Sekitar sebelum pukul 10 pagi, Yang Jian dan Li Yang sudah turun dari pesawat dan tiba di bandara Kota Dahan.
Perjalanan kali ini berjalan lancar tanpa insiden apapun, semuanya berjalan normal.
Yang Jian membawa tas mayat yang difungsikan sebagai tas barang, berisi beberapa benda penting: koran usang bernoda darah, sebatang Lilin Hantu, sebuah Boneka Pengganti Nyawa, dua setel guci hantu, senjata bawaan, serta beberapa wadah emas.
Tentu saja, di tubuhnya juga terselip sebuah golok kayu bakar berkarat yang terlihat ganjil.
Lilin Hantu merah sudah tidak ada di tangannya, dan Anak Hantu pun tidak dia bawa kali ini.
Karena ini hanya misi investigasi biasa, bukan menghadapi peristiwa supranatural Tingkat S, persiapan sebegini menurut Yang Jian sudah lebih dari cukup.
Jika benar-benar diperlukan, dia tak segan menggunakan Wilayah Hantu untuk memanggil Anak Hantu.
Berbeda dengan perlengkapan lengkap Yang Jian, Li Yang hanya membawa tas ransel berisi beberapa helai baju dan pistol standar, tanpa satupun benda gaib.
Wajar saja, dia masih pendatang baru.
Dulu saat masih baru bergabung, Yang Jian juga tidak memiliki apa-apa. Semua yang dimilikinya sekarang adalah hasil mempertaruhkan nyawa.
"Kapten Yang, berdasarkan data yang kuperiksa semalam, Kota Dahan belum pernah mengalami satupun peristiwa supranatural hingga kini. Kota ini sangat aman. Secara logika seharusnya tidak ada masalah. Kalau pun ada, pastinya sudah tercatat di arsip markas."
Li Yang yang telah menghabiskan semalam menyelidiki dokumen-dokumen itu berbicara sambil memandangi kerumunan penumpang di bandara.
“Begitulah yang membuatnya aneh. Sebuah kota besar dengan arus orang sebanyak ini, kemungkinan tidak ada sama sekali peristiwa supranatural yang terjadi terlalu kecil. Makanya saya datang untuk menyelidiki.” Kata Yang Jian sembari mengarang alasan.
Li Yang berkata: "Mungkin ini cuma kebetulan, bias korban selamat."
"Jangan banyak tanya. Aku tidak peduli itu kebetulan atau bukan. Setelah melihat pasti akan jelas. Ikut aku naik mobil keluar dari bandara dulu."
Yang Jian memberi isyarat. Ia tidak ingin bertele-tele, langsung menuju lokasi koordinat.
Keduanya bersiap naik taksi di bandara.
Tapi di tengah jalan, ada area kosong di depan. Sekelompok pria berkostum jas yang tampak seperti pengawal menghalangi kerumunan di kedua sisi. Di tengahnya ada beberapa wanita seksi dan matang memegang bunga, mengangkat papan elektronik dengan huruf besar berkelip:
"Selamat Datang Yang Jian."
Jelas, ini adalah tim penyambut kedatangan.
Yang memimpin adalah pria muda berjas rapi, bertongkat emas, menghisap rokok dengan wajah pucat seperti orang sakit parah yang hampir meninggal.
"Haha, saya dapat pemberitahuan dari markas. Yang Jian yang termasyhur akan berkunjung ke Kota Dahan hari ini. Makanya saya sengaja bangun pagi untuk menyambut Kapten Yang di bandara. Semoga Kapten Yang tidak keberatan dengan inisiatif saya ini."
Pria itu menahan telapak tangannya, berjalan pincang sambil tersenyum mendekat.
"Kapten Yang, salam sejahtera. Saya Sun Rui, penanggung jawab Kota Dahan. Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dengan Mata Hantu yang legendaris hari ini. Kedepannya harap Kapten Yang sudi membimbing saya."
Sambil berkata demikian, pria itu mengulurkan tangan dengan penuh keramahan.
"Sun Rui?" Yang Jian tertegun sejenak, lalu menjabat tangan kiri berbalut sarung tangan miliknya.
Sebelum datang, dia sudah memeriksa dokumen-dokumen terkait.
Memang benar penanggung jawab kota ini adalah Sun Rui - seorang Pengendali Hantu yang menguasai dua hantu sekaligus dengan kode nama Hantu Sakit.
Namun data tersebut terakhir diperbarui beberapa bulan lalu. Informasi aktual tentang Sun Rui masih samar, tapi sesuai arsip, pria di depannya ini memang orang yang dimaksud.
"Salam kenal, salam kenal."
