Dr. Chen adalah pria paruh baya berusia awal empat puluhan.
Beberapa waktu lalu dia meninggalkan Pangkalan Riset Teknologi Keselamatan.
Bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena lembaga penelitian itu ditutup sehingga dia menganggur.
Karena pernah terlibat dalam penelitian penting terkait peristiwa supranatural, dia sangat paham betapa mengerikannya hal-hal yang tersembunyi di balik dunia yang tenang ini. Akhirnya dia memutuskan harus membuat rencana antisipasi. Jika terus meneliti hal gaib, dia yakin suatu hari akan tewas dalam penelitian yang lepas kendali.
Jadi, setelah di-PHK, Dr. Chen memanfaatkan kesempatan ini untuk menolak undangan dan transfer ke lembaga penelitian lain. Sebaliknya, dia membawa beberapa asisten ke Kota Dachang.
Dia tidak mengenal penanggung jawab atau figur penting seperti komandan tim mana pun.
Beruntung, sebelumnya Dr. Chen pernah bertemu sekilas dengan Yang Jian dan sempat berkomunikasi singkat.
Maka Dr. Chen mempertaruhkan masa depan dan harapannya pada Kota Dachang.
“Profesor, sebenarnya saya rasa kita tidak seharusnya datang ke sini. Jika kita dipindahkan ke lembaga penelitian lain, baik status maupun perlakuan pasti jauh lebih baik daripada di sini. Yang paling penting, Yang Jian tidak antusias terhadap penelitian peristiwa supranatural. Pasti posisi kita tidak terlalu dihargai.”
Di dalam kamar tidur asrama karyawan.
Dr. Chen dan dua asistennya berkumpul sambil berbincang.
Seorang asisten terus mengeluh, menunjukkan ketidakpuasan.
Baik dari ijazah, latar belakang pendidikan, maupun pengalaman kerja, mereka semua adalah talenta termasyhur yang resmi.
Namun hasilnya mereka hanya menganggur di sini membuang-buang waktu.
Bagi mereka, ini adalah suatu penghinaan.
Dr. Chen justru tersenyum: "Pemikiranmu wajar, tapi saya punya perspektif berbeda. Setidaknya kita tidak perlu setiap hari berinteraksi dengan hantu-hantu itu. Keamanan diri kita terjamin. Tidakkah kau perhatikan kondisi keamanan Kota Dachang jauh lebih baik dibanding wilayah lain?"
"Penanggung jawab Yang Jian ini sangat tersohor. Bahkan markas pusat pun harus menghargai posisinya. Kalau bukan karena di kolom alasan pribadi formulir kita menulis rencana bergabung dengan perusahaan Yang Jian, menurutmu atasan akan rela melepas kita? Sekalipun markas tidak membutuhkan, paling hanya menempatkan kita di posisi sampingan untuk dibesarkan."
"Tapi itu bukan solusi. Harus mempertimbangkan masa depan. Di jaman sekarang, orang dengan jabatan setingkat komandan tim sulit dicari. Meski kota lain punya, kita tidak kenal. Siapa yang bisa tega melepas [kita]?"
"Dan, jangan selalu merasa sombong di hati. Aku tahu kalian semua adalah peneliti berpendidikan tinggi, tapi zaman sudah berbeda. Percayalah, kalau kita muter ke gedung seberang, orang dengan ijazah seperti kita bisa ditemukan segambreng? Wajar kalau tidak dihargai, itu kan figur tingkat komandan tim. Perusahaannya sampai diburu orang-orang yang rela remuk kepala cuma buat masuk."
Dr. Chen dengan sabar menghibur dua asisten sekaligus muridnya.
Dia bukan tipe orang yang radikal.
Setelah bertahun-tahun menekuni penelitian, ditambah usia yang matang, sikapnya jauh lebih tenang dibanding Profesor Wang Xiaoming.
"Entah kapan Yang Jian bisa kembali ke perusahaan. Andai bisa bertemu, mungkin saya masih bisa membantu." Dr. Chen menghela napas.
Orang dengan status sosial seperti itu memang sulit dijangkau sekarang.
