Hari ini.
Kantor di lantai paling atas Gedung Shangtong terlihat cukup ramai.
Yang Jian, Feng Quan, Tong Qian, Li Yang, Huang Ziya, Zhang Han – total enam Pengendali Hantu berkumpul di sini. Jumlah dan komposisi tim seperti ini merupakan kekuatan besar yang tak bisa diabaikan di mana pun.
Pengendali Hantu bukanlah sayuran di pasar yang bisa ditemukan sembarangan.
Mereka makhluk langka.
Bahkan forum gaib Ye Zhen paling banter hanya memiliki sekitar sepuluh admin.
Sebab tak semua Pengendali Hantu kompeten. Beberapa orang biasa hanya menjadi Pengendali Hantu secara kebetulan, tapi tanpa etika dan kemampuan. Biasanya mereka cepat mati, atau jika tidak, akal sehatnya akan terkikis hantu hingga jadi tak waras. Mereka tak layak jadi anggota tim.
Jadi sedikit sekali Pengendali Hantu yang bisa bertahan hidup dengan kemampuan dan integritas.
"Barusan aku dengar ada wanita menangis di ruangan sebelah. Komandan, jangan-jangan kau sedang mengganggu urusan?" pipi sempurna Huang Ziya menampilkan senyum penuh arti.
"Oh, Kakak Kaki punya hobi seperti itu? Bagi-bagi cerita dong?" Feng Quan si licik ikut nimbrung.
Tong Qian mendengus ringan: "Membosankan. Dalam kondisi monster begini, siapa yang masih tertarik pada hal begituan."
"Jangan begitu, Kak Tong Qian. Sebenarnya jika kau mau, aku bisa mengembalikan tubuhmu seperti dulu. Dijamin bikin pria tergila-gila, wanita jadi iri."
Huang Ziya memain-mainkan liontin kristal kehitaman yang tergantung di lehernya.
Barang murahan, kalau dibeli di luar paling banter harganya sepuluh uang per biji.
Tapi di dalam liontin kristal ini terkunci seekor hantu gentayangan.
Hantu gentayangan yang mampu memengaruhi benda-benda di dunia nyata.
Termasuk tubuh orang hidup.
"Tidak perlu, aku sudah terbiasa seperti ini. Lagipula ini lebih baik, supaya tidak diganggu pria-pria menjijikkan."
Tong Qian ternyata menolak usulan untuk memulihkan tubuhnya ke kondisi normal.
"Kakak Tong Qian, sayang sekali kalau kecantikanmu tidak dimanfaatkan sebagai wanita seutuhnya."
Huang Ziya berkata: "Lihatlah aku, tadi baru berjalan-jalan di gedung, sudah membuat banyak orang terpana."
Jarinya melintas lembut di depan tubuhnya.
Sebuah lekukan menakjubkan nan sempurna tergambar, bagai hantu perempuan di film yang indah hingga membuat orang sesak napas.
Namun tak satu pun orang yang hadir di situ menunjukkan minat padanya.
Soalnya sebagian besar sudah tahu wajah asli Huang Ziya - cuma wanita biasa yang disiksa hantu gentayangan. Kecantikannya sekarang ibarat kulit lukisan, sementara saja. Kalau masalah kebangkitan Hantu Gentayangan tidak diselesaikan, keburukannya akan kembali muncul seiring waktu.
Tong Qian mengabaikannya, hanya tangisan dari sebelah yang mengganjal di hatinya. Ia bangkit sambil berkata: "Aku ke sana melihat-lihat dulu."
Setelah itu, ia melirik curiga ke arah Yang Jian.
"Jangan-jangan kau benar-benar melakukan hal keterlaluan ya."
“Jangan lihat saya seperti itu. Saya Yang Jian seumur hidup jernih tak bernoda, tak pernah melakukan hal yang menyalahgunakan kekuasaan. Jika ada rumor buruk di luar, pasti ada yang membayar pasukan bayaran untuk menyebarkan fitnah.” Kata Yang Jian.
Li Yang kali ini berkata: “Kapten Yang, yang menangis di dalam mungkin ibu Xiong Wenwen. Pagi ini saya melihatnya. Liu San terakhir kali datang meninggalkan manusia kertas untuk Xiong Wenwen, kemungkinan besar terkait hal ini.”
“Manusia kertas Liu San? Dia sangat misterius. Dulu saat saya jadi penanggung jawab Kota Dachang, saya sudah dengar namanya. Dia Pengendali Hantu yang sudah hidup sangat lama.” Kata Feng Quan.
Yang dimaksud "hidup sangat lama" adalah setidaknya sudah lebih dari satu tahun.
Di kalangan Pengendali Hantu, durasi ini termasuk cukup panjang.
“Situasinya begini...”
Yang Jian menjelaskan secara garis besar tentang Lukisan Hantu dan kasus Xiong Wenwen kepada yang lain, agar semua paham awal dan akhir peristiwa ini.
