Yang Jian meninggalkan Kota Dahai dengan cepat.
Meski Wei Jing dan Ye Zhen masih menangani urusan Taman Fushou, dia sekarang sudah duduk di pesawat khusus Sun Rui untuk pulang.
Meski kondisinya buruk, itu terjadi karena menggunakan kekuatan hantu gentayangan. Jika tidak memakai kekuatan itu, Yang Jian bisa merasakan bahwa saat ini masih bisa mengendalikan Mata Hantu.
Bagaimanapun, sekarang Tangan Hantu dan Bayangan Hantu bersama-sama menekan kebangkitan Mata Hantu.
Tapi mustahil dia berhenti menggunakan kekuatan hantu gentayangan mulai sekarang.
Jadi selain menyelidiki Kantor Pos Hantu, ada masalah mendesak lain yang harus dipertimbangkan.
Bagaimana menangani masalah kebangkitan Mata Hantu.
Di dalam pesawat.
Yang Jian merenungkan masalah rumit ini.
Skema paling langsung mulai terbentuk di otaknya.
Yaitu menguasai hantu keempat.
Tapi setelah mengingat-ingat sumber daya yang dimilikinya,
Sayangnya,
Tidak ada satu pun hantu yang cocok untuk dikendalikan Yang Jian. Memiliki lebih banyak hantu dalam tubuh justru lebih buruk, karena semakin mudah kehilangan keseimbangan.
Jika dia tidak membuat Bayangan Hantu hang dan menjadi luar biasa, saat ini bukan hanya Mata Hantu yang akan bangkit, mungkin Tangan Hantu dan Bayangan Hantu juga ikut bangkit.
"Kapten Yang, kau baik-baik saja?" Sun Rui terus memperhatikan kondisi Yang Jian, dan kali ini dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, memecahkan keheningan dalam pesawat.
"Sebelumnya dari mulai berkelahi dengan Ye Zhen hingga sekarang, dia menemukan mata Yang Jian sebelah memancarkan cahaya merah samar."
Ini adalah tanda-tanda hantu gentayangan meretas.
Dan tanda-tanda seperti ini belum juga menghilang.
"Untuk sementara tidak ada masalah." Yang Jian tersadar dari lamunan, berkata dengan tenang.
Sun Rui melanjutkan: "Apakah investigasi Kantor Pos Hantu masih akan dilanjutkan?"
Dia bisa melihat, untuk mengalahkan Ye Zhen, Yang Jian telah melakukan pengorbanan yang tidak kecil dengan kondisi dirinya sendiri yang memburuk parah.
"Lanjutkan."
Yang Jian berkata: "Jangan pedulikan kondisiku, urusanku akan kuhandle sendiri. Lagipula kasus Kantor Pos Hantu ini melibatkan hal besar yang sepertinya mendorong kebangkitan hantu gentayangan secara diam-diam. Fenomena di Taman Fushou sebelumnya adalah bukti terbaik. Jadi menurutku, status sebagai kurir surat ini seharusnya tidak ada."
"Tapi di dalam Kantor Pos Hantu pasti tersimpan rahasia yang lebih besar. Jika bisa dipecahkan, mungkin kita bisa menemukan kebenaran di balik kebangkitan hantu."
"Karena itu, bagaimanapun juga investigasi ini harus terus berjalan."
Setelah selesai bicara, Yang Jian berhenti sejenak: "Pesawat khususmu mendarat dulu di Kota Dachang. Aku akan pulang sebentar. Setelah tugas pengiriman surat berikutnya dimulai, baru akan kuatur. Sebelum itu, kau tak perlu melakukan apapun."
"Kalau Kapten Yang sudah memutuskan, mari kita lakukan sesuai rencana. Aku akan menunggumu di Kota Dahan." Sun Rui mengangguk.
"Baik."
Tugas pengiriman surat pertama ini bisa dibilang berakhir sampai di sini.
Jika bukan karena perkelahian tak jelas dengan Ye Zhen, secara objektif tugas pengiriman surat kali ini tidak merugi.
Sebab, Yang Jian berhasil mengambil sebuah paku peti mati.