Jangankan Yang Jian, sekretarisnya saja harus buat janji temu duluan, itupun belum tentu dikabulkan.
"Cis!"
Tiba-tiba, lampu di kamar tidur berkedip-kedip.
Cahaya sekitar langsung meredup, digantikan sinar merah darah yang menyelimuti segalanya.
Dr. Chen dan kawan-kawan langsung terperangkap dalam dunia Hantu.
"Apa yang terjadi?" teriak seorang asisten panik.
Tapi sesaat kemudian, suara dingin bergema di ruangan: "Aku mengenalmu. Waktu di pangkalan penelitian itu, kau yang riset bareng Wang Xiaoming kan? Dr. Chen. Aku Yang Jian."
Sebelum suaranya menghilang, sosok Yang Jian sudah berdiri tegak di dalam ruangan.
Kehadirannya membuat suhu sekitarnya seakan turun beberapa derajat, dingin yang tak terdefinisikan memenuhi area sekitar.
"Y-Yang, Tuan Yang, Yang-Yang Mulia." Dr. Chen yang terkejut buru-buru berdiri dan mengulurkan tangan.
Sebagai peneliti, ia cukup memahami situasi di Wilayah Hantu.
Karena itu, kemunculan tiba-tiba Yang Jian tidak membuatnya panik seperti perkiraan orang-orang.
Yang Jian tidak menjabat tangan yang diulurkan, dengan sikap tidak sopan menolak seperti sosok yang tak ingin didekati.
Ini bukan sikap sengaja, melainkan bentuk perlindungan untuk sang doktor.
Kontak fisik dengan orang hidup dalam kondisinya saat ini jelas bukan ide yang baik.
"Lupakan basa-basi. Aku punya pertanyaan: seberapa dalam penelitianmu tentang kesadaran orang hidup?" Langsung Yang Jian membuka topik.
Dr. Chen matanya berbinar, menyadari ini adalah ujian kemampuan dan nilai dirinya dari Yang Jian.
Keberlangsungannya di Kota Dachang bergantung pada momen ini.
Dr. Chen merenung sejenak, menyusun kata-kata dengan hati-hati: "Tuan Yang, arah utama penelitian kesadaran orang hidup seharusnya bagaimana menjaminnya tak terkikis oleh hal gaib. Riset ini sudah berjalan lama, dan saya pernah berdiskusi dengan Wang Xiaoming, Profesor Wang, sampai pada beberapa kesimpulan."
"Hasilnya?" desak Yang Jian.
Dr. Chen berkata: "Hasilnya cukup buruk. Kesadaran orang hidup sama sekali tidak bisa menghalangi pengaruh dan erosi hal gaib. Orang biasa terlalu rapuh, mudah mati karena gangguan gaib, menjadi gila, atau mengalami gangguan mental semacam itu."
"Hanya ini saja?" kata Yang Jian dengan sedikit kekecewaan.
Dr. Chen segera menambahkan: "Tapi kami juga mendapat kesimpulan mengerikan dari arip tentang Pak Qin di markas."
"Oh, kesimpulan apa?" Mata Yang Jian langsung berbinar karena nama Pak Qin disebut.
Ternyata Dr. Chen mengetahui banyak rahasia.
Dr. Chen menjelaskan: "Saya hanya mempelajari arsip khusus itu. Keakuratan kesimpulan ini belum pasti, tapi memang menyeramkan - Jika kesadaran manusia tak bisa menahan erosi gaib, mengapa tidak memberi pola pikir manusia pada hantu?"
"Jika hantu memiliki pola pikir manusia, apakah Pengendali Hantu yang menguasai hantu, atau hantu yang menguasai manusia?"
Kelopak mata Yang Jian berkedip halus.
Ini benar-benar kesimpulan yang mengerikan.
"Apa jawaban penelitianmu?"
"Tergantung situasi."
Dr. Chen berbisik: "Tuan Yang tentu tahu konsep 'hantu mengalami hang'. Istilah ini baru saya dengar dari Profesor Wang. Hantu gentayangan yang hang adalah kondisi dimana dua kekuatan gaib saling bertentangan, memaksa hantu berhenti beraktivitas."