“Ternyata begitu, jadi komandan ingin membangkitkan Xiong Wenwen?” Huang Ziya tersadar, ekspresinya menjadi muram.
Lagi pula, menghidupkan orang mati adalah pantangan.
Terutama di lingkaran gaib, karena kita tidak tahu apakah orang yang dibangkitkan masih manusia seutuhnya.
Feng Quan berkata: “Memang ada risikonya, tapi semua syarat kebangkitan sudah terkumpul. Benar ada nilai yang layak dicoba. Markas juga sudah menyiapkan metodenya, tinggal menunggu anggukan Kakak Kaki. Hanya saja tak disangka Kakak Kaki baru bertindak sekarang. Kalau saya, pasti sudah mencoba sejak terakhir kali.”
"Atas dasar penghormatan, kita tetap harus meminta pendapat ibu Xiong Wenwen, Chen Shumei. Bagaimanapun juga, jika kebangkitan Xiong Wenwen menunjukkan keanehan tertentu, saya harus segera menyumbang untuk mengurungnya. Apalagi kebangkitan ini menggunakan tubuh boneka kertas peninggalan Liu San, apakah akan meninggalkan potensi masalah atau tidak juga belum bisa dipastikan."
"Tentu saja, Chen Shumei juga harus menerima fakta kejam bahwa anak lelakinya telah berubah menjadi manusia kertas."
"Ini memang kejam bagi seorang ibu. Jika obsesinya tidak begitu besar, membiarkan anaknya beristirahat dengan tenang mungkin justru merupakan perbuatan baik." Di sisi lain, Zhang Han mengeluarkan decak kagum sambil berkata.
Anaknya baru berusia satu tahun.
Jika anaknya yang berubah menjadi seperti ini, mungkin dia tidak akan menyelamatkan.
Bukan tak ingin.
Tapi hidup sebagai manusia kertas terlalu kejam bagi seorang anak.
Lebih baik beristirahat dengan tenang daripada hidup sebagai manusia yang tidak utuh atau hantu yang tidak jelas.
Yang Jian berkata: "Karena itu saya tidak ada cara untuk memilihkan Xiong Wenwen. Hak memilih ada di tangan Chen Shumei. Barusan kita sedang membahas situasi ini."
"Melihat anak lelaki sendiri berubah menjadi selembar foto, ini benar-benar membuat orang hancur berantakan." Huang Ziya memainkan rambut hitam lebat di depan dadanya sambil berpikir.
Yang Jian berkata: "Situasi ini tidak perlu terburu-buru. Biarkan Chen Shumei memikirkannya dengan jelas dulu. Hari ini kita berkumpul untuk membahas urusan pembentukan tim."
“Meskipun saya adalah komandan tim, saat ini di markas hanya numpang nama, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mengundurkan diri. Sampai saat ini hanya bertanggung jawab atas keamanan Kota Dachang dan beberapa desa sekitar, wilayah tanggung jawab tidak besar, jadi kuota membentuk tim di tangan saya juga terbatas.”
“Hanya tujuh.”
Kuota pembentukan tim sangat penting. Jika Yang Jian tidak memiliki kuota, anggota seperti Feng Quan, Tong Qian, atau Li Yang akan ditarik langsung oleh markas melalui perintah resmi.
Karena sebagian besar anggota tercatat di bawah nama markas.
Dengan adanya kuota, situasi menjadi berbeda. Selama Yang Jian mampu, dia bisa merekrut maksimal tujuh anggota sementara markas pura-pura tidak tahu.
“Kakak Kaki, jadi tim kita paling banter hanya sebanyak ini?” tanya Feng Quan.
Huang Ziya berkata: “Jumlah ini sudah cukup. Tim Pengendali Hantu di luar negeri umumnya sekitar lima orang, tim tujuh orang tidak tergolong kecil.”
“Kapten Yang, saat ini totalnya belum mencapai tujuh orang, masih belum memenuhi kuota.”
Li Yang menghitung jumlah: Jika dirinya ikut dihitung, bersama Tong Qian, Feng Quan, Huang Ziya, Zhang Han, dan Yang Jian totalnya enam orang.
“Saat ini hanya kita. Posisi kosong yang tersisa akan diisi perlahan. Sebelumnya saya pertimbangkan Zhang Lei yang punya keunikan, tapi kondisinya buruk, jadi saya suruh dia menyelesaikan masalah kebangkitan Hantu Gentayangan. Tidak tahu apakah berhasil. Tentu saja, sekarang saya juga mempertimbangkan Xiong Wenwen dengan syarat dia benar-benar bisa hidup kembali.”
Yang Jian melirik arah ruang aman sambil berkata.
Tangisan Chen Shumei telah berhenti, amarahnya sepertinya sudah pulih cukup banyak.
