"Fushou Garden?"
"Tak kusangka Yang Jian suatu hari akan datang ke Kota Dahai. Pertemuan terakhir kami sudah beberapa bulan lalu. Jujur saja, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya lagi."
Turun dari mobil, Luo Suyi menghela napas, otaknya mengingat kembali pengalaman mereka di Hotel Caesar dulu.
Satu grup nyaris dihabisi hantu di dalam sana. Yang paling mengerikan, Yang Jian bahkan menghidupkan kembali Tong Qian yang sudah mati, menjadikannya Pengendali Hantu menyeramkan yang menguasai dua wajah hantu.
Setelah berpisah, Luo Suyi sempat memperhatikan sepak terjang Yang Jian si Mata Hantu ini.
Awalnya biasa saja, tapi semakin diamati semakin membuat kaget.
Dalam hitungan bulan, dia sudah terlibat dua peristiwa supranatural Tingkat S, bahkan bertarung dengan Fang Shiming dari moment. Yang paling mencengangkan... sampai sekarang dia masih hidup.
"Kehebatan seorang Pengendali Hantu tidak diukur dari apa yang dialami, tapi dari kemampuan bertahan hidup setelah melalui pengalaman tersebut."
"Kekhawatiran Putra Sulung memang beralasan. Pasti ada alasan Yang Jian datang ke makam ini. Tak mungkin dia datang ke pemakaman hanya untuk menikmati pemandangan. Bisa jadi akan terjadi peristiwa supranatural di sini."
Di sebelahnya, seorang gadis muda berjaket tebal abu-abu bermasker dengan rambut hitam panjang terurai hingga bahu dan wajah pucat sedang memegang alat rekam sambil mengetik dan menyiarkan suara.
Namanya Lin Luomei, dengan kode nama Hantu Suara.
Kondisinya sudah sangat buruk saat mendampingi Yang Jian ke Hotel Caesar dulu, hampir mencapai ambang kebangkitan Hantu Gentayangan. Tapi Yang Jian memberinya kuota yang memungkinkan Lin Luomei bertahan hidup.
Pengorbanannya adalah harus mengendalikan hantu kedua.
Tanpa itu, Lin Luomei pasti sudah mati.
Karena itu dia masih punya rasa suka pada Yang Jian, setidaknya lebih baik dibanding Pengendali Hantu lain yang pernah ditemuinya.
"Aku tak ingin terlibat dalam masalah apapun dengan Yang Jian. Aku hanya menemanimu melihat-lihat sebentar, sama sekali tidak ikut campur." kata Luo Suyi penuh keyakinan.
Lin Luomei terus mengetik sambil bersuara: "Jika benar ada masalah, kita harus membantunya. Lagipula ini wilayah Kota Dahai, kita juga punya tanggung jawab jika terjadi sesuatu."
"Membantunya? Janganlah! Dia begitu hebat sampai perlu bantuan kita? Kalau benar butuh bantuan kita, paling kita cuma sekadar numpang lewat lalu pulang." Luo Suyi menggelengkan kepala cepat-cepat.
Sambil berbicara, mereka berdua telah memasuki kompleks makam ini, ditemani enam atau tujuh anak buah yang bertugas membantu. Meski Luo Suyi dan Lin Luomei tidak terkenal di lingkaran gaib, sebagai Pengendali Hantu mereka tetap memiliki pengaruh. Tidak mungkin mereka mengerjakan semua urusan sendiri.
Begitu masuk ke kompleks makam, terlihat sebuah ruang duka darurat yang baru dibangun.
Banyak orang sedang mengucapkan selamat tinggal di ruang duka sambil menghadiahkan bunga.
Melihat ini, wajah Luo Suyi langsung berubah.
Masak sih di momen genting begini malah bikin ruang duka, pasang karangan bunga, dan ngadain upacara pemakaman di sini?
Apa mereka merasa hari ini terlalu sepi dan perlu cari masalah?
"Cepat bongkar ruang duka ini dan usir semua orang! Kalau ada mayat di peti mati, segera dikremasi. Kalau tidak ada, segera kuburkan! Jangan biarkan mereka berlama-lama di sini. Siapa yang berani menghalangi, jangan sungkan untuk bertindak!" perintah Luo Suyi tegas.
