Pagi hari.
Yang Jian membuka matanya dan tersadar dari ranjang.
Dia berhasil hidup satu hari lagi di dunia ini, tapi tanpa semangat menyambut hari baru—ini berarti waktu bertahannya semakin berkurang.
Hitungan mundur nyawa terus berlanjut.
Untungnya dia sudah bisa menanggung tekanan besar akan kematian ini, tidak seperti orang lain yang mentalnya hancur karenanya.
"Sekarang keseimbangan antar hantu dalam tubuhku mencapai batas tertentu. Sepertinya beberapa emosi yang hilang mulai kembali." Yang Jian merenung, mata kemerahannya menatap sekeliling.
Seorang wanita matang dengan tubuh hangat meringkuk dalam pelukannya, masih tertidur pulas.
Yang Jian tidak berbicara. Dia mendorong wanita ini, lalu duduk dan melihat ke luar jendela.
Sinar matahari yang masuk memberi kehangatan pada ruangan yang masih berhawa dingin.
Hari ini cuaca cerah.
"Bangun begitu pagi? Tidak mau istirahat lagi?"
“Zhang Liqin terbangun, dia mengulurkan lengan putihnya ke tubuh pria itu, berusaha menahan.”
Yang Jian berkata: "Kondisi fisikku berbeda dengan orang biasa, tidak perlu tidur lama."
Zhang Liqin mengangkat tubuhnya, pipi kemerahan yang belum pudar menempel di punggung Yang Jian, memeluknya, merasakan dingin yang melekat di tulang, dingin yang tak bisa diusir oleh suhu tubuhnya.
"Tidak bisakah kau lebih sering menemaniku? Lagipula, aku ini wanita milikmu."
Nada bicaranya lembut, dihiasi keliaran yang menggoda.
"Kau hanya sementara milikku saja. Setelah aku mati, kau akan punya kehidupan baru, perasaan baru, bahkan suami baru. Hari itu takkan lama lagi, mungkin tahun depan sudah tiba. Sebagian besar Pengendali Hantu berumur pendek, aku juga tak terkecuali. Bahkan seandainya ingin berhenti pun mustahil."
Nada Yang Jian kaku dan dingin.
Zhang Liqin langsung memeluk Yang Jian lebih erat: "Aku bukan orang seperti itu. Untukmu, aku rela melakukan apa saja."
"Waktu akan mengikis segalanya. Kau, Jiang Yan, kalian semua hanyalah orang biasa yang berkumpul untuk saling menghangatkan, mengandalkan secercah cahaya api bertahan hidup di tubuhku. Begitu cahaya ini padam, kalian pun akan pergi, mencari cahaya baru untuk terus bergantung."
Yang Jian memandanginya: "Jadi sesungguhnya, hubungan kita hanyalah saling memenuhi kebutuhan. Bagai transaksi, itupun transaksi yang sangat singkat."
“Orang biasa pacaran saja bisa sampai 2-3 tahun, sementara transaksi antara kita bahkan tidak bisa melampaui waktu itu.”
“Kau tak perlu melakukan apa-apa untukku, cukup lakukan pekerjaanmu selama aku masih hidup. Saat aku mati, kau akan mendapat uang banyak lalu memulai yang baru, Jiang Yan juga sama.”
Zhang Liqin tertegun, dia tak menyangka Yang Jian punya pemikiran seperti ini.
Pantas saja selama setengah tahun Jiang Yan bersamanya selalu bersikap dingin.
Karena sejak awal Yang Jian sudah menganggap hubungannya dengan mereka tidak akan langgeng, segera akan berpisah karena kematian, jadi dia sama sekali tidak mau menghabiskan banyak waktu dan perasaan untuk diri mereka dan Jiang Yan.
Akar yang bengkok.
Bagaimana mungkin ada hasil?
“Kau sama sekali tidak mengerti wanita.”
Zhang Liqin merasa sedih, ingin menangis tapi sadar dirinya tak punya hak untuk itu.
Karena dia tidak bisa meyakinkan Yang Jian bahwa dirinya bisa menjadi wanita miliknya selamanya.
“Mengerti atau tidak tak penting, yang penting umurku pendek. Krisisku akan segera datang, aku bisa merasakannya. Kau pasti paham Peristiwa Mayat Hidup Kelaparan waktu itu, saat itu aku hampir mati, hanya keberuntunganmu saja yang menyelamatkanku. Krisis seperti ini sudah kualami berkali-kali, tapi tidak setiap kali aku seberuntung itu.”
“Cukup satu kali saja, aku akan mati sepenuhnya.”
Yang Jian berkata dengan tenang.
“Aku tahu penderitaanmu, tapi aku hanya ingin bertanya: apa kau membenciku?” tanya Zhang Liqin.
Yang Jian berkata: “Kalian hanya wanita biasa. Kau punya kelebihanmu sendiri, tubuh yang indah, cantik, bekerja serius, berusaha maju... Tentu juga ada kekuranganmu: kurang rasa aman, cinta uang, suka pamer, sedikit licik... Tapi ini semua normal.”
“Karena hanya dengan begitu baru pantas disebut manusia.”
“Wanita sempurna tanpa cacat hanya ada dalam khayalan, mustahil ada di dunia nyata. Jadi aku tidak membenci kalian.”