Sun Rui kemudian menjabat tangan Li Yang: "Wajah Saudara asing bagiku. Boleh tahu Anda...?"
"Jangan sungkan. Saya Li Yang, anggota baru di bawah Kapten Yang." Jawab Li Yang dengan agak gugup.
Sun Rui tersenyum lebar: "Oh, ternyata bibit unggulan pilihan Kapten Yang! Kedepannya mari kita saling bekerja sama."
Dia memberi isyarat: "Kalian diam saja seperti patung? Sambut Kapten Yang dengan meriah!"
Seketika,
Empat lima cewek seksi tak jelas asalnya muncul membawa bunga dengan senyum hangat.
"Selamat datang di Kota Dahan, Kapten Yang!"
"Kapten Yang tampan dan masih muda sekali! Semoga sering berkunjung ke sini."
"Ini bunga untuk Kapten Yang. Semoga perjalanan ini membuat hati berbunga-bunga."
"Tak lama kemudian, tangan Yang Jian sudah dipenuhi dua tiga rangkaian bunga, di atas bunga itu terdapat kartu nama mereka yang mencantumkan nomor telepon."
"Bagi para cewek cantik ini, mereka tidak mengenal Yang Jian, juga tidak tahu soal lingkaran gaib. Mereka hanya tahu pria di depan mata ini adalah pejabat tinggi yang lebih hebat dari Bos Sun."
"Wajah Yang Jian tetap datar, tak berubah menghadapi sanjungan palsu dan keramahan ini. Dia berkata: 'Dari mana kau mendatangkan orang-orang ini?'"
"'Ini semua adalah bintang-bintang trainee dari perusahaan hiburan yang belum debut. Setiap orang bisa menyanyi dan menari, tampangnya oke, tubuhnya juga bagus. Lagipula untuk menyambut Kapten Yang di bandara, kita tidak boleh terlalu alakadarnya kan?'"
"Sun Rui tersenyum: 'Kalau Kapten Yang suka, bisa berteman dengan mereka. Percayalah dengan pesona Kapten Yang, pasti mudah menarik hati para perempuan.'"
"Ucapannya sangat blak-blakan, sama sekali tidak berusaha menutup-nutupi."
"'Akan kusampaikan secara langsung. Kehadiranku di sini bukan untuk merepotkanmu, hanya menyelidiki beberapa hal. Kita semua bisa berinteraksi dengan damai, jadi tidak perlu terlalu antusias. Lagipula kita baru pertama kali bertemu, sebelumnya tidak ada irisan, jadi tidak akan ada konflik. Kau bisa tenang.'"
"Yang Jian menyerahkan rangkaian bunga di tangannya kepada Li Yang yang berdiri di samping, lalu melanjutkan."
"Sun Rui tertegun sejenak, kemudian tertawa terbahak: 'Ah, kata-kata Kapten Yang terlalu serius. Kita semua rekan kerja. Sebagai penanggung jawab kota ini, sudah seharusnya aku menunjukkan keramahan tuan rumah pada Kapten Yang. Kalau tidak, malah dianggap tidak sopan. Nanti orang-orang mengira ada kesalahpahaman antara kita.'"
Yang Jian memandanginya sambil berkata: "Mungkin ada yang memfitnahku di luar sana, sebenarnya aku orang yang cukup mudah diajak bergaul."
"Tentu saja, integritas Kapten Yang tidak perlu diragukan lagi. Tidak ada orang yang lebih bisa diandalkan daripada Kapten Yang dalam bertindak." Sun Rui mengangguk setuju.
Namun di dalam hatinya, ia mulai merenung.
Apa maksud perkataan ini?
Mungkinkah ini peringatan untukku?
Atau jangan-jangan ada yang menyinggung perasaannya? Apa Yang Jian sengaja naik pesawat ke sini untuk membunuh? Bahkan Li Yang si penghadang pintu ini ikut dibawa.
Kalau sampai jadi target Yang Jian, bahkan tempat untuk lari pun tak akan ada.
Setelah merenung sejenak, Sun Rui tersenyum: "Kapten Yang, ini bukan tempat yang tepat untuk bicara. Mari, aku ajak Kapten Yang ke tempat yang lebih nyaman. Silakan tanya apa saja nanti, tak ada hal di kota ini yang tak kuketahui."
Namun Yang Jian menolak: "Tak perlu. Jika memungkinkan, cukup temani aku berkeliling kota saja."
Sebenarnya ia memang bisa menanyakan beberapa hal kepada Sun Rui.
Lagipula Sun Rui sudah lama menjabat sebagai penanggung jawab di sini, bahkan mungkin yang pertama. Berbeda dengan Kota Dachang yang sudah berganti penanggung jawab tiga kali sampai ke Yang Jian.
