Sekitar pukul dua belas setengah siang, iring-iringan mobil dari arah pusat kota mulai memasuki Taman Fushou.
Puluhan mobil berjajar berhenti, termasuk banyak mobil mewah. Orang-orang yang turun adalah elite masyarakat - orang sukses kaya raya.
Hanya dalam sekejap...
"Di area kosong tiba-tiba bertambah hampir seratus orang. Pakaian orang-orang ini semuanya hitam, beberapa di dada mereka masih terpasang bunga putih. Dari tampaknya mereka seharusnya datang untuk menghadiri pemakaman."
"Sebelum kedatangan kelompok ini, pegawai yang datang lebih awal telah menyelesaikan pembangunan ruang duka sementara."
"Orang kaya memang merepotkan. Di saat seperti ini masih mau mengadakan ritual perpisahan, membuang-buang waktu kita berjam-jam. Tidak tahu berterima kasih pada orang lain?"
Dari kejauhan, Sun Rui berjalan pincang sambil menggenggam tongkatnya. Dia berkata dengan nada tak sabar.
"Jangan bicara begitu. Keluarga yang berduka tetap perlu menjalani prosedur yang semestinya."
Yang Jian dengan wajah tenang berkata: "Selain itu, melakukan segala sesuatu dengan hati-hati selalu lebih baik. Lagipula ini pengalaman pertama kita mengirim surat, bisa dibilang masih pendatang baru. Amplop merah itu juga membuatku agak khawatir."
"Jangan sembarangan bertindak hanya karena kita Pengendali Hantu. Hati-hati terbalik nanti."
"Kapten Yang selalu melakukan perhitungan sempurna," decak kagum Sun Rui.
Saat itulah ketiganya mulai mendekati ruang duka sementara yang baru dibangun ini.
Di tengah ruang duka, di dalam tenda yang dipenuhi bunga, tergeletak sebuah peti mati dengan gambar almarhum hitam-putih terpajang di depannya.
"Dalam kondisi normal, jenazah seharusnya dikremasi."
Li Yang berbisik pelan: "Tapi sepertinya mayatnya masih disimpan di dalam peti mati itu."
“Pemakaman mayat tentu sesuai dengan peraturan, tapi lihatlah orang-orang yang menghadiri pemakaman ini pasti mereka yang cukup beruang. Mereka semua orang kaya atau terpandang. Jika keluarga bersikeras tidak mau dikremasi dan memilih penguburan, itu juga diperbolehkan kecuali untuk tokoh publik, baru tidak ada cara.”
“Tentu saja, beberapa tokoh publik juga bisa tidak dikremasi. Mayatnya dikuburkan diam-diam, lalu nanti bilang jenazah disemayamkan di rumah duka beberapa waktu. Setelah situasi reda, siapa yang masih peduli apakah guci itu berisi abu jenazah atau bukan?”
“Masih ada cara seperti ini?” Li Yang heran.
Sun Rui berkata: “Lagi pula pandangan tradisional kita memang mengutamakan penguburan. Tidak ada cara, Kapten Yang? Menurutku, lebih baik buka Wilayah Hantu, lempar surat ke dalam peti mati. Saat dikuburkan nanti sore, tugas pengiriman surat kita akan otomatis selesai. Hemat waktu dan tenaga.”
Nadanya cukup santai, merasa misi pengiriman surat ini biasa saja tanpa kesulitan. Bahkan kali ini terkesan berlebihan. Sekalipun Li Yang datang sendirian pasti bisa menyelesaikannya dengan mulus.
Yang Jian saat ini tidak berbicara. Ia menghentikan langkah, mata hantunya mengintai peti mati yang terletak di dalam tenda besar.
Tanpa hambatan kekuatan gaib, pandangan mata hantu mengabaikan penghalang dan melihat kondisi di dalam peti mati.
Di dalam peti mati memang benar-benar terbaring seonggok mayat. Itu adalah mayat seorang pria tua berusia lebih dari 70 tahun. Wajahnya yang pucat kelabu ditutupi bedak putih dan pipinya diberi semburat rouge, memberikan sedikit kesan hidup pada wajah mayat tua yang berkerut itu. Mata di balik lekukan orbital yang cekung itu terpejam rapat, kedua tangan kurus dan kekuningan bertumpuk di depan dada, terbaring kaku dan lurus.
Pakaian hitam pemakaman yang dikenakannya terlihat menekan namun menyimpan nuansa ganjil.
Yang Jian sudah terlalu sering melihat mayat, sama sekali tak tergugah lagi.
Ia memastikan sekali lagi.
Yang Jian bisa bersikeras: ini hanyalah mayat orang mati biasa, sama sekali tidak ada unsur gaib.
Tapi keanehan justru terletak di sini.
Mengapa surat ini harus dikirim ke mayat orang biasa?