Zhang Liqin menggigit bibirnya, mengumpulkan keberanian: “Yang Jian, aku sudah memutuskan.”
“Memutuskan apa?” tanya Yang Jian.
“Aku ingin memberimu seorang anak.”
Zhang Liqin berani mengatakannya, tapi setelah mengucapkan kalimat itu pipinya langsung memerah dan jantungnya berdebar kencang.
Ekspresi Yang Jian sedikit berubah. Ia memutar badan dan memeriksa wanita itu sambil menunjukkan raut berpikir.
Apapun perasaan dan tujuan Zhang Liqin saat mengucapkan kata-kata itu, setidaknya ini mengingatkannya pada satu hal.
“Bicaralah setelah kau benar-benar bisa melakukannya.”
Yang Jian tidak menolak. Setelah menjawab santai, ia pun bangkit dan pergi.
Ia tidak pergi ke perusahaan, melainkan menuju Ruang Aman No.1 untuk mengambil beberapa barang.
Ia harus mempersiapkan diri untuk bertahan hidup di masa depan.
Ruang Aman No.1 relatif kecil, berisi benda-benda gaib dan hantu gentayangan yang diurung.
Ada Cermin Hantu, kerangka hantu yang dulu melekat pada tubuh Wang Xiaoqiang, tanah makam yang dipisahkan dari Feng Quan, koran usang bernoda darah, kotak musik ganjil, sepatu sulam merah, Boneka Pengganti Nyawa, Lilin Hantu, Guci Hantu... serta beberapa senjata khusus.
Selain itu, di tangannya masih ada golok kayu bakar misterius dan paku peti mati.
Secara tegas, sumber daya di tangan pribadinya sebenarnya tidak sedikit, bahkan bisa dibilang cukup melimpah.
Namun setiap barang mewakili satu per satu peristiwa supranatural mengerikan yang dialami Yang Jian.
Untuk mendapatkan barang-barang ini memerlukan pengorbanan yang harus dibayar.
"Mata Hantu berada di ambang kebangkitan, misi kurir Kantor Pos Hantu masih berlanjut. Jadi untuk berjaga-jaga, aku harus membawa kotak musik." Tatapan Yang Jian bergetar lemah saat ia mengambil sebuah kotak emas.
Setelah dibuka,
sebuah kotak musik tua berwarna merah menyala terpampang di hadapannya.
Bahkan sebelum dibuka, aura dingin yang menyeramkan sudah menyelimuti sekitarnya.
Otak Yang Jian secara refleks mengingat kembali dentang lonceng aneh yang mengerikan itu.
Kutukan kotak musik ini benar-benar pelik.
Alasan ia tidak membawanya saat ke Kota Dahai sebelumnya adalah khawatir akan secara tidak sengaja menggunakannya.
Jika benda ini dibuka kembali, Yang Jian yakin dirinya tidak akan bisa bertahan hidup.
Tablet leluhur sudah hilang, dimakan oleh Anak Hantu.
Hampir mustahil untuk mengulang eksperimen Wang Xiaoming lagi.
Meskipun Anak Hantu juga memiliki kemampuan transfer kesadaran, perlu diingat bahwa Anak Hantu sendiri adalah makhluk luar biasa. Jika Yang Jian mengaktifkan kotak musik lagi untuk transfer kesadaran, akan kekurangan perwujudan fisik.
Perwujudan ini membutuhkan foto supranatural.
Dengan kata lain, Yang Jian perlu memotret orang hidup menggunakan Kamera Hantu sebagai pengganti kematian, untuk menahan kutukan kotak musik.
Sekaligus hantu dalam tubuhnya sendiri juga perlu dikendalikan.
Namun,
meski semua syarat ini terpenuhi, masalah kebangkitan Mata Hantu dan kutukan kotak musik mungkin teratasi, tapi masalah kebangkitan tetap ada.
Ini juga merupakan situasi buntu.
"Kecuali..." Yang Jian melihat paku peti mati yang berkarat itu.
Kecuali jika terpaksa memakukan diri sendiri dengan paku peti mati, membuat semua hantu dalam tubuhnya tertidur pulas, termasuk kutukan kotak musik.
Berbagai pemikiran bermunculan di otaknya.
Yang Jian merasa setiap skema memiliki cacat yang berakibat fatal.
Cacat ini, pada akhirnya kembali ke masalah kebangkitan hantu gentayangan.
"Bawa kotak musik, koran usang bernoda darah, Boneka Pengganti Nyawa, satu lilin hantu putih... Guci hantu juga berguna saat penting, semuanya harus dibawa. Kemampuan diri sekarang tidak memadai, hidup harus bergantung pada barang-barang ini."
Dalam hati Yang Jian menghela napas getir.
Ini adalah pemborosan sumber daya besar-besaran.
Terasa seperti membakar semua kayu bakar yang dikumpulkan bertahun-tahun dalam satu hari.
"Markas masih berhutang tiga lilin hantu merah dan Gunting Hantu itu. Nanti akan kutagih, semoga mereka segera mengirimkannya." Yang Jian teringat utang yang belum ditagih.
Setelah melakukan persiapan,
dia bersiap meninggalkan ruang aman.
Tapi di saat terakhir, ia tak tahan membuka kain hitam penutup Cermin Hantu.
Cermin transparan itu terbuka di hadapannya.
