Di dalam kompleks makam yang redup, suara ketukan "ding-ding-ding" bergema.
Hantu yang berkeliaran di kompleks makam sedang mengukir nisan, menuliskan nama orang hidup di atasnya.
Begitu sebuah nama baru selesai diukir, orang tersebut akan dikuburkan di kompleks makam ini, terperangkap selamanya sebagai mayat dalam makam tua yang perlahan membusuk dan menghilang.
Wajah Yang Jian tetap datar. Ia terus berjalan cepat di jalan tanah yang dipenuhi gundukan makam, tak terganggu suara ketukan itu.
Efektivitas hantu dalam membunuh terlalu rendah.
Hanya satu korban per pembunuhan. Jika bukan karena nasib sial yang membuatnya diawasi sebelumnya, dia takkan merasa panik seperti ini.
Lagipula, setelah memahami metode pembunuhannya, muncul sedikit keyakinan dalam dirinya.
Tak lama kemudian.
Kerumunan kembali melalui rute yang sama. Seolah perjalanan ini sia-sia: Luo Suyi tewas percuma, seorang anggota forum gaib juga mati, bahkan Yang Jian hampir terperangkap di sarang hantu terkutuk ini.
Tapi "pemborosan" ini tidak sepenuhnya sia-sia.
Yang Jian telah menguasai petunjuk kunci dan metode untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
"Kapten Yang! Di sini ada nisan kosong tanpa tulisan sama sekali!"
Tiba-tiba.
Nisan kosong segera ditemukan. Benda ini tak sesulit perkiraan. Meski kompleks makam luas dan sebagian besar nisan memiliki nama serta foto almarhum, cukup banyak juga nisan kosong.
Seorang anggota forum gaib berteriak sambil menunjuk ke nisan tua di sebelah gundukan makam.
Batu nisan terbuat dari batu hijau, entah karena pengaruh lingkungan di sini, warnanya campuran hijau dan hitam, suram, dingin, membuat orang merasa sangat tidak nyaman.
Seolah terinfeksi oleh semacam kutukan mengerikan.
"Siapa yang membawa pisau kecil? Berikan padaku." Yang Jian langsung mendekati batu nisan ini lalu berkata.
Seketika.
Seorang anggota forum gaib memberikan pisau lipat yang selalu dibawanya.
Setelah mengambilnya, Yang Jian bahkan tidak berterima kasih, langsung jongkok di depan batu nisan itu, mencoba mengukir nama nenek Liu, Liu Lan, dengan pisau.
Namun pisau tajam itu melintasi batu nisan hijau tanpa meninggalkan jejak sama sekali, seolah menggores berlian. Tidak, bahkan mungkin lebih keras dari berlian, sama sekali bukan material yang seharusnya ada di dunia ini.
Semacam kutukan ganjil tertinggal di batu nisan ini.
Di bawah pengaruh kekuatan gaib, pisau kecil biasa mustahil bisa berpengaruh.
"Batu nisannya sekeras ini? Kapten Yang, minggirlah, biar aku coba." Sun Rui mendekat, melihat sesuatu yang istimewa, langsung menembakkan pistol ke batu nisan.
Braak!
Dentuman pistol menggema, batu nisan tetap mulus, peluru terpental ke tanah di samping, hampir mengenai orang tak bersalah.
“Ini bukan nisan biasa, melainkan benda gaib atau mungkin telah terkikis oleh kekuatan gaib tertentu sehingga mengalami perubahan yang tak terbayangkan. Nisan ini sudah tidak bisa dinilai dengan logika biasa. Saya pernah melakukan penelitian terkait hal ini – begitu benda biasa tercemar aura gaib, ia akan menjadi sangat luar biasa, melampaui batas ilmu fisika dan sains.”