"Di hati saya masih ada keraguan, merasa seluruh situasi ini tidak beres. Jika hanya sekadar menyelesaikan misi pengiriman surat, tentu tidak masalah. Tapi kita bukan kurir pos, bukan budak kantor pos hantu. Tujuan kita adalah mengungkap rahasia kantor pos hantu, menggali maksud sebenarnya dari misi kurir surat ini."
"Jadi menyelesaikan misi bukan tujuan utama kita."
Yang Jian menjelaskan dengan serius: "Karena itu dengarkan saya, tunggu sampai peti mati ini dikubur baru kita bertindak. Saya tidak percaya kantor pos hantu akan membiarkan kita menyelesaikan misi semudah itu."
"Mari kita lihat dulu." Sun Rui juga tidak menolak.
Lagipula saat ini peti mati belum dikubur, melempar surat ke dalamnya sekarang belum bisa dianggap sebagai pengiriman yang berhasil.
Saat ini.
Ruang duka darurat yang didirikan itu sudah mulai ramai dengan orang-orang yang membawa bunga dan mengucapkan salam perpisahan.
Setelah keluarga jenazah, sanak saudara, dan kerabat dekat melakukan salam perpisahan terakhir, peti mati tersebut akan diangkat ke Kompleks Makam No.1 dan dikuburkan di Makam No.78 yang telah disiapkan lebih cepat.
Meski waktu menunggu terasa membosankan, ketiganya sama sekali tidak terlihat gelisah, menunjukkan kesabaran yang luar biasa.
Dibandingkan menghadapi bahaya peristiwa supranatural, momen tenang seperti ini justru terasa nikmat.
Ketiganya berada sangat dekat dengan ruang duka, berdiri agak jauh sambil memandangi sisi ini tanpa tindakan apapun. Perilaku aneh ini menarik perhatian Liu Yuan, putra almarhum Liu Tai Lao.
Liu Yuan adalah direktur sebuah perusahaan di Kota Dahai, berusia sekitar 50 tahun dengan tubuh pendek gemuk namun memancarkan kewibawaan.
“Siapa tiga orang yang berdiri di sana? Mereka tidak seperti kerabat atau teman. Kau pergi tanya apakah mereka datang untuk menghadiri ritual perpisahan. Jika orang asing, suruh menjauh. Jangan biarkan orang tak berkepentingan berdiri di sini berpose seperti sedang Menonton Keributan.”
“Baik, bos.” Seorang asisten berpakaian Setelan Jas hitam mengangguk.
Liu Yuan melanjutkan, “Bersikap sungkan sedikit. Saya tak ingin nanti terjadi keributan karena persoalan pertengkaran mulut. Kali ini banyak yang datang, jangan sampai jadi lelucon.”
Nada bicaranya tegas, memancarkan kewibawaan.
“Bos tak perlu khawatir, saya akan menanganinya.” Asisten itu mengangguk lagi.
Tak lama kemudian.
Asisten tersebut datang menghampiri.
“Saudara-saudara, saya asisten pribadi Direktur Liu. Nama saya Zhang Xin, bisa panggil saya Xiao Zhang.”
“Orang ini memperkenalkan diri, dengan sangat sungkan berkata: “Tidak tahu apakah beberapa orang juga datang untuk menghadiri ritual perpisahan kali ini? Saya lihat kalian sudah datang sejak pagi, berdiri di sini cukup lama.”
“Saya tidak kenal dengan keluarga almarhum, tidak datang untuk pemakaman.” Yang Jian langsung menjawab.
Zhang Xin berkata: “Mengingap kalian bukan teman Direktur Liu, bisakah kalian sementara waktu meninggalkan area ini? Jangan mengganggu ritual perpisahan kami.”
Sun Rui mengangkat tongkatnya dan mengetuk lantai, mengeluarkan suara berat: “Kira kami mengganggu acara pemakaman? Lelucon apa ini? Kami cuma menikmati pemandangan dan angin sepoi-sepoi di sini, terpisah belasan meter dari ruang duka kalian. Mana bisa dibilang mengganggu? Apa kalian pesan tempat ini eksklusif?”
“Maaf sebenarnya, kami memang sudah membayar biaya sewa lokasi untuk hari ini. Harap tiga orang bisa memahami, mengingap almarhum harus dihormati. Bisakah kalian berpindah tempat sebentar?” Zhang Xin berkata serius.
“Berapa uang yang kalian bayar? 100 ribu? Atau 300 ribu? Jika saya bayar dua kali lipat, apa kalian bisa segera angkat peti mati ini pergi?”
Sun Rui berwajah dingin: “Pergilah! Jangan ganggu kami. Kalau membuat kami kesal, hari ini kami bisa membuat kalian mengadakan satu upacara pemakaman lagi.”
Ucapannya sama sekali tidak sopan, bahkan terdengar kasar.
Tapi ini bisa dimaklumi.
Bagaimanapun Sun Rui adalah figur yang sangat berkuasa di Kota Dahan, sendiri juga seorang Pengendali Hantu. Orang biasa di matanya tidak layak untuk dilihat sekalipun.