Pada cermin terdapat celah bekas konflik antara hantu gentayangan dan Cermin Hantu saat ia melakukan bunuh diri dengan menggantung diri dulu.
Namun Yang Jian tidak memedulikan hal itu. Ia menatap ke dalam cermin.
Tak ada bayangan dirinya.
Juga tak ada keanehan apapun yang terjadi.
Di dalamnya kosong melompong, tak memantulkan apapun.
"Ternyata, tetap tidak ada cara untuk meninggalkan bayangan. Apakah seseorang hanya punya satu kesempatan untuk hidup kembali? Sepertinya benda ini hanya bisa digunakan oleh Feng Quan, Tong Qian, dan yang lainnya." Yang Jian berbisik dalam hati.
Benda gaib ini untuk sementara sudah tidak bisa dia gunakan. Namun bisa menambah satu kesempatan hidup kembali bagi anggota tim lainnya.
"Bawa keluar, letakkan di kantor perusahaan. Umumkan keberadaan Cermin Hantu." Yang Jian merasa benda ini tidak bisa disembunyikan lagi.
Saatnya dikeluarkan untuk dimanfaatkan.
Sebagai komandan tim, dia juga harus mempertimbangkan kelangsungan hidup kelompok.
Alasan menyembunyikannya sebelumnya adalah khawatir tidak bisa menjaganya. Setelah bertarung dengan Ye Zhen, diperkirakan tidak ada lagi yang berani mengincar dirinya.
Kain hitam menutupi Cermin Hantu.
Yang Jian membawanya keluar dari ruang aman.
Pada sore hari.
Yang Jian kembali datang ke perusahaan dan mengumumkan keberadaan Cermin Hantu kepada para anggota.
"Cermin aneh yang bisa meninggalkan bayangan dan menghidupkan orang mati? Komandan, kau ternyata punya benda ini." Huang Ziya terkejut saat pertama kali mendengar tentang benda gaib ini.
Bukan hanya dia.
Feng Quan, Tong Qian, Li Yang, dan yang lain juga membelalakkan mata, tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Faktanya memang begitu. Tapi semua ini ada pengorbanannya. Di dalam Cermin Hantu terkungkung hantu gentayangan yang mengerikan, jumlahnya banyak dan tidak diketahui. Saat seseorang dihidupkan kembali dari cermin itu, sebagai gantinya, seekor hantu akan dilepaskan. Selain itu, memori dan kondisi orang yang dihidupkan akan tetap bertahan pada periode waktu saat bercermin."
"Artinya, pengalaman di tengah-tengah periode itu akan hilang."
Yang Jian berkata: "Ini adalah aturan yang saya temukan saat ini, apakah ada kemampuan ganjil lainnya saya belum tahu, ini perlu dicoba perlahan-lahan."
"Kakak Kaki, apakah kau pernah menggunakannya sebelumnya?" tanya Feng Quan.
"Pernah sekali, digunakan dalam situasi khusus. Oh ya, teman saya Zhang Wei juga pernah memakainya."
"Zhang Wei?"
Huang Ziya memutar bola matanya: "Bocah bodoh yang berkeliaran setiap hari di perusahaan itu?"
"A Wei adalah teman sekelasku dulu, sering membantuku. Jangan bicara seperti itu. Dia tidak bodoh, hanya suka bermain. Di saat-saat tertentu masih cukup cerdik." Yang Jian berkata dengan serius.
"Maaf." Huang Ziya segera meminta maaf.
Yang Jian mengalihkan topik: "Cermin Hantu ini jika digunakan tim, metode meninggalkan bayangan juga memiliki bahaya tertentu. Jangan berdiri terlalu lama di depan cermin, nanti tersedot masuk ke dalamnya. Selain itu, area peletakan cermin tidak boleh ada benda yang memantulkan cahaya."
"Jika tidak, hantu di dalamnya akan keluar dari Cermin Hantu melalui pantulan lain."
"Kalian mau pakai kapan dan bagaimana caranya, saya tidak ikut campur. Kita semua harus tahu batasannya."
Tong Qian berkata: "Benda berbahaya seperti ini seharusnya tidak dikeluarkan. Menghidupkan seseorang tapi melepaskan seekor hantu, pengorbanannya terlalu besar. Lagi pula tidak ada preseden menghidupkan Pengendali Hantu. Bisa jadi orangnya hidup tapi hantu dalam tubuhnya terlepas, sementara orang biasa yang bertahan hidup juga tidak berarti."
"Selain itu, Cermin Hantu ini perlu dijaga. Kalau tidak, orang yang dihidupkan di dalam cermin akan cepat dibunuh hantu di dalamnya."
Dia menyebutkan banyak kekurangan, berpendapat Cermin Hantu lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
Feng Quan melirik dan berkata: "Tong Qian, ini adalah kebangkitan, sungguh-sungguh menghidupkan kembali orang mati. Segala pengorbanan ini bagiku tak berarti. Membalikkan hidup-mati itu sendiri sudah pantangan. Cermin Hantu ini yang memiliki kemampuan ganjil bernilai tak terhingga."
Di dunia ini, mati itu mudah.
Ingin benar-benar bangkit kembali, bahkan Pengendali Hantu termasyhur pun tak mampu.
Peristiwa Xiong Wenwen kemarin secara tegas tak bisa disebut kebangkitan, hanya sekadar kesadaran kembali.