Sun Rui menurunkan pistol sambil menggeleng, “Barang ini mungkin bahkan takkan rusak jika diledakkan bom. Tunggu, saya paham! Kau ingin mengukir nama Nenek Liu dengan pisau kecil? Memanfaatkan kutukan di nisan ini untuk menghabisi Nenek Liu, menggunakan santet melawan hantu? Ini... ide jenius sejati! Kau ternyata bisa memikirkan cara ini.”
Tiba-tiba, dia menyadari intensi tersembunyi Yang Jian dan terkejut.
Setelah pergi menemui langsung, Yang Jian ternyata punya cara untuk memecahkan jebakan mengerikan ini.
Seketika, hatinya dipenuhi kelegaan karena ini berarti mereka tak perlu lagi terpojok dan dibunuh – telah ditemukan metode pembelaan diri.
Namun saat menyaksikan Yang Jian tak bisa meninggalkan jejak di nisan, Sun Rui kembali mengerutkan alutnya dalam-dalam.
Setelah merenungkan segala strateginya... tampaknya tak ada yang efektif.
“Ucapanmu mengingatkanku. Benda biasa memang takkan mempengaruhi benda gaib. Jadi saya perlu alat khusus untuk mengukir nisan ini,” kata Yang Jian yang kini tersadar.
Inilah mengapa alat ukir di tangan hantu itu adalah paku peti mati.
Paku peti mati dapat menekan semua hantu gentayangan. Begitu bersentuhan dengan batu nisan, ia bisa mengubah batu nisan gaib menjadi batu nisan biasa.
Tentu saja paku peti mati bisa digunakan untuk mengukir nama di batu nisan biasa.
Setelah nama selesai diukir, paku peti mati tidak lagi menyentuh batu nisan.
Kutukan di batu nisan akan pulih.
Metode pembunuhan mengerikan pun terbentuk.
Memang Yang Jian tidak memiliki paku peti mati yang bisa menekan kutukan di batu nisan dengan sempurna, tapi dia memiliki benda gaib yang tak kalah hebatnya.
Golok kayu bakar berkarat yang ganjil.
Pedang yang bisa mengabaikan pengaruh gaib, bahkan mampu membongkar hantu gentayangan - kutukan di batu nisan mungkin takkan mampu bertahan.
Sesaat kemudian.
Yang Jian mengeluarkan golok kayu bakar yang selalu dibawanya.
Golok penuh karat dengan noda darah kering kehitaman itu memancarkan aura misterius.
Menimbulkan kecemasan, bahkan membuat hantu gentayangan merasa gentar.
"Ini..." Sun Rui, Li Yang, bahkan yang lain menatap tajam golok ganjil di tangan Yang Jian.
Terutama Li Yang yang pernah melihat benda ini sebelumnya.
Di dunia Lukisan Hantu.
Tapi dia hanya melihatnya dikeluarkan, belum pernah melihat digunakan.
"Benda gaib yang tak dikenal?" Sun Rui berdugaan dalam hati.
Yang Jian tak takut memperlihatkan golok ganjil ini selama mereka tak tahu aturan pembunuhan dan tingkat kengeriannya. Bagi kebanyakan orang, ini tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Jadi selama tidak membuka informasi, tidak masalah jika dilihat.
"Mengukir tulisan di batu nisan ini, entah apakah akan membuatku terkena luka dari golok kayu bakar juga." Yang Jian berbisik dalam hati.
Kutukan golok kayu bakar sama mengerikannya.
Dalam situasi tidak memicu medium, langsung menebas hantu gentayangan akan membuat dirinya sendiri menerima luka di posisi yang sama. Bahkan Bayangan hantu pun tidak bisa memulihkan luka di area itu. Hanya setelah transaksi dengan lemari hantu selesai dan kutukan terhapus, barulah bisa pulih.
Jika langsung memicu medium, kutukannya akan lebih mengerikan.
Akan langsung mengonsumsi satu kuota menekan hantu Yang Jian.
