Cuaca musim dingin jarang mengalami hujan deras, tapi hari ini terasa aneh. Hujan turun sangat lebat dan mendadak.
Baru pukul enam kurang, hujan sudah mulai turun.
Waktu sebenarnya belum larut, tapi karena hujan membuat suasana menjadi sangat gelap, seolah tiba-tiba masuk ke tengah malam. Udara dipenuhi hawa dingin menusuk khas musim dingin yang membuat orang tak bisa menahan gemetar.
Yang Jian masih duduk di bagasi mobil.
Percikan hujan membasahi bajunya, tapi dia sama sekali tidak memperhatikan. Ekspresinya tenang tanpa rasa tak nyaman.
Dengan bayangan hantu dalam tubuhnya, bahkan serangan gaib biasa pun bisa ditahan, apalagi sekadar air hujan.
Hanya saja dengan cuaca seperti ini, mustahil ada orang yang keluar malam ini.
Jiang Yan sempat ingin menemani, tapi ditolak oleh Yang Jian.
Mayat ini cukup ditemani sendirian, tidak perlu menarik orang lain masuk.
Sesekali memeriksa tingkat pembusukan mayat, semuanya berjalan dengan mulus.
Hujan semakin deras, tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Perlahan, air hujan berkumpul di samping mobil, membentuk aliran-aliran kecil, kemudian genangan air yang luas.
Yang Jian tidak memperhatikan hujan. Meski duduk diam di sana, sebagian besar perhatiannya tertuju pada mayat hantu gentayangan di sebelahnya. Meskipun mayat ini dalam keadaan dikendalikan, siapa yang tahu apakah akan terjadi hal tak terduga di tengah jalan? Lagipula ini adalah hantu gentayangan tak terpecahkan.
Jika sekali lepas kendali, pengorbanan yang tidak bisa ditanggung Yang Jian.
Tapi yang tidak dia ketahui adalah...
Saat Yang Jian masih duduk di sana membuang waktu, genangan air hujan di sekitarnya perlahan membentuk cermin buram.
Meski pencahayaan kurang, masih bisa terlihat jelas seadanya.
Bayangan dalam air menunjukkan penampilan Yang Jian. Namun yang ganjil, bayangan tersebut tidak duduk di bagasi mobil yang terbuka, melainkan berdiri di sebelah kendaraan dengan gerakan yang sama sekali berbeda dari posisi aslinya. Wajahnya pucat dan mati, menatap ke arah sini dengan pandangan aneh yang tak terucapkan.
Seolah bayangan dalam air bisa menembus penghalang, mengamati Yang Jian di dunia nyata.
Tapi semua ini tetap tidak disadari Yang Jian. Lagipula siapa yang akan memperhatikan bayangan dalam genangan air kecil tak berarti?
Namun seiring berjalannya waktu...
Bayangan dalam air tiba-tiba mulai berjalan sendiri. Sosok kaku berwajah pucat dengan wajah identik Yang Jian perlahan melangkah maju.
Namun langkah ini tidak menciptakan jarak.
Bayangan masih tetap di bawah kaki tanpa perubahan.
Tapi jarak yang terjadi justru mengalami perubahan mengerikan.
Dari genangan air di sebelah, kepala basah dengan rambut hitam lebat perlahan muncul dari bawah air. Prosesnya lambat bahkan cenderung bebal, tapi tanpa gangguan apapun. Setelah beberapa menit, setengah kepala ganjil telah muncul di permukaan lantai.
Siluet dalam genangan air itu kini berusaha keluar.
Yang Jian di mobil masih memejamkan mata tanpa curiga. Ia mengira peristiwa supranatural sudah berakhir. Selain mayat di sampingnya, seharusnya tak ada hantu lain mengingat situasi sekitar desa telah diselidiki berulang kali.
Siluet ganjil itu terus muncul sedikit demi sedikit.
Kini, separuh kepala telah terlihat. Kepala manusia itu menampakkan sepasang mata mati tanpa semangat, redup seperti milik orang mati.
Tapi mata mayat ini perlahan berputar, mengarah ke Yang Jian yang duduk di sebelah.
Intipan ini menciptakan rasa merinding.
Jelas.
Ini adalah hantu gentayangan.