Enam atau tujuh pengawal yang ikut langsung menyerbu dengan aura menyeramkan. Sebagai staf forum gaib, mereka tidak punya pantangan - hampir tidak ada yang tidak berani mereka lakukan di Kota Dahai.
"Minggir semua! Bongkar semua karangan bunga!"
"Geser! Siapa yang ngasih izin bikin ruang duka di sini? Panggil penanggung jawabnya!"
"Semua harus pergi dari sini! Tempat ini sekarang di bawah kendali kami!"
Para pengawal ini menunjukkan sikap tegas tak kenal kompromi. Mereka menunjuk kerumunan sambil berteriak, lalu mulai mengusir orang-orang dan merobohkan ruang duka.
“Beberapa kerabat dan teman Grup Liu yang melihat kejadian ini langsung terkejut.”
Direktur Liu Yuan wajahnya langsung berubah, kemudian buru-buru mendatangi: "Apa maksud kalian? Mau buat onar? Pergi dari sini, atau aku laporkan ke polisi!"
"Kau yang mendirikan ruang duka ini? Jenazah ini hubungannya apa denganmu?" Seorang pengawal menatapnya tajam.
"Urusan ini ada hubungannya denganmu?" Liu Yuan membalas.
Pengawal itu terkekeh sinis: "Admin forum gaib kami sudah memberi perintah, hari ini ruang duka ini wajib dibongkar. Selain itu mayat dalam peti mati harus dikremasi. Jika sudah dikremasi harus langsung dikubur hari ini juga. Kawasan Fushouyuan dilarang mengadakan pemakaman hari ini. Lebih baik kalian segera pergi, atau tanggung sendiri konsekuensinya."
Forum gaib?
Itu apaan?
Liu Yuan tertegun sejenak. Dia sama sekali tidak pernah mendengar hal-hal seperti ini, mengingat perusahaannya bukan grup termasyhur di Kota Dahai sehingga tidak terjangkau urusan lingkaran sosial elite.
"Hari ini berani-beraninya kalian macam-macam? Jika berani mengacau hari ini, aku Liu Yuan pasti tidak akan melepaskan kalian! Zhang Xin, laporkan ke polisi! Panggil lebih banyak orang!"
Asisten Zhang Xin di sampingnya mengangguk, langsung mengambil ponsel dan mulai menghubungi nomor.
"Kurang ajar benar! Berani-beraninya mengganggu acara seperti ini. Direktur Liu, tenang saja. Aku kenal perusahaan keamanan, akan kusuruh mereka kirim bantuan." Seorang rekan bisnis di sebelah juga menawarkan bantuan.
"Dasar sekawanan orang gila! Hari ini hari pemakaman ibu Direktur Liu. Urusan lain harusnya ditunda dulu. Tidak punya moral sama sekali!" Ada yang menunjuk-nunjuk sambil memprotes.
"Tentu saja ada juga beberapa kerabat dan teman yang curiga, jangan-jangan Direktur Liu memiliki utang di luar yang tidak dibayar, sehingga dikejar debt collector."
"Kalau tidak, bagaimana mungkin tiba-tiba sekelompok orang muncul ingin membongkar ruang duka di saat seperti ini."
"Hentikan, cepat hentikan, jangan sentuh nenek saya!" Di dalam ruang duka, anak-anak Liu Yuan juga berusaha mati-matian menghalangi anak buah forum gaib tersebut.
Seluruh suasana langsung menjadi kacau balau.
Wajah Liu Yuan berubah berkali-kali, saking marahnya sampai ingin membunuh, tapi akal sehatnya mengatakan bahwa konflik saat ini hanya akan memperburuk situasi. Dia sudah menyuruh asistennya untuk melapor ke polisi dan memanggil bantuan. Paling lama setengah jam, orang-orang ini akan diusir, bahkan ditangkap.
"Braak!"
Namun tiba-tiba, sebuah suara ledakan keras mengguncang tempat itu.