Karena kesadaran Xiong Wenwen memang sudah ada sejak awal.
Sedangkan Cermin Hantu benar-benar menciptakan dari ketiadaan, menarik kembali orang yang sudah mati.
"Harus digunakan dengan sangat hati-hati. Orang tak bermakna tak layak menggunakan Cermin Hantu. Tak boleh menyelamatkan satu nyawa lalu melepaskan seekor hantu, nanti malah memakan lebih banyak korban."
Tong Qian sangat memprioritaskan hal ini. Dia berkata: "Yang Jian, tak keberatan kan Cermin Hantu ini kukelola? Sejujurnya, aku tak percaya orang lain yang mengurus."
"Bagaimana jika orang biasa sembarangan bercermin di sini? Pasti bakal kacau balau."
Dia berpikir demi kepentingan nasional, tak ingin kebangkitan via Cermin Hantu jadi liar dan memicu rangkaian peristiwa supranatural.
Jika benar-benar ingin dibangkitkan, haruslah personel penting yang layak menanggung risiko sebesar ini.
Tapi godaan kebangkitan memang sangat kuat.
Orang yang egois, mungkin bahkan akan mencoba menghidupkan kembali anjing atau kucing peliharaannya, tanpa peduli dampak buruk bagi dunia luar.
Pemilik rumah kuno era Republik dulu yang menyimpan Cermin Hantu terkunci di kamar, bukan tanpa alasan.
Ingin memberikan secercah harapan dan pertolongan, tapi juga khawatir disalahgunakan generasi penerus.
“Baik, kau yang akan mengurus Cermin Hantu.” Setelah berpikir sejenak, Yang Jian mengangguk menyetujui.
Karakter Tong Qian memang bisa dipercaya.
“Komandan, aku ingin yang pertama bercermin. Aku harus menjaga kecantikanku ini. Bagaimana jika setelah mati dan bangkit kembali, Hantu di tubuhku terlepas? Aku bisa menjadi wanita tercantik di dunia ini!” Huang Ziya buru-buru berbicara.
Demi kecantikannya, dia bisa melakukan apa saja.
“Menurutku kau belum memenuhi syarat untuk saat ini.” Tong Qian menolak permintaannya dengan prinsip urusan dinas.
Huang Ziya langsung memandang Yang Jian dengan wajah memelas.
Yang Jian berkata: “Hak penggunaan anggota tim harus dipertahankan.”
Ini adalah metode untuk meningkatkan solidaritas tim. Dia mengeluarkan ini juga untuk menstabilkan tim.
Persatuan kepentingan sudah selesai kemarin, sekarang giliran persatuan bertahan hidup.
Cermin Hantu adalah kuncinya.
Semua ini sudah dipertimbangkan matang, dia tidak main-main.
Tong Qian mengerutkan kening, merenung sejenak, lalu mengangguk khidmat: “Ada benarnya. Biarkan dia mencoba. Sekalian kita semua bisa mengenali benda berbahaya ini. Yang Jian, bagaimana menurutmu?”
“Aku juga berpikir begitu.” Kata Yang Jian.
“Sayang kamu, Komandan.”
Huang Ziya melayangkan mata genit ke arah Yang Jian, lalu tak sabar ingin menggunakan Cermin Hantu.
Yang lain berencana mengamati untuk memahami cara kerja Cermin Hantu ini.
Tak lama kemudian.
Di dalam ruang aman yang redup.
Cermin Hantu telah ditempatkan di sana.
Kain penutupnya dibuka. Huang Ziya berdiri agak panik di depan cermin itu.
Meski berada dalam lingkungan yang redup ini, permukaan Cermin Hantu terlihat sangat jelas, bahkan memancarkan sedikit cahaya.
Di dalam cermin, tidak terlihat siluet Huang Ziya.
"Gagal?" Huang Ziya bertanya dengan penuh keraguan.
"Tidak, dia sudah datang."
Yang Jian berkata dengan suara berat, matanya yang kemerahan terlihat sangat mencolok dalam kegelapan.
Kerumunan menyaksikan.
Dari kedalaman cermin, muncul sosok ganjil yang mengerikan.
Seperti hantu gentayangan dari jurang neraka, perlahan mendekat sambil berusaha menyusup ke dunia nyata melalui perantara cermin ini.
Awalnya, siluet itu terlihat sangat asing, tidak mirip dengan Huang Ziya.
Namun seiring jarak yang semakin dekat,
Bentuknya mulai melengkung dan berubah wujud.
Lekuk wajah Huang Ziya mulai muncul, diikuti rambut panjang hitam legamnya yang tiba-tumbuh di cermin - padahal sebelumnya bayangan hantu mengerikan itu sama sekali tidak berambut.
Segala sesuatu berubah drastis seiring Huang Ziya yang berdiri di depan Cermin Hantu.
"Luar biasa." Feng Quan menatap tajam.
Persis seperti hantu di cermin sedang mengimitasi dan mereplikasi orang di dunia nyata.
Tak lama kemudian,
Sosok di cermin itu semakin mendekat hingga akhirnya terbentuk sepenuhnya menjadi Huang Ziya.
Hanya saja versi Huang Ziya di cermin itu memiliki wajah datar, kaku, dan dingin bagai mayat hidup.
