belas-delapan belas tahun, wajahnya persis sama dengan sepupu perempuannya Xiao Yuan, dengan dua kuncir besar dan rambut panjang.
Hanya saja sekarang sepupunya berambut pendek sebahu, rambutnya tidak sepanjang itu.
Nama adalah... Yang Yuanyuan.
Tahun kelahiran... empat puluh tahun yang lalu.
Anggota keluarga dan sejenisnya tidak dikenal oleh Yang Jian, sangat asing. Jika ada pun, mungkin sudah semua meninggal.
"Ini orang dari generasi ayah saya," kata Yang Jian dengan suara tertekan.
Hu Kai berkata; "Benar, saya sudah menyelidiki hubungan orang ini. Tepatnya, Yang Yuanyuan ini adalah sepupu ayahmu. Tapi dia bukan orang desa ini, entah asalnya dari mana saya tidak tahu, eranya sudah terlalu lama. Teknologi waktu itu belum matang, banyak informasi yang hilang."
“Orang bernama Yang Yuanyuan ini sudah mati? Penyebab kematiannya... tenggelam？” Yang Jian kemudian menemukan arsip dokumen, alutnya segera berkerut.
Hu Kai agak canggung menjelaskan; “Benar seperti itu, jadi aku tidak bisa menilai apakah dia ada hubungannya dengan sepupu perempuan Kapten Yang atau tidak, hanya wajahnya yang identik. Lagipula, orang mati tidak mungkin hidup kembali.”
Meski dia tahu banyak peristiwa supranatural aneh, tapi tetap tidak menganggap ada hubungan antara keduanya.
“Siapa bilang orang mati tidak bisa dihidupkan.” Yang Jian menatapnya.
“Hm？” Hu Kai membelalakkan mata: “Ada preseden seperti itu?”
Yang Jian tidak menjawab. Mungkinkah dia akan berkata bahwa dirinya sendiri bisa menghidupkan orang mati?
Kebangkitan yang dimaksud bukanlah benar-benar hidup kembali, melainkan menggunakan metode supranatural untuk mempertahankan memori orang tersebut. Jika dilakukan oleh dirinya, caranya sederhana: gunakan koran usang bernoda darah itu, robek wajah seseorang, lalu rangkai di mayat lain. Dengan begini, orang mati kemungkinan besar bisa hidup kembali di tubuh baru.
Tentu saja, waktu kematian korban tidak boleh terlalu lama. Jika sudah lama, belum tentu efektif.
Ada metode alternatif lain.
Yang Jian juga bisa menggunakan bayangan hantu tanpa kepala untuk merangkai kepala orang hidup ke tubuh baru. Hanya saja syaratnya lebih rumit, tidak bisa menghidupkan orang mati, hanya mengganti tubuh.
Singkatnya, dengan memanfaatkan cara-cara supranatural, "kebangkitan" seseorang memang mungkin dilakukan.
Kebangkitan ini bukanlah kehidupan sejati, melainkan bentuk bertahan hidup yang tidak lazim.
Berubah menjadi makhluk yang bukan manusia lagi, juga bukan hantu seutuhnya.
“Jadi, yang dimaksud orang itu dengan ‘kecelakaan’ adalah ini? Xiao Yuan bukan manusia yang ada di masa sekarang, melainkan makhluk luar biasa yang eksis karena kekuatan gaib?” Yang Jian merenung, masih memegang dokumen arsip itu sambil membaca.
Untuk mencapai hal ini, wajib dilakukan modifikasi memori.
Jika tidak, banyak orang akan curiga jika tiba-tiba muncul seseorang tambahan.
Koran usang bernoda darah itu bisa memodifikasi memori, sebenarnya bukan korannya, melainkan hantu yang membaca koran itu yang memiliki kemampuan memodifikasi memori.
Jika benar demikian.
Ini mungkin dilakukan ayah sebelum beliau meninggal.
Ternyata.
Saat masih hidup, apakah ayah bisa mengendalikan lebih dari satu hantu?
Baik hantu gentayangan dalam mimpi maupun hantu pengubah memori, semuanya terkait dengan ayah.
Sayangnya, memori terakhir ini seharusnya sudah lenyap dalam mimpi buruk itu, sebuah kebenaran terkubur selamanya.
Tidak ada cara lagi untuk mengetahui peristiwa-peristiwa masa lalu.
“Arsipkan dokumen ini, fotokopi satu rangkap. Yang baru diarsipkan, yang lama kirim ke Zhang Hua.” Setelah lama merenung dan membaca kedua dokumen ini, Yang Jian mengembalikannya ke Hu Kai.
“Apakah ada perintah lain, Kapten Yang?”
Yang Jian berkata: “Untuk sementara tidak ada. Tinggalkan beberapa orang berjaga di sini selama seminggu, lalu kalian bisa pergi.”
“Baik, saya akan pulang dulu. Jika ada keperluan, Kapten Yang bisa menghubungi via ponsel.” Kata Hu Kai.
Yang Jian mengangguk.
Tak lama kemudian, satu hari pun berakhir.
Hu Kai membawa sebagian besar personel meninggalkan desa, hanya menyisakan beberapa orang untuk berjaga.
Di sisi lain, tingkat pembusukan mayat di sebelah Yang Jian sudah terlihat jelas. Beberapa bagian yang terlihat dengan mata telanjang mulai membusuk, menunjukkan perubahan besar dibanding penampilan sebelumnya.
Perubahan ini datang lebih cepat dari perkiraan.
Jika terus berlanjut seperti ini, begitu mencapai siang besok, tingkat pembusukan akan melebihi separuh. Saat itu, dia tidak perlu lagi mengendalikan mayat ini.
Lagipula, duduk sambil berpegangan tangan dengan hantu adalah hal yang cukup memuakkan.
Namun ketika sore tiba, Yang Jian sedikit mengangkat kepala memandang langit.
Suram, awan gelap menutupi langit.
Tanda akan turun hujan.