Itu adalah suara tembakan.
"Ah!"
Banyak orang secara refleks menjerit histeris, kemudian dengan wajah ketakutan menoleh ke arah sumber suara tembakan.
Terlihat sepasang pemuda - satu pria satu wanita - berjalan dari arah sumber tembakan.
Yang menembak adalah pria itu.
Pemuda berusia awal dua puluhan itu kulitnya pucat, tapi tatapannya sangat ganjil, terus menerus mengamati setiap orang dengan intens.
"Mengusir orang harus pakai metode paling langsung. Kalian punya waktu dua puluh detik. Siapa yang masih tertinggal di sini nanti, akan saya habisi." Luo Suyi mengacungkan pistol, mengancam para pelayat.
"Kau... kalian..." Liu Yuan membelalakkan mata, hatinya bergetar hebat saat ini.
"Kapan sebenarnya saya menyinggung orang-orang sangat kejam ini, hingga di pemakaman ibu saya sendiri tiba-tiba muncul sekelompok orang bersenjata?"
"Penculikan?"
"Pemerasan?"
"Atau memang berniat balas dendam."
Seketika, berbagai pemikiran bermunculan di otaknya.
"Kau Liu Yuan?"
Luo Suyi mendekat: "Urusan hari ini tidak ada hubungannya denganmu. Hanya kebetulan kau memilih hari ini untuk mengadakan pemakaman. Segera bawa pergi kerabat dan teman-temanmu, peti mati ini saya yang akan urus. Nanti setelah dikuburkan akan saya beri tahu."
"Ji-jika kau mau uang, bi-bisa bicara langsung, ja-jangan bunuh orang." Liu Yuan bergumam gemetar.
"Uang?"
Luo Suyi tersenyum: "Masih sepuluh detik. Jika tidak ada yang mau pergi, saya akan menembak."
Orang-orang di sekitarnya baru tersadar. Ada yang menjerit histeris lalu kabur, ada juga yang wajahnya pucat merangkak sambil bergegas pergi.
Seketika area sekitar menjadi sepi, hanya menyisakan kekacauan. Orang-orang yang ketakutan itu berlarian tanpa arah - ada yang menuju pintu keluar, ada yang memilih masuk ke dalam kompleks makam untuk menghindari kelompok ini. Yang penting segera menjauh dari lokasi.
Bagaimanapun juga mereka membawa senjata api, sangat berbahaya.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan nenek saya! Cepat lepaskan..."
Suara pertengkaran tiba-tiba terdengar dari dalam ruang duka.
"Seorang wanita berusia dua puluhan, ditemani seorang pemuda belasan tahun, mati-matian menghalangi anggota forum gaib itu agar tidak membawa pergi peti mati dari ruang duka."
Tapi saat ini peti mati sudah diangkat oleh empat pria berbaju setelan jas hitam.
Rupanya mereka berencana langsung membawanya untuk dikremasi.
Namun kedua orang itu tetap mati-matian menghalangi, melarang mereka mengangkut peti mati.
"Xiao Yue, Xiao Hao, jangan, jangan halangi mereka! Mereka membawa pistol, lepaskan!" Liu Yuan wajahnya pucat pasi, khawatir putri dan anak lelakinya terluka dalam keributan dengan gerombolan penjahat kejam ini.
"Kalau takut mereka celaka, bawa saja pergi. Aku yang akan urus pemakamannya," kata Luo Suyi dengan wajah dingin.
Dia juga tak ingin ada korban jiwa, hanya hari ini dia tak mengizinkan mayat atau jenazah ditelantarkan sembarangan di sini.
Barang-barang semacam ini sangat mengganggu pikirannya.
Makam sendiri sudah tempat yang kurang nyaman, apalagi ditambah begini. Luo Suyi mudah sekali jadi paranoid.
Anggota forum gaib itu bertindak kasar. Menghadapi halangan putri dan anak lelaki Liu Yuan, mereka langsung meninju dan menendang tanpa sedikitpun belas kasihan.
Mereka yang pernah mengalami peristiwa supranatural sama sekali tak menganggap orang biasa ini penting.