Yang paling membuat bulu kuduk merinding adalah perbedaan ekspresi antara Huang Ziya di dunia nyata yang menggigit bibir dalam ketegangan, dengan versi cerminnya.
Dua sosok di kedua sisi cermin menunjukkan ekspresi wajah yang bertolak belakang.
Namun tiba-tiba, perubahan kembali terjadi pada Huang Ziya di dalam cermin.
Ekspresi dingin dan mati rasa itu perlahan berubah, pipinya yang kaku mulai berkedut, terlihat sangat aneh. Tapi tak lama kemudian, kekakuan itu menghilang.
Raut wajah orang hidup mulai muncul.
Huang Ziya semakin mirip dengan siluet di dalam cermin.
Beberapa detail terus bertumpang tindih tanpa henti.
"Cukup!" bentak Yang Jian tiba-tiba.
Tong Qian langsung bereaksi, memungut kain hitam di lantai dan cepat-cepat menutupi Cermin Hantu.
Perubahan ganjil itu terhenti.
"Tidak mungkin ada dua orang yang identik di dunia ini. Begitu bayangan di Cermin Hantu bertumpuk dengan kenyataanmu, kau akan terseret ke dalam cermin. Hantu di dalamnya akan menggantikan posisimu di sini." kata Yang Jian dengan wajah muram.
"Benar-benar berbahaya. Cermin Hantu ini menyimpan terlalu banyak pantangan. Sedikit saja salah, kita hancur." Tong Qian melirik cermin di sebelahnya, perasaannya berat.
Benda ini menggoda dengan janji kebangkitan, tapi juga menakutkan karena melepaskan hal-hal gaib.
Persis seperti kotak Pandora.
Yang lain terdiam, masih trauma.
Saat ini.
Zhang Han tiba-tiba membuka mulut: "Kapten Yang, bisakah aku juga menggunakan Cermin Hantu? Anakku baru satu tahun. Jika bisa hidup kembali, aku ingin lebih banyak menemaninya."
"Boleh. Sebelumnya sudah kukatakan, tim punya hak pakai. Ini bentuk perhatianku sebagai komandan. Tapi seperti kata Tong Qian, benda ini tidak bisa disalahgunakan. Jadi hanya terbatas untuk kita saja." Yang Jian mengangguk.
"Aku paham. Terima kasih banyak, Kapten Yang." Zhang Han mengungkapkan rasa syukurnya.
“Dia sudah mengenal Yang Jian sejak lama, pertama kali bertemu di Klub Xiaoqiang. Mereka bersama-sama mengalami peristiwa peti mati hantu Desa Huanggang, juga peristiwa Mayat Hidup Kelaparan.”
“Jika bukan karena kebaikan Yang Jian beberapa kali, dia pasti sudah mati.”
“Jadi dia telah membuat keputusan: menyimpan kesempatan kebangkitan. Nyawa ini tidak akan gentar lagi.”
“Tong Qian menghela napas dalam hati.”
“Ternyata, godaan kebangkitan tak bisa ditolak siapa pun.”
“Tak ada cara. Karena Yang Jian sudah mengeluarkan benda ini, harus digunakan. Semoga kita bersatu, nanti bisa menangani lebih banyak peristiwa gaib. Baru tak menyia-nyiakan kesempatan hari ini.”
“Kain hitam dibuka kembali. Cermin Hantu digunakan untuk kedua kalinya.”
“Di dalam cermin sudah kosong sama sekali, tak ada apa-apa.”
“Selama tidak memantulkan cahaya, tak akan ada keanehan.”
“Bayangan saya menghilang,” kata Huang Ziya.
“Yang Jian berkata: ‘Saat kau mati, dia akan muncul. Sekalian minta Zhang Han mencoba menyimpan bayangan dua orang sekaligus.’”
“Tunggu, apa itu?”
“Tiba-tiba.”
“Tong Qian menggerakkan tatapannya, menunjuk sudut tak mencolok di Cermin Hantu.”
“Ada benda asing muncul di cermin.”
“Bentuknya seperti kaki, tapi bukan kaki orang hidup. Ditutupi lapisan rambut hitam.”
“Ada sesuatu di dalam cermin,” kata Tong Qian.
“Bukan. Ada sesuatu yang dipantulkan Cermin Hantu. Ini bukan benda dari dalam cermin,” kata Yang Jian. “Tanpa penggunaan Cermin Hantu, mustahil ada fenomena gaib muncul. Saya sudah memastikan beberapa kali.”
“Feng Quan segera mendekat, memutar cermin dari belakang, mengubah arah Cermin Hantu.”
"Cermin Hantu perlahan berputar, kerumunan menggeser langkah untuk menghindari pantulan cahayanya."
Tak lama kemudian.
Benda aneh di sudut ruangan itu terungkap sepenuhnya.
Langsung.
Seluruh orang terkejut membeku.
Terbaring di lantai adalah seekor anjing berbulu hitam pekat yang merayap pelan.
Benar.
Seekor anjing.
Namun makhluk itu tertidur pulas tanpa gerakan, bagai mayat tak bernyawa.
"Kakak Kaki, cermin ini mengarah ke peti mati dalam ruangan!" seru Feng Quan dengan nada terkejut.
Peti mati tak tercermin karena permukaannya tak memantulkan cahaya - benda mati yang tak meninggalkan bayangan. Namun isi peti mati justru tertangkap pantulan.