“Apakah itu Zhang Lei dengan kode nama Pemakan Hantu?”
Feng Quan merenung: “Memang orang yang sangat spesial, hanya saja dia terlalu mudah mengalami kebangkitan hantu gentayangan. Jelas-jelas hantu yang dikendalikannya sangat mengerikan. Jika masalah ini tidak diselesaikan, keikutsertaannya dalam tim akan mempengaruhi stabilitas. Justru ini bukan hal yang baik.”
“Xiong Wenwen bagus. Kemampuan prediksinya sangat penting, kita harus berusaha membujuknya.”
Yang Jian berkata: “Ini sedang saya kerjakan. Jadi kondisi anggota tim untuk sementara ditetapkan seperti ini. Selain itu, saya akan mengatur kalian untuk tinggal di Kompleks Perumahan Guanjiang. Tentu saja, keluarga, kerabat, dan teman kalian juga bisa pindah ke sana. Saya akan menyuruh sekretaris saya menyiapkan rumah untuk kalian.”
“Gratis?” Li Yang bertanya.
“Tentu, satu vila untuk setiap orang, plus hak pakai ruang aman. Untuk kerabat dan teman, perlakuan tidak sebagus ini, hanya bisa memberikan properti komersial biasa.” Kata Yang Jian.
“Sudah cukup. Orang-orang seperti kita tidak tahu bisa bertahan hidup berapa lama. Barang banyak pun tidak sempat dinikmati.” Kata Feng Quan. Dia bukan tipe hedonis, dia punya impian dan ambisi.
Yang Jian melanjutkan: “Justru karena itu, urusan pemakaman perlu diatur baik-baik. Selain itu, saya akan menyuruh sekretaris saya nanti memberikan dokumen pengalihan saham untuk setiap orang - satu persen saham perusahaan per orang. Jika ada yang mati, saham ini bisa diwariskan ke orangtua atau keturunan kalian.”
“Boleh tanya kira-kira berapa nilainya?” Tanya Li Yang penuh rasa ingin tahu.
"Saya tidak terlalu paham, setidaknya satu miliar lebih. Meski tidak sebanding dengan perusahaan go public top 500 global, menjamin keluarga dan kerabat hidup berkecukupan tidak ada masalah. Tapi saham hanya bisa bagi dividen tahunan, tidak bisa dialihkan atau dijual. Harap kalian pahami, saya tidak ingin saham perusahaan diperjualbelikan hingga akhirnya bangkrut. Lagipula harus mempertimbangkan kepentingan semua orang."
Yang Jian berkata serius. Sebelumnya dia pernah mendiskusikan hal ini dengan Zhang Liqin. Zhang Liqin yang terus bekerja di perusahaan telah mempelajari banyak pengetahuan tambahan. Ini adalah ide darinya.
"Kakak Kaki ini benar-benar jadi kaya raya, begitu dermawan." Feng Quan tertawa sambil berkata.
"Ini hanya urusan-urusan kecil sampingan."
Yang Jian melambaikan tangan melanjutkan: "Kita lanjutkan diskusi tentang tim. Sebuah tim perlu komandan dan pemimpin. Komandan pertama tentu saya yang menjabat. Tapi setiap orang bisa mati. Jadi jika saya mati, siapa yang jadi komandan kedua?"
"Saya tidak mau jadi komandan." Huang Ziya langsung menjawab tegas.
Dia merasa dirinya tidak memiliki kemampuan seperti itu.
"Lebih baik pilih antara saya atau Tong Qian." Feng Quan merenung sejenak lalu maju ke depan.
Beberapa anggota tim masih terlalu hijau. Li Yang, Huang Ziya, dan Zhang Han masih dianggap pendatang baru. Yang punya kemampuan hanya Tong Qian dan dirinya sendiri.
"Jika yang lain tidak keberatan, komandan kedua adalah Feng Quan. Yang ketiga Tong Qian... dan seterusnya. Siapa yang masih hidup akan bertanggung jawab atas tim ini." Kata Yang Jian.
"Mari lanjutkan diskusi masalah lainnya..."
Keberadaan sebuah tim tidak cukup hanya dengan berkumpul. Diperlukan ikatan kepentingan dan pembentukan tata krama.
"Masih harus memastikan bahwa setelah [seseorang] tiba-tiba mati, tim masih bisa tetap dipertahankan."
"Karena eksistensi tim ini bukan hanya untuk menangani peristiwa supranatural, tapi lebih untuk bertahan hidup dengan saling berkumpul."
"Sesuai dengan pemikiran Yang Jian."
"Sekali pun ada beberapa personel yang tewas dalam tim, selama tim ini tetap eksis, orangtua, kerabat, dan saudari mereka akan mendapat jaminan kepentingan yang cukup, mencegah kejadian seperti 'orang pergi teh pun dingin' terjadi."