“Kami hanya berdiri di sini dan sama sekali tidak akan merepotkan kalian. Jika kalian ingin mengusir kami, kami tidak akan setuju.” Li Yang di samping juga berkata dengan wajah dingin.
Lagipula penerima surat sudah di depan mata, di momen genting seperti ini tentu lebih baik untuk mengawasinya dengan ketat.
“Tuan-tuan, saya sangat minta maaf, maksud saya bukan begitu. Saya hanya berharap Tuan-tuan bisa menghindar sebentar. Setelah acara perpisahan kami selesai, Tuan-tuan boleh berdiri di sini selama yang diinginkan. Mohon pengertiannya, saya percayakan ini pada Tuan-tuan.”
Asisten bernama Zhang Xin ini juga menyadari, telapak tangan di tangan Sun Rui ternyata terbuat dari emas murni. Bagian paling atasnya bahkan tertanam batu rubi besar. Hanya melihat benda ini saja, nilainya setidaknya mencapai belasan juta.
Jadi ketiga orang ini jelas berasal dari kalangan elit. Bisa jadi latar belakang mereka bahkan lebih hebat dari direktur Liu Yuan sendiri.
Awalnya ingin marah, Zhang Xin menahan diri dengan paksa dan malah meminta maaf dengan sangat sopan.
Sun Rui melambaikan tangan: “Kalau tidak ada urusan, minggirlah. Jangan ganggu kami. Tambahan lagi, kami tidak akan pergi. Jika ingin mengusir kami, lebih baik urungkan niat itu sekarang. Jika sampai terjadi keributan, konsekuensinya tidak akan bisa ditanggung orang-orang seperti kalian. Aku sudah bersikap baik. Jika ini orang lain, hari ini kalian tidak akan seberuntung ini.”
Dia dengan tak sabar mengusir orang di depannya.
“Ini, ini...” Asisten bernama Zhang Xin ini tiba-tiba tidak bisa menentukan sikap.
Dia benar-benar takut membawa masalah dengan orang penting. Lagipula di Kota Dahai, orang kaya dan berkuasa muncul silih berganti bagai gelombang.
Setelah ragu sejenak, Zhang Xin akhirnya hanya bisa berbalik pergi, lalu menceritakan hal ini kepada Liu Yuan.
"Bos, beberapa orang itu tidak seperti orang biasa, malah agak aneh. Menurutku lebih baik tidak usah mengusir mereka, agar tidak menimbulkan masalah."
Liu Yuan langsung muram wajahnya mendengar ini. Upacara perpisahan ibunya sendiri, mana mungkin mengizinkan beberapa orang tak dikenal berdiri di sana menonton keributan, apalagi terlihat mencolok. Ia kemudian berkata: "Coba beri uang, lihat apakah berguna."
"Bos, kemungkinan besar tidak banyak gunanya. Tongkat di tangan orang itu terbuat dari emas murni, ruby di atasnya saja nilainya setidaknya lima juta lebih." Zhang Xin berhenti sejenak di sini.
Ekspresi Liu Yuan berubah mendengar ini.
Jelas terlihat, latar belakang beberapa orang ini mungkin sangat besar, sampai-sampai dia pun tak berani macam-macam.
"Kalau begitu untuk sementara jangan dihiraukan." Liu Yuan melirik ke arah sana, tatapannya tajam.
Tapi saat bertatapan dengan Yang Jian, hatinya tiba-tiba bergetar aneh.
Tatapannya sendiri cukup berwibawa, namun tatapan orang itu jauh lebih mengerikan - dingin, hampa, seperti tatapan orang mati yang membuat orang merasakan kengerian dari lubuk hati, sama sekali tidak seperti tatapan manusia normal.
"Sebenarnya siapa orang-orang ini?"
Liu Yuan penuh tanya di hati.
Tapi upacara perpisahan tetap berlangsung dengan tertib.
Tapi tak ada yang menyadari, pada momen ini, di dalam peti mati di ruang duka tenda besar itu, Nenek Liu yang sudah dirias rapi, mengenakan pakaian lengkap, dan dimakamkan dalam peti, entah sejak kapan telah membuka matanya secara diam-diam. Di rongga mata yang cekung dalam-dalam, bola mata mayat itu berputar perlahan.
Di kompleks makah nomor satu, lapisan senja yang ganjil perlahan mulai menyelimuti.
Tapi di saat yang sama.
Di luar Fushou Garden, mobil khusus forum gaib telah tiba di sini.
Pada akhirnya, Ye Zhen tidak bisa menahan diri untuk mengirim orang menyelidiki.
Begitu mobil berhenti.
Dua orang, satu pria satu wanita, turun dari kendaraan.
Keduanya bukan orang lain, melainkan Luo Suyi dan Lin Luomei yang pernah bertemu dengan Yang Jian sebelumnya.