Bukan, lebih tepatnya termanifestasi.
Anjing ini tak berada di dalam cermin maupun di luar. Bayangannya mengambang di permukaan kaca.
Cermin Hantu, dapat menampilkan hantu yang tak terlihat oleh mata telanjang.
Ini merupakan kemampuan baru yang terungkap.
"Komandan, kau memelihara anjing dalam peti mati?" tanya Huang Ziya heran.
Yang Jian pun terperanjat dalam hati.
Bukan anjing yang disimpannya, melainkan mayat hantu gentayangan berkode Hantu Mimpi.
Mengapa mayat itu berubah menjadi anjing?
Lagipula, anjing ini pernah ia lihat.
"Rupanya memori ayahku yang telah tiada benar-benar ingin menggunakan anjing untuk mengendalikan Hantu Mimpi tak terpecahkan ini."
Ekspresi Yang Jian berubah-ubah, menyadari sesuatu yang akan terjadi.
Saat ini anjing itu masih tertidur, mungkin masih melawan hantu gentayangan dalam mimpi.
Jika perlawanan ini berhasil...
Anjing ini akan terbangun.
Kemudian anjing akan menjadi Pengendali Hantu, mengendalikan Hantu Mimpi, dan berubah menjadi hantu gentayangan.
Dan yang paling mengerikan adalah, anjing ini tidak ada di dunia nyata.
Ini adalah anjing yang tak terlihat.
"Tidak perlu dihiraukan, putar cerminnya, jangan menghadap ke peti mati. Makhluk luar biasa itu sedang melahirkan, kalian akan paham setelah dia terbangun." Yang Jian menyimpan berbagai pemikirannya.
"Kalau ini cuma alarm palsu, tidak apa-apa." Feng Quan memindahkan Cermin Hantu agar tidak menghadap ke peti mati itu.
Zhang Han lega, dia melanjutkan proses meninggalkan bayangan seperti yang sebelumnya dilakukan Huang Ziya.
Menyimpan satu kesempatan untuk bangkit kembali.
Dia berharap setelah dibangkitkan bisa menjadi orang biasa, lalu kembali ke kehidupan normal, melihat para gadisnya tumbuh besar.
Sekalipun ada pantangan tertentu dalam kebangkitan melalui Cermin Hantu, dia tidak masalah.
Tak lama kemudian.
Zhang Han berhasil meninggalkan bayangannya.
Kerumunan yang memahami aturan dan pantangan berhasil mencegah banyak krisis, tidak ada kemungkinan kehilangan kendali.
"Ada yang masih mau pakai? Jika tidak, cermin ini akan disimpan di sini." Yang Jian berkata.
Beberapa orang lainnya menggelengkan kepala.
Feng Quan tersenyum kecut: "Aku lebih baik mengamati dulu. Bukan tidak percaya Kakak Kaki, tapi hal ini agak roh jahat."
Dia punya kekhawatiran, ingin melihat apakah Huang Ziya dan Zhang Han bisa bangkit dengan mulus.
Bagaimana jika muncul celah.
Itu sama saja mencari masalah sendiri.
Benda gaib seperti ini memerlukan pengorbanan, tidak mungkin sama sekali tanpa Efek Samping.
"Boleh juga, pilihan kalian untuk mengamati memang benar." Yang Jian tidak merasa tersinggung.
Ini adalah pemikiran orang normal.
Hanya Huang Ziya, orang yang berani mengorbankan segalanya demi kecantikan, yang sama sekali tidak gentar.
Zhang Han ingin bertaruh untuk masa depan. Ia berharap dengan bantuan Cermin Hantu bisa melepaskan hantu dalam tubuhnya dan hidup kembali, lalu kembali ke kehidupan normal sebagai orang biasa yang menemani istri dan anak di rumah.
Urusan Cermin Hantu untuk sementara waktu telah berakhir.
Selama beberapa hari ini, Yang Jian juga tampak tidak memiliki kegiatan penting, hanya sibuk dengan urusan-urusan sepele timnya.
Misalnya, menghubungi markas besar untuk meminta pengiriman belasan ponsel positioning satelit guna memudahkan koordinasi tim. Juga mendesak markas agar segera mengirimkan tiga Lilin Hantu dan Gunting Hantu yang masih ditunggu tanda tangan penerimaannya.
Selanjutnya adalah memastikan semua anggota tim saling memahami situasi masing-masing.
Memahami kemampuan masing-masing orang.
Tiga hari kemudian.
Chen Shumei menghubungi Yang Jian dan memintanya mengunjungi Ruang Aman No.2.
Sebab dalam tiga hari ini, Xiong Wenwen sudah mulai terbiasa dengan tubuh manusia kertas dan kini bisa berbicara.
Yang Jian datang sendirian ke depan vila.
Ia melihat Chen Shumei sudah berdiri menunggu di sana sejak pagi.
Hari ini Chen Shumei mengenakan gaun panjang warna pastel dengan syal di leher, memancarkan keindahan lembut dan berbudi layaknya ibu rumah tangga yang sempurna.
"Kapten Yang."
Wajahnya berseri-seri hari ini, mata indahnya berkilauan penuh semangat, sama sekali tidak terlihat lesu dan letih seperti beberapa hari sebelumnya.