Inilah modalnya untuk melawan hantu gentayangan manapun. Meski kondisinya sekarang sangat buruk, saat menghadapi peristiwa gaib dia bukan tak bisa melawan sama sekali.
Saat ini.
Di dalam Taman Fushou.
Konfrontasi gaib untuk sementara telah berakhir.
Wajah Wei Jing kehitaman dengan raut mati rasa, berjalan keluar dari kompleks makam Shou. Di tangannya tergenggam seutas tali jerami tua yang terentang tanpa batas, memanjang hingga ke dalam area pemakaman di belakangnya.
Seiring langkahnya, ujung lain tali hantu itu ternyata membelit mayat perempuan yang sudah sangat membusuk. Mayat itu terputus di bagian pinggang menjadi dua bagian, namun saling terjerat dengan cara yang penuh keanehan.
Tidak, bukan cuma satu mayat perempuan.
Masih ada lagi di belakang.
Sebuah siluet orang yang melengkung seperti hantu gentayangan sedang berjuang melepaskan diri dari belitan tali jerami ini.
Ada juga mayat yang baru dikuburkan, di bawah kulitnya terlihat benda asing bergerak-gerak. Wajahnya pucat pasi - ternyata itu adalah Luo Suyi yang sebelumnya tewas di pemakaman.
Selain itu, ada selimut kapas tebal yang tua dan lapuk, seolah membungkus seekor hantu. Meski sudah diikat tali hantu, masih terasa gerakan perlawanan dari dalamnya.
……
Wei Jing menarik tali hantu saku membawa semua entitas mengerikan ini.
Meski semuanya adalah hantu tak dikenal yang menakutkan, namun semuanya berhasil dikendalikan di tangannya.
Fenomena gaib berhasil dibatasi.
"Wei Jing, kau cukup bagus. Markas memang tepat mengirimmu sebagai penengah. Pantas saja Yang Wudi memberimu kehormatan."
Ye Zhen sedang bersandar di batu dasar gapura kompleks makam Shou, matanya menatap langkah Wei Jing yang mendekat.
“Tapi kau masih kalah jauh dibandingku, Ye Mouren. Jika kau merasa ucapan ini salah, silakan datang menantangku. Bagaimanapun, seumur hidup aku tak terkalahkan, hanya kalah sekali. Tapi itu tak mempengaruhi hatiku yang tak gentar. Aku tetap tak punya rasa takut.”
Wei Jing menganggapnya omong kosong, dengan wajah datar berkata: “Taman Shoufu adalah tempat yang sangat khusus. Situasi di sini hanya bisa ditahan sementara, tak bisa diberantas tuntas. Ada terlalu banyak makam tua di sini. Kapan saja bisa muncul hantu gentayangan. Mulai hari ini, kau harus terus memantau situasi di sini.”
“Yang Jian?”
“Dia sudah pergi sejak lama. Sepertinya sedang menyelidiki sesuatu, mungkin ada rahasia kecil. Tapi aku tak tertarik. Yang kuminati adalah bagaimana mengatasi paku peti mati di tangannya, lalu mengalahkannya lagi,” kata Ye Zhen.
Wei Jing melanjutkan: “Jangan cari-cari berkelahi dengan Yang Jian lagi. Jika ada kesempatan berikut, markas akan bekerja sama dengannya untuk menghabisimu. Mediasi hanya akan terjadi sekali, tak akan ada yang kedua. Harap kau paham.”
“Wei Jing, era telah berubah.”
Ye Zhen tiba-tiba terdengar serius: “Raja akan berdiri tegak di puncak langit, yang kalah akan gugur seperti daun layu.”
“Apa maksudmu sebenarnya?”
Ekspresi Wei Jing yang mati rasa tak menunjukkan emosi, tapi nada bicaranya menyiratkan keraguan.
Dia sungguh tak bisa memahami ucapan norak ala chuunibyou Ye Zhen itu.
"Dengan bahasa yang bisa kau pahami, masa depan siapa yang akan menguasai dunia ini? Hantu gentayangan yang terus dibangkitkan? Para penguasa dunia lama? Atau Pengendali Hantu baru yang bangkit? Harapan, kelangsungan hidup, keberlanjutan—ketika semua ini terkonsentrasi pada satu titik di bawah tekanan besar, sesuatu akan dilahirkan oleh era ini."