Saat ini Yang Jian hanya memiliki satu kuota menekan hantu di tangannya. Artinya, dia masih punya kesempatan untuk menebas sekali lagi. Setelah itu, dirinya akan kehilangan keseimbangan dan menghadapi risiko kebangkitan hantu gentayangan.
Jadi barang ini hanya bisa digunakan dalam situasi terjepit.
Kali ini tidak ada keraguan.
Yang Jian memegang golok kayu bakar yang ganjil berkarat, mengukir tulisan di batu nisan kosong di hadapannya.
Batu nisan yang sebelumnya bahkan peluru pun tidak bisa meninggalkan jejak, kini rapuh seperti tahu. Setelah golok kayu bakar melintas, tertinggal bekas ukiran yang dalam.
"Berhasil! Golok ini bisa meninggalkan jejak di sini. Ternyata untuk mengendalikan benda gaib, diperlukan benda gaib lain. Sama seperti prinsip melawan hantu dengan hantu." Sun Rui yang melihat ini, hati yang awalnya murung tiba-tiba dipenuhi sukacita.
“Kapten Yang, cepat, setelah mengukir nama hantu itu, kuburkan sepenuhnya di sini. Jika tidak ada makam nomor 78, kita akan membuat sendiri makam nomor 78. Nanti misi pengiriman surat bisa diselesaikan dengan sempurna.”
Li Yang di samping juga lega.
Tampaknya, kunci untuk memecahkan situasi buntu ini telah ditemukan.
Dengan metode yang tepat, ternyata lebih mudah dari perkiraan. Sungguh tidak adil nasib Luo Suyi yang mati sebelumnya, langsung diawasi sejak awal.
Andai dia bisa hidup sampai sekarang, pasti masih utuh.
Ternyata dalam peristiwa gaib, faktor keberuntungan juga sangat penting.
Kecepatan Yang Jian mengukir nama sangat cepat.
Segera, huruf pertama selesai - karakter "Liu" muncul di nisan.
Setelah tulisan selesai, jejak ukiran itu mulai mengeluarkan darah seperti cat merah yang merembes, mengubah huruf tersebut menjadi merah.
Huruf kedua terus diukir.
Karakter "Lan" tidak banyak goresan, segera huruf kedua pun selesai.
Dua karakter "Liu Lan" kini menghiasi nisan kosong ini.
Ini adalah nama Nenek Liu yang diduga menjadi hantu gentayangan di kompleks makam ini, sehingga kutukan untuk hantu tersebut telah tersusun.
Tapi tepat saat Yang Jian menyelesaikan ukiran "Liu Lan",
Suara ketukan dari kejauhan tiba-tiba berhenti. Di tempat tak dikenal, Nenek Liu berkulit pucat mengenakan pakaian kematian hitam, tangan keriputnya memegang paku peti mati tua, baru saja menyelesaikan ukiran nama anggota terakhir - seolah lebih cepat dari Yang Jian.
Meski kecepatan hantu mengukir lebih lambat, tapi durasi pengukiran hantu lebih panjang dari Yang Jian.
Kutukan mengerikan terhadap orang kelima terbentuk.
Namun, setelah Hantu menyelesaikan penulisan nama ini, sebelum sempat melakukan tindakan apa pun.
Tiba-tiba.
Tanah di bawah kaki Hantu mengendur, membuatnya langsung terperosok ke dalam tanah, hanya menyisakan setengah badan yang kaku dan dingin terlihat di permukaan.
Hantu saat ini seperti membeku, tidak melakukan gerakan apa pun. Wajah keabu-abuan yang berkerut hanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi datar, mati rasa dan bebal.
Tanpa perlawanan, Hantu terus tenggelam ke bawah dengan cepat.
Hanya sekejap.
Hantu yang berkeliaran di kompleks makam ini sepenuhnya terbenam ke dalam tanah lalu menghilang, bersama dengan paku peti mati di tangan Hantu.