"Tante Chen." Sambut Yang Jian. "Apa Xiong Wenwen sudah kembali normal?"
"Iya, Wenwen sudah baik-baik saja. Berkat bantuan Kapten Yang, Wenwen bisa selamat." Ujar Chen Shumei dengan penuh kerendahan hati.
Yang Jian berkata: “Mari kita periksa. Jika Xiong Wenwen benar-benar sudah pulih seperti semula, kita akan melepaskannya.”
Chen Shumei mencari dirinya tentu bukan untuk bernostalgia, melainkan memintanya memastikan kondisi Xiong Wenwen dan melepaskan anak itu.
“Kapten Yang.”
Di dalam ruangan, Zhang Han yang bertugas mengawasi situasi segera menyapa saat melihat Yang Jian dan Chen Shumei masuk.
“Saya akan meninjau kondisi Xiong Wenwen bersamanya. Terima kasih atas kerja kerasmu selama ini. Jika semuanya berjalan aman, mungkin kita bisa menghentikan status siaga.” ujar Yang Jian.
Untuk berjaga-jaga, dia telah menugaskan Zhang Han untuk terus memantau selama beberapa hari terakhir.
Khawatir terjadi peristiwa supranatural.
Karena itu harus dicegah sedini mungkin.
Zhang Han memang lebih suka berdiam di kompleks perumahan bersama istri dan anaknya akhir-akhir ini, cocok dengan tugas pengawasan ini.
“Baik, Kapten Yang. Hati-hati. Segera panggil saya jika terjadi keadaan darurat.” kata Zhang Han.
Yang Jian mengangguk, lalu bersama Chen Shumei menuju lantai tiga ruang aman bawah tanah.
Pintu ruangan yang mengurung Xiong Wenwen masih terkunci rapat.
Ini membuktikan Xiong Wenwen tidak berusaha kabur selama beberapa hari terakhir.
Sangat kooperatif.
Semakin demikian, semakin membuktikan kondisinya normal.
“Wenwen, Ibu di sini. Ibu datang menjengukmu.” Chen Shumei mengetuk pintu sambil memanggil.
“Ibu... Ibu...”
Suara agak parau terdengar dari dalam, namun nada bicaranya masih bisa dikenali sebagai suara Xiong Wenwen.
Chen Shumei berkata: “Kapten Yang juga datang. Katanya jika kondisimu stabil, kamu akan dibebaskan.”
"Yang Jian, cepat keluarkan aku! Kau benar-benar tak berhati nurani! Aku sudah menemanimu menghadapi bahaya hidup dan mati, sekarang malah mengurungku di sini!" teriak Xiong Wenwen.
"Semangatnya masih menyala, bagus." Yang Jian mengangguk.
Xiong Wenwen berteriak lagi: "Jangan-jangan kau mau tanya satu tambah satu lagi? Awas, kalau mau tanya lain kali, minimal berikan soal perkalian/pembagian tiga digit atau operasi campuran. Baru terlihat aku pintar!"
"Anak SD bawel, masih milih-milih soal. Awas kusuruh kau menyelesaikan persamaan!" kata Yang Jian.
Saat ini, dia memancarkan kewibawaan layaknya siswa SMA.
Xiong Wenwen langsung tercekat.
Soal-soal itu... dia tidak bisa...
"Sial! Aku belum belajar itu! Nanti kalau sudah belajar, mana ada soal yang bisa menghentikanku?" Xiong Wenwen membangkang.
Lewat percakapan ini, Yang Jian memastikan ini benar-benar Xiong Wenwen, bukan hantu gentayangan.
"Sudah, kulepaskan kau. Tapi mulai sekarang harus nurut kata-kataku. Situasi di luar sudah berubah. Anak kecil sepertimu yang tak ada yang menjaga biasanya cepat mati," kata Yang Jian.
"Tapi karena aku ini baik hati, terpaksa kujaga kau sebentar."
Sambil berkata demikian, dia membuka pintu.
Xiong Wenwen langsung keluar sambil cemberut: "Kau baik hati? Aku tak percaya! Ibu, jangan-jangan kau sedang pacaran dengannya?"
"Ti-Tidak! Wenwen, jangan asal bicara!" Chen Shumei melototi anaknya.
Xiong Wenwen melirik sinis ke Yang Jian: "Sudah kuduga kau tak becus. Sudah kuberi kesempatan, tetap tak bisa mengejar. Dasar sampah! Sekarang masih jomblo kan?"
"Rasanya anak bandel ini perlu pukulan kejam ala orang dewasa."
Yang Jian memutar-mutar kepalan tangannya, sudut bibirnya berkedut, tidak bisa menahan keinginan untuk menghajar habis-habisan si anak bandel ini.
"Aku tidak peduli apakah kau bisa mengejar atau tidak, yang penting kau harus merawat ibuku dengan baik. Kalau tidak, nanti aku pasti tidak mau mendengarkanmu!" ujar Xiong Wenwen dengan angkuhnya.
"Wenwen, jangan asal bicara. Kapten Yang sudah sangat baik padaku, menyelamatkanmu kali ini juga butuh usaha besar," kata Chen Shumei sambil merasa malu dengan kelakuan anaknya.
Kemudian dia meminta maaf pada Yang Jian: "Maaf Kapten Yang, anak kecil ini memang belum mengerti, suka mengoceh sembarangan. Nanti setelah pulang pasti akan kuhukum dia."