"Braak!"
Di saat yang sama, sekali lagi suara tembakan terdengar.
"Siapa? Siapa yang menembak?" Tubuh Luo Suyi oleng, lalu berteriak.
"Sepertinya Bapak yang kena tembak," kata Lin Luomei sambil mengetik, menggunakan pengeras suara untuk menyampaikan ucapannya.
"Apa?!"
Luo Suyi menunduk dan melihat, baru menyadari ada sebuah retak di dadanya. Darah mengalir keluar, namun warnanya gelap kehitaman dengan aroma busuk yang menyengat, sama sekali bukan darah segar orang hidup.
Liu Yuan yang berdiri di samping langsung jongkok sambil memeluk kepala ketakutan.
"Braak!"
Suara tembakan kembali menggema. Peluru menghantam bahu Luo Suyi, namun daya tembak senjatanya tidak besar, hanya menyisakan luka robek yang mengoyak kulit dan daging.
"Siapa yang berani mencari mati?" bentak Luo Suyi sambil melompat-lompat meski sudah tertembak, wajahnya memerah tanda amarah.
"Luo Suyi, lama tak berjumpa. Kau masih hidup juga?"
Pada momen ini, dari sisi lain, Yang Jian muncul dengan langkah tegap.
Sebenarnya sejak tadi ia melihat anak buah Luo Suyi mengusir pengunjung, namun tidak mencegah karena menganggap pengurangan orang asing akan menguntungkannya.
Tapi niat mereka mengangkut peti mati ini sama sekali tidak bisa ditoleransi.
Jika jenazah Nenek Liu hilang, bagaimana surat untuk Pemilik Makam No.78 akan disampaikan?
Apa harus dimasukkan ke kotak abu jenazah?
Bagaimana jika itu tidak dianggap sebagai pengiriman yang sah?
Maka, inilah saatnya Yang Jian menyumbang.
"Kau... Kau... Yang Jian?!" Mata Luo Suyi membelalak melihat sosok itu mendekat.
Meski tahu Yang Jian berada di Taman Fushou, tak disangka ia akan datang secara proaktif.
Dari caranya, dialah penembak misterius tadi.
"Braak!"
Namun Yang Jian tetap menembak dengan ekspresi dingin.
"Tunggu! Tunggu, Yang Jian! Dengarkan dulu—jangan sembarangan menembak!"
Luo Suyi buru-buru mengulurkan tangannya, terlihat panik. Sikap dingin dan tegas sebelumnya seolah lenyap tak berbekas.
Tapi Yang Jian menghentikan langkahnya, menurunkan pistol di tangannya, lalu berkata: "Kau tidak seharusnya datang ke sini. Bukankah kau tahu aku sedang bertugas di Fu Shou Yuan? Apakah Ye Zhen yang menyuruhmu? Atau jangan-jangan kau admin wilayah ini?"
Beberapa lubang peluru menghiasi tubuh Luo Suyi, tapi ia tetap berdiri tegak seolah baik-baik saja.
Senjata biasa sudah tidak bisa membunuhnya lagi.
Meski peluru di pistol Yang Jian terbuat dari emas, tetap tidak berguna.
"Aku cuma penasaran ingin melihat-lihat saja," kata Luo Suyi dengan memaksakan senyum, tak berani meluapkan amarah pada Yang Jian.
Ia sama sekali tidak membahas insiden ditembak berkali-kali tadi.
Yang Jian melirik Lin Luomei di sebelahnya, lalu bertanya: "Hanya kalian berdua? Yang satu lagi mana? Bukankah kalian tim tiga orang?"
"Dia sudah mati. Tewas sebulan lalu karena gagal mengendalikan hantu dalam tubuhnya - Hantu Gentayangan itu bangkit kembali."
Ekspresi Luo Suyi berubah samar, terdengar decak kagum dalam nada bicaranya.
Para Pengendali Hantu memang berumur pendek. Lin Luomei pun seharusnya sudah tewas, tapi berkat kuota penyelamatan yang diberikan Yang Jian, nasibnya berubah.