"Baiklah. Mobil sudah siap. Silakan ini jalan, Kapten Yang." Sun Rui mempersilakan dengan ramah.
"Kalau begitu aku tak sungkan lagi." Yang Jian pun tak menolak.
Namun di perjalanan, ia memperhatikan Sun Rui yang berjalan pincang dengan tongkat: "Kakimu bermasalah?"
"Haha, tak apa. Cuma pincang. Apa Kapten Yang memperhatikan hal ini?"
Yang Jian menjawab santai: "Tidak juga. Dulu aku pernah kenal seseorang yang pincang."
"Lalu bagaimana kelanjutannya?"
“Belakangan dia mati.”
Sun Rui tertegun sejenak, lalu tersenyum sambil menyerahkan tongkatnya ke asisten di sebelahnya. Langkahnya tiba-tiba tidak pincang lagi: "Kalau begitu aku bukan orang pincang, hanya saja kakiku kurang lincah. Biasanya malas berjalan, jadi membawa tongkat. Kapten Yang jangan sampai salah paham."
Sambil berkata demikian, cara berjalannya kembali normal.
Yang Jian bisa mengamati bahwa salah satu kakinya memang kurang lincah, mengangkatnya terlihat melelahkan, bukan benar-benar pincang.
"Kalau kakimu tidak berguna, aku bisa mencabutnya dan mengganti dengan yang lebih baik, asalkan kau bisa menemukan cadangan." Dia juga menunjukkan sedikit niat baik.
Di wilayah kekuasaan orang lain, dia tidak ingin bertikai dengan Sun Rui ini. Siapa tahu masih ada hal yang memerlukan bantuannya.
Karena itu sikap Yang Jian tidak begitu buruk.
Tentu saja, jika orang lain datang ke wilayah kekuasannya, Yang Jian pasti tidak akan menunjukkan wajah ramah.
Sun Rui tertawa; "Kapten Yang benar-benar pandai melucu. Tapi terima kasih atas niat baikmu. Kakiku ini hanya kurang lincah, belum ada rencana untuk mencabutnya."
Di dalam hatinya saat ini merasa cemas.
Jangan-jangan Yang Jian ini mengincar kakinya dan ingin mencabutnya untuk dibawa pergi?
Tak lama kemudian.
Yang Jian dan Li Yang naik mobil mewah, dikawal pengawal depan-belakang, memasuki pusat kota.
Kemakmuran kota ini jauh melampaui Kota Dachang.
Arus kendaraan sangat padat, pejalan kaki di jalan juga banyak.
Berbeda jauh dengan Kota Dachang yang terlihat sepi, hal ini mungkin karena kota ini belum pernah mengalami peristiwa supranatural. Banyak orang yang menyadarinya sehingga timbul keinginan untuk pindah ke sini.
"Tempatmu ini jauh lebih baik daripada Kota Dachang yang menjadi tanggung jawabku," ucap Yang Jian dengan tenang setelah mengamati sekeliling.
"Ini cuma keberuntungan semata."
Sun Rui berkata: "Awalnya markas memintaku mengurus kota ini, aku menolak. Mengingat pentingnya kota ini, pasti banyak masalah. Tapi tidak bisa menolak, akhirnya kupaksakan diri. Tak disangka setelah sekian lama bekerja, tidak ada masalah serius. Feng Quan seangkatanku malah sial - tak lama setelah bertanggung jawab atas Kota Dachang, dia langsung hilang."
"Katanya dia bisa kembali hidup-hidup, tapi sudah lama tidak kulihat. Entah kabarnya sekarang bagaimana?"
Dari ucapannya tentang Feng Quan, terlihat mereka saling mengenal sebagai sesama Pengendali Hantu angkatan yang sama.
"Dia baik-baik saja. Tak lama lagi akan kembali ke Kota Dachang dan bergabung dengan timku," jawab Yang Jian.
Sun Rui terheran: "Benarkah? Bagus sekali! Feng Quan itu veteran berpengalaman. Jika dia bergabung di bawah Kapten Yang, pasti akan sangat membantu di masa depan. Lagipula dia adalah Hantu Kabut... Maksudku, Feng Quan itu Pengendali Hantu yang memiliki Wilayah Hantu."
Kabut Hantu juga termasuk jenis Wilayah Hantu.
Hanya saja lebih unik.
Meski dalam level tertentu tidak sebanding dengan Mata Hantu Yang Jian, Pengendali Hantu yang mungkin memiliki Wilayah Hantu tetap jarang ditemukan, apalagi Feng Quan telah mengendalikan dua hantu.