"Bu, aku serius. Hanya Yang Jian yang bisa melindungimu dengan baik," protes Xiong Wenwen dengan mantap.
Meski terkenal bandel, sebenarnya dia masih punya sedikit akal sehat.
Dia juga berharap ibunya bisa hidup bahagia di masa depan dengan seseorang yang bisa melindunginya.
Setelah melihat-lihat sekeliling, Xiong Wenwen hanya mengakui kemampuan Yang Jian.
"Masih saja kau bicara begitu!" Chen Shumei tersipu malu. Meski sudah menjadi ibu, dia tetap seorang wanita.
Mana ada orang yang terus-terusan menjodohkan di depan umum begini.
Sungguh tidak tahu sopan santun!
Yang Jian berkata: "Aku mau merawat ibumu juga boleh, tapi panggil dulu 'Ayah' beberapa kali."
"A****..." Mata Xiong Wenwen membelalak, hatinya seperti ditusuk sepuluh ribu kali.
Kali ini perangkap yang dibuatnya malah nyaris mengubur dirinya sendiri.
"Kenapa kamu juga ikut-ikut bercanda dengan anak kecil?" Chen Shumei menggenggam erat tangannya, kesal sambil menepuk lengan Yang Jian.
Sentuhan itu ringan, justru terasa agak mesra.
“Setelah Chen Shumei menyadari, pipinya langsung memerah seketika, sorot matanya berkedip-kedip, tidak berani memandang Yang Jian lagi.”
“Pembicara tak bermaksud, pendengar menyimpan makna.”
“Dia saat ini juga mempertimbangkan masalah ini... Langka Xiong Wenwen tidak membenci Kapten Yang, cukup menurut dengan didikan Kapten Yang.”
“Lagipula Kapten Yang masih sangat baik padanya.”
“Sebenarnya jika benar-benar bersama, bukan tidak bisa diterima.”
“Semakin dipikirkan, hati Chen Shumei semakin kacau, berdebar tak terkendali.”
“Bagaimana jika Kapten Yang benar-benar mengutarakan maksudnya, haruskah dia menolak atau menyetujui?”
“Mungkin... Tidak bisa ditolak.”
“Aku hanya merasa Xiong Wenwen perlu didisiplinkan agar tidak terus-menerus membuat masalah di luar.” Kata Yang Jian: “Apa pendapat Tante Chen?”
“Chen Shumei tersadar dari lamunan, wajahnya masih kemerahan: “Ka... Kalau Kapten Yang mau mendidiknya, tentu itu yang terbaik, lagipula Wenwen memang lebih mendengarkan perkataanmu.”
“Cukup Tante Chen yang mengizinkan, pasti akan kudidik dia baik-baik.” Senyum tipis mengembang di wajah Yang Jian sambil menatap Xiong Wenwen.
“Ibu, tidak boleh seperti ini! Aku ini anak kandungmu! Si Yang Jian ini pasti akan memukulku sampai mati!” Xiong Wenwen panik, merasa kehidupan masa depannya suram bagai tertutup kabut.
“Seperti terkurung kembali dalam foto itu.”
“Chen Shumei kini tidak membela Xiong Wenwen lagi, dengan nada kesal berkata: “Kalau tidak dididik baik-baik, bagaimana nanti? Jika Kapten Yang mau memukulmu, ibu pasti tidak akan menghalanginya.”
“Kalau sekarang aku rajin belajar, masih ada waktu untuk menebus kesalahan?” Tanya Xiong Wenwen dengan hati-hati.
“Ibu dan Yang Jian telah membentuk sekutu sempurna yang solid.”
"Diri sendiri nanti akan hancur."
Dia ingin pergi belajar, ingin bersekolah, merindukan teman-teman kecil dulu.
Sayangnya, masa muda yang telah berlalu tak akan pernah kembali.
"Kapten Yang, kau belum makan kan? Nanti mau datang ke tempatku makan makanan sederhana? Kau telah banyak membantu aku dan Wenwen, aku belum sempat membalas kebaikanmu." Chen Shumei saat ini mengirim undangan.
Yang Jian tidak menolak: "Baiklah, kalau begitu merepotkan Tante Chen."
"Jangan sungkan, aku dan Wenwen yang merepotkan Kapten Yang. Lagipula mungkin ke depannya masih akan terus merepotkan Kapten Yang." Chen Shumei berkata dengan penuh permintaan maaf.
"Ini cuma hal-hal remeh. Dalam situasi sekarang ini, bisa bertahan hidup saja sudah sulit, mana sempat memikirkan hal lain."
Yang Jian menggelengkan kepala: "Sementara sudah memastikan Xiong Wenwen baik-baik saja, mari kita keluar. Sekalian beri tahu anggota lain kabar Xiong Wenwen hidup kembali. Ke depannya dia akan menjadi anggota sangat penting dalam tim kita."
"Hm." Chen Shumei mengangguk lembut.
"Omong-omong, Kapten Yang biasanya suka makan apa..."
"Aku makan apa saja, tidak banyak pantangan."
Xiong Wenwen menyela: "Aku mau makan paha ayam."
Ketiganya mengobrol sambil berjalan keluar dari ruang aman.
Bagi orang asing yang tidak mengenal mereka, sekilas terlihat seperti keluarga bertiga.