"Dia bisa membawa harapan, mempertahankan kelangsungan hidup, menyelamatkan nyawa."
"Apa itu?" Wei Jing bertanya.
"Tuhan."
Ye Zhen menunjuk ke langit: "Dan saya Ye Zhen akan naik ke langit menjadi dewa, dengan nama Sang Terkuat."
"Sebelum ke sini ada yang bilang otakmu tidak normal, awalnya tidak percaya, sekarang percaya."
Wei Jing tidak menghiraukan si norak ini. Dia menggenggam tali hantu sambil menarik beberapa hantu gentayangan melanjutkan perjalanan.
Sekitar perlahan ditelan kegelapan pekat.
Wei Jing menghilang dalam kegelapan, sementara hantu mengerikan yang terikat tali hantu juga terseret masuk sedikit demi sedikit.
Saat ujung terakhir tali hantu lenyap, seluruh area gelap itu cepat-cepat menghilang hingga tak menyisakan apapun.
"Paku peti mati Yang Jian sepertinya ditemukan di lahan pemakaman ini. Mungkin saya harus mencari lebih serius, barangkali masih ada satu lagi." Setelah Wei Jing pergi, Ye Zhen merenung sambil menunduk.
Bagaimanapun tadi dia dipakukan mati di tanah dengan kondisi menyedihkan.
Memikirkan ini...
Entah dari mana Ye Zhen mengambil sekop, lalu menggendongnya sambil berlari kecil kembali ke Taman Fushou.
"Tempat mengerikan yang dihindari orang lain, di mata Ye Zhen bagaikan kebun pribadi untuk petualangan dan mencari harta. Masuk sesuka hati, berkeliaran bebas, sama sekali tidak khawatir akan mati terperangkap di dalam."
"Tapi jika dia asal menggali dengan sekop, kemungkinan besar tidak akan menemukan paku peti mati, justru lebih mungkin mengeluarkan hantu gentayangan."
Setelah urusan di Kota Dahai berakhir.
Malam hari.
Informasi video tentang pertarungan sengit antara Yang Jian dan Ye Zhen justru menyebar liar di jaringan internet, sementara anggota lingkaran supranatural juga mengawasi situasi ini dengan ketat.
Lagipula pertarungan antar Pengendali Hantu papan atas sangat langka, apalagi yang terjadi di hadapan begitu banyak warga biasa.
Gejolak tak kasat mata mulai mengendap.
Namun sebagai salah satu tokoh utama dalam video dan berita tersebut, Yang Jian telah kembali ke Dachang.
Dia perlu beristirahat sejenak.
"Sesuai tugas pengiriman surat kurir lapis pertama Kantor Pos Hantu, pengiriman berikutnya mungkin baru beberapa hari lagi. Li Yang, istirahatlah baik-baik hari-hari ini. Masih awal, jauh dari selesai. Harap persiapkan segalanya."
Ucap Yang Jian saat baru turun dari pesawat dan hendak berpisah.
"Tenang Kapten Yang, saya siap." Kondisi Li Yang cukup baik, ia mengangguk.
Tepat saat Yang Jian hendak keluar bandara dan naik mobil pulang.
Tiba-tiba.
Penerangan di aula utama berkedip-kedip, aura misterius menyebar.
"Siapa?"
Langkah Yang Jian terhenti mendadak, siaga penuh, sementara anak hantu muncul di belakangnya.
"Kondisi ganjil ini sama sekali bukan disebabkan oleh peristiwa supranatural. Jika ada kejadian gaib di Kota Dachang, pasti dia akan menerima laporan. Mungkin ada Pengendali Hantu yang berkeliaran."
Tiba-tiba.
Dari satu arah aula utama, kabut pekat berduyun-duyun keluar. Dari dalam kabut itu, muncul siluet manusia.
"Ini aku, Feng Quan."