Muncul dari air, atau lebih tepatnya air hanya memanifestasikan hantu tersebut. Arwah ini datang dari tempat lain yang meretas masuk.
Kemunculan hantu tak kunjung berhenti. Sebaliknya semakin nyata seiring waktu.
"Awalnya hanya bagian ubun-ubun dengan rambut lebat, lalu setengah kepala, tapi sekarang sudah seluruh kepala. Melihat tren ini, tidak lama lagi Hantu akan sepenuhnya merasuki dunia nyata. Apa yang akan terjadi setelahnya tak seorang pun bisa memprediksi."
Yang Jian yang diawasi masih belum menyadarinya.
Karena dia tidak merasakan sedikit pun keanehan, juga tidak mendengar suara gerakan apa pun.
Tidak.
Bukan berarti sama sekali tidak ada gerakan.
Tiba-tiba.
Yang Jian yang sedang memejamkan mata untuk istirahat langsung membuka matanya. Dengan refleks dia menoleh ke arah desa, matanya memerah samar seperti memancarkan cahaya merah, fenomena yang sulit dipahami.
Di jalan setapak masuk desa, siluet hitam pekat berdiri tak bergerak, menatap ke arah sini.
Orang itu mengenakan jas hujan dengan hoodie, berdiri di tengah hujan deras sambil memegang pedang mengilap.
Penampilannya mirip penjahat yang hendak beraksi malam hari, atau pembunuh psikopat yang berkeliaran di kegelapan.
"Xiao Yuan, permainan mimpi buruk sudah berakhir. Kau harus pulang dan tidur. Hujan sebesar ini bisa membuatmu sakit meski tidak kehujanan." Kata Yang Jian dengan nada perhatian sambil mengurangi kewaspadaannya.
"Sepupu?"
Xiao Yuan awalnya bertanya dengan ragu, lalu tiba-tiba tertawa kecil: "Kenapa kamu di sini?"
Tampaknya dia kembali kehilangan ingatan, tidak ingat sudah bertemu Yang Jian di siang hari.
“Aku selalu di sini, malah kamu, ada apa yang terjadi dengan tubuhmu?” Yang Jian mengerutkan alut, di otaknya segera muncul arsip itu.
Orang puluhan tahun lalu identik dengan Xiao Yuan, diduga orang yang sama.
Ini disebabkan oleh gaib yang luar biasa? Atau khayalan dirinya sendiri?
Tidak jelas.
Karena yang mengetahui yang sebenarnya sudah mati.
Tapi Yang Jian juga tak ingin menggali masa lalu Xiao Yuan, dia hanya tahu Bibinya masih hidup, hidup dengan baik, dan keadaannya cukup baik.
Meski memorinya bermasalah, tapi setiap hari tak ada kekhawatiran, bisa cepat melupakan kesedihan, melupakan hal-hal mengerikan, ini bagus.
“Aku sedang mencari seseorang. Siang hari ini sepertinya dia tidak muncul, baru muncul malam hari.” Xiao Yuan mendekat sambil berkata.
“Dia? Siapa dia, di mana.” Yang Jian bertanya.
Bibi selalu bicara seperti ini, tidak nyambung antara kalimat, seperti tebak-tebakan.
“Tidak tahu, makanya sedang mencari.” Kata Xiao Yuan.
Yang Jian berkata; “Kalau tidak ketemu pulanglah tidur, sudah larut begini, hujan deras tidak cocok keluar rumah. Lagipula hari ini kamu tak perlu membunuh siapa-siapa, pedang itu segera buang, nanti jalani hidup normal saja.”
Dia membujuk, berharap Bibi bisa menjauhi peristiwa supranatural, hidup seperti orang biasa.
Tapi Bibi seolah tak mendengar, terus mendekat ke sisi ini.
Namun seiring dengan kedekatan Xiao Yuan.
Kepala manusia yang sudah muncul ke permukaan di bawah kaki Yang Jian menunjukkan keanehan. Ia berusaha melepaskan diri, namun tubuhnya masih terendam air dan belum bisa segera bebas.
Tapi hantu itu tidak serta merta kembali tenang.
Hantu itu masih terus melawan dengan semakin ganas. Tubuhnya mulai perlahan muncul, namun tidak sepenuhnya, seperti bayangan yang terpantul di air—ilusi yang seolah bisa lenyap kapan saja.