"Sungguh disayangkan," ucap Yang Jian dengan wajah tenang, tanpa sedikit pun perubahan emosi.
Terlalu banyak kematian Pengendali Hantu yang ia saksikan, membuat hatinya sudah mati rasa.
"Tapi hari ini kau cuma mengintip? Tidak berniat mengacau?" tanya Yang Jian curiga.
Luo Suyi berkata dengan enggan: "Mana mungkin berani ngacau di hadapanmu? Benar-benar cuma ingin melihat situasi saja."
“Mengusir orang sudah biasa, tapi mencuri peti mati ini ada apa?” Yang Jian menunjuk ke arah ruang duka.
Luo Suyi menjelaskan: “Ini hanya pencegahan untuk menghindari kejadian tak terduga. Lagipula tempat ini spesial, saya tidak ingin ada mayat atau orang mati muncul di sini. Kalau kau tidak setuju, ya sudah saya tidak lakukan.”
Usai bicara, dia segera menyuruh bawahannya meletakkan peti mati dan datang.
Empat pengawal berbaju jas tak berani protes, langsung meletakkan peti mati yang mereka angkat.
Entah karena gangguan keluarga atau kurang stabil saat mengangkat, tiba-tiba peti itu miring dan jatuh keras ke lantai.
Tutup peti mati langsung terbuka akibat terjatuh.
Anehnya, peti itu kosong—mayat Nenek Liu menghilang...
Yang pertama menyadari adalah putri Direktur Liu Yuan, Liu Xinyue.
Matanya membelalak memandangi peti kosong itu, wajahnya dipenuhi keterkejutan.
“Ayah, Nenek hilang.”
Seluruh tubuh Liu Xinyue gemetar ringan, diliputi ketakutan tak berkesudahan.
Liu Yuan yang jongkok sambil memeluk kepala baru mengangkat pandangan, juga melihat peti kosong itu.
“Mayatnya hilang?”
Wajah Sun Rui berubah drastis. Dia berjalan pincang cepat dengan tongkatnya mendekat.
Setelah memutari ruang duka, dia mengetuk-ngetuk peti itu berulang kali—memastikan mayat itu benar-benar tidak ada.
“Kapten Yang, sepertinya masalah besar akan terjadi.”
Li Yang wajahnya muram, ia memandang sekeliling sambil melihat deretan nisan yang berdiri tegak. Entah mengapa, perasaan cemas perlahan-lahan mulai menyergapnya.
"Apa mayatnya tidak ada di dalam peti mati, sudah dikuburkan lebih cepat?" Sun Rui kembali mendekat, berkata dengan suara berat.
Yang Jian sedikit menengadah berkata: "Tidak, tadi saya sudah melihat dengan Mata Hantu. Sangat yakin di dalam peti mati ada mayat seorang pria tua..."
Begitu kata-kata ini terucap.
Hati semua orang tiba-tiba menjadi dingin.
Peristiwa supranatural?
Beberapa huruf ini muncul tanpa disengaja di benak mereka.
"Bagaimana mungkin? Mayat orang biasa tiba-tiba bisa berubah menjadi... hantu." Sun Rui menggigit giginya, ia berhati-hati saat mengucapkan kata terakhir.
"Belum dikonfirmasi apakah ini hantu. Mungkin hanya ulah jahil seseorang." Luo Suyi langsung menyela: "Bisa saja mayatnya dicuri orang."
Li Yang berkata: "Siapa yang begitu membosankan sampai mencuri mayat? Kalau mau mencuri mayat ini, pasti harus menggunakan Wilayah Hantu."
Luo Suyi terdiam sejenak.
Ia tidak berani mengakui, mungkin Putra Sulung Ye Zhen yang mencurinya.
Lagipula sang pemimpin memang suka bertingkah aneh seperti itu.
Tapi ini hanya dugaan. Jika mayatnya tidak dicuri, melainkan menghilang sendiri, maka situasinya akan menjadi sangat serius.
"Ada kemungkinan ulah manusia, bisa juga mayatnya sendiri bermasalah, atau ada hantu di kompleks makam ini..." Yang Jian mulai tenang menganalisis.