Orang yang keluar dari Kabut Hantu itu ternyata Feng Quan: "Aku dengar kabar kau bertarung dengan Ye Zhen, jadi sengaja datang untuk membantu. Tapi di tengah perjalanan, dapat informasi dari markas bahwa konflik kalian sudah mereda. Akhirnya putuskan menunggu di Bandara Dachang."
Di dalam kabut pekat muncul orang lain.
Seorang wanita dengan kaki jenjang, tubuh anggun, rambut hitam panjang yang cantik luar biasa. Memberikan kesan sempurna tanpa cacat, seolah kecantikan yang bukan berasal dari dunia ini.
Dia adalah Huang Ziya, berkode nama Hantu Rambut.
"Ye Zhen itu orang yang merepotkan. Markas pernah merekrutnya tapi gagal. Tapi kalau benar-benar bertarung, aku pasti membantumu." Siluet ketiga muncul dari kabut hantu pekat.
Seseorang bertudung kepala dengan kuncir kuda. Meski wajahnya dingin, terkesan gagah perkasa.
Ini adalah Tong Qian Sang Wajah Hantu.
"Kukira ada musuh yang menghadang di sini, ternyata kalian yang datang." Kata Yang Jian sambil menghela napas lega.
“Kami juga baru tiba hari ini, Komandan Tim. Dasar kau, bentrok dengan Forum Gaib tapi tidak menghubungi kami. Padahal kami bisa segera datang membantu.” Huang Ziya dengan wajah cantiknya menunjukkan senyuman. Dia mendekat dan mengitari Yang Jian beberapa kali.
Sepertinya sedang mengamati situasi.
Tapi tak lama kemudian dia melihat anak hantu yang bersembunyi di belakang Yang Jian.
"Inikah si hantu kecil itu? Persis seperti wajahmu, Komandan."
Huang Ziya berkata takjub sambil mengulurkan tangan ingin menyentuhnya.
Feng Quan berkata: "Jangan sembarangan menyentuh. Ini mayat hidup tahap kedua yang sudah jadi makhluk setengah manusia setengah hantu. Agak berbahaya."
Mendengar kata "mayat hidup", Huang Ziya buru-buru menarik kembali tangannya.
"Si kecil ini sangat patuh pada Komandan. Menyentuhnya mungkin tidak apa-apa."
Bukan bermaksud cari masalah, dia hanya penasaran bagaimana Yang Jian bisa menjinakkan mayat hidup kecil ini bahkan menjadikannya teman.
"Masalahnya sudah selesai. Konflikku dengan Ye Zhen berakhir di sini. Markas turun tangan jadi harus menghargai posisi. Kalau tidak, aku tak bisa meninggalkan Kota Dahai." Kata Yang Jian: "Aku senang kalian mau membantu. Tapi kejadiannya tiba-tiba. Mungkin kalian tidak sempat ke Kota Dahai walau dihubungi. Jadi aku tidak berpikir begitu."
Meski Feng Quan memiliki Wilayah Hantu.
Tapi jika dipaksa menggunakan Wilayah Hantu ke Kota Dahai, mungkin di tengah jalan dia akan tewas karena kebangkitan hantu gentayangan.
Bagaimanapun, Area Wilayah Hantu-nya sangat kecil, hanya cukup untuk menutupi sebagian kecil desa. Untuk merentang ratusan kilometer, bahkan lebih dari seribu kilometer antara dua lokasi, sama sekali tidak mungkin.
"Yang penting kau baik-baik saja. Kalau tidak, masalah hari ini pasti takkan berakhir," Feng Quan berkata.
Yang Jian berkata, "Sudah, jangan bahas ini lagi. Kalian sudah kerja keras datang dari kampung halaman masing-masing di malam ini. Mari kita pulang dulu, urusan lain kita bicarakan besok."
"Benar juga. Mungkin Kakak Kaki juga lelah, lebih baik istirahat dulu semalam," Feng Quan mengangguk.
Yang Jian memandangnya lagi dengan ekspresi berpikir.
Karena hantu kedua yang dimiliki Feng Quan memiliki hubungan tertentu dengan tanah makam Taman Fushou, tidak diketahui hal gaib apa lagi yang terlibat disini.