“Jika hantu yang mengalami hang memiliki kesadaran orang hidup, maka itu berarti manusia mengendalikan hantu. Sebaliknya, jika hantu gentayangan tidak mengalami hang atau hang-nya tidak cukup tuntas, hantu itu akan mengikis kesadaran orang hidup, berubah menjadi hantu yang mengendalikan manusia, dan akhirnya tetap akan tewas di tangan kebangkitan hantu gentayangan.”
“Tapi tidak ada yang berani menjamin bahwa hantu pasti mengalami hang. Bahkan konflik gaib yang sengaja diciptakan manusia hanya bisa menghentikan sementara aksi hantu gentayangan. Batas waktunya mungkin sehari, mungkin setahun, atau bahkan sepuluh tahun... Bahkan mungkin tidak selama perkiraan orang-orang, hanya beberapa jam atau beberapa menit.”
Mendengar itu, Yang Jian berpikir sejenak lalu mengangguk: "Kesimpulanmu sangat masuk akal."
Mungkin inilah alasan mengapa Pengendali Hantu yang kuat pada akhirnya tetap menemui kematian.
Akar masalahnya adalah hantu mereka tidak mengalami hang secara tuntas.
Sekali pun kau berubah menjadi makhluk luar biasa dan sepenuhnya menguasai hantu gentayangan, begitu hantu itu pulih dari status hang-nya, tamatlah riwayatmu.
Ini sama seperti seorang Pengendali Hantu yang memiliki umur. Lama periode hang hantu menentukan panjang pendeknya nyawamu.
“Jadi, setelah hantu mengalami hang lalu memiliki kesadaran orang hidup, barulah bisa sepenuhnya menguasai seekor hantu? Lalu bagaimana jawabanmu: sebenarnya apa itu kesadaran orang hidup?” tanya Yang Jian lagi.
Dr. Chen tersenyum: “Orang hidup tidak punya apa yang disebut kesadaran. Itu hanya sekumpulan memori dan tubuh yang bisa dikontrol bebas. Informasi dari tubuh dikirim ke otak, otak memprosesnya, lalu membentuk memori. Inilah yang disebut kesadaran.”
“Jadi kesadaran adalah memori. Jika memori Anda dapat disimpan dan tidak terganggu, maka kesadaran Anda tetap eksis. Sebaliknya juga berlaku.”
Yang Jian merenung cukup lama sebelum mengajukan pertanyaan terakhir: "Jika memoriku hilang, lalu ditulis ulang dengan memori yang identik, apakah aku dianggap mati atau masih hidup?"
Dr. Chen terdiam seketika.
Dia segera memahami maksud sebenarnya di balik pertanyaan Yang Jian.
Pertanyaan ini memunculkan berbagai perspektif berbeda jika direnungkan lebih dalam.
"Tentu saja tetap dianggap hidup," jawab Dr. Chen dengan khidmat.
"Baik, saya mengerti."
Yang Jian mengangguk, lalu berbalik untuk pergi: "Aku tahu yang harus dilakukan. Terima kasih atas bantuan hari ini. Mulai sekarang Anda akan menjadi konsultan perusahaan saya. Sekretarisku akan membahas gaji dan tunjangan yang memuaskan kalian."
Begitu selesai bicara, sosoknya telah menghilang dari ruangan.
Tak lama kemudian, cahaya merah di sekeliling memudar.
Semua kembali seperti semula.
Dr. Chen tetap tenang, sedangkan kedua asistennya tampak lemas dengan keringat dingin membasahi tubuh.
Dari sosok Yang Jian, mereka merasakan tekanan tak terdefinisi.
Sensasi yang hanya muncul saat berhadapan dengan maut atau hantu gentayangan.
Bagaimanapun, mereka semua tahu dalam hati: Yang Jian adalah orang yang mengendalikan tiga ekor hantu sekaligus. Jika sampai lepas kendali, dirinya sendiri akan menjadi peristiwa supranatural tak terpecahkan.
